27
Nov
2014
No Comments
27 November 2014
MARTAPURA-OKUT, BeritAnda – Masuk musim tanam rendeng (tanam raja -red) awal tahun 2015, para petani disulitkan dengan naiknya harga pupuk.
Harga eceran pupuk urea yang normalnya Rp90 ribu perkilo, saat ini harganya mencapai Rp105 ribu. Sementara untuk pupuk NPK harganya mencapai Rp130 ribu sampai Rp150 ribu perkilo.
Mahalnya harga pupuk tersebut sangat memberatkan para petani, yang saat ini sudah dibebani dengan kenaikan harga BBM, biaya tanam dan harga obat-obatan.
“Situasi saat ini sangat sulit mas. Kita masih dalam situasi paceklik, sementara kebutuhan untuk memulai musim tanam cukup mendesak. Para petani saat ini kehidupannya seperti terjepit,” kata Sugani, warga Kumpul Rejo, BK 4, Belitang.
Menurutnya, kenaikan harga pupuk seharusnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah memahami keadaan para petani. Apalagi penjualan pupuk sepenuhnya dikontrol oleh pihak pemerintah.
“Harga eceran tertinggi pupuk kan ada. Kenapa setelah sampai ke tangan petani harga pupuk bisa melambung tinggi,” katanya.
Terpisah, Giarto (45) petani asal Belitang Madang Raya ini mengatakan, naiknya harga pupuk benar-benar memberatkan para petani. Harga satu pasang pupuk, urea dan NPK masing-masing satu karung mencapai harga Rp350 ribu.
“Harganya begitu mahal dan kami kesulitan mendapatkan pupuk. Kalau menghadapi musim tanam seperti ini, keberadaan pupuk menjadi langka,” katanya.
Kesulitan petani bukan hanya masalah mahalnya harga pupuk, namun warga harus menghadapi mafia pupuk. Para petani diwajibkan membeli pupuk dengan berpasangan.
“Jika tidak membeli pupuk jenis NPK yang ditawarkan oleh pedagang, kami tidak boleh membeli pupuk urea. Jenis pupuk NPK inilah yang kadang dinaikkan sesuka pengecer,” kata
“Ini namanya pemerasan tidak langsung kepada para petani. Kami sangat keberatan dengan kondisi ini. kami selalu disulitkan oleh keadaan,” ujarnya.
(Yanto)
Sumber :
http://www.beritanda.com/index.php/nusantara/sumatera/sumatera-selatan/3234-petani-mulai-kesulitan-pupuk#sthash.yREtIkMo.dpuf