GRESIK – Pemerintah memberikan nilai tambah kepada pelaku industri kelapa sawit yang tengah mengembangkan hilirisasi produk. Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin Indonesia mempunyai keunggulan pada industri sawit baik hulu maupun hilir pengolahan minyak sawit.
Produksi CPO Indonesia pada tahun 2014 sekitar 32 juta ton dan sebagian besar diolah menjadi minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, produk oleokimia, hingga biodiesel sebagai sumber energi terbarukan.
Sementara itu, ekspor minyak goreng, baik curah maupun kemasan pada tahun yang sama mencapai 13,7 juta ton dengan nilai ekspor sekitar US$10,6 miliar.
“Rakyat Indonesia merasakan adanya stabilitas pasokan dan harga minyak goreng di dalam negeri, sehingga keberadaan industri ini membawa manfaat besar bagi ketahanan pangan,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (17/4/2015).
Oleh karena itu, pemerintah menetapkan industri pengolahan minyak sawit sebagai sektor prioritas nasional untuk menciptakan nilai tambah industri di dalam negeri.
Selain itu katanya, saat ini pemerintah telah menetapkan kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit untuk meningkatkan nilai CPO menjadi aneka produk hilir bernilai tambah tinggi.
“Sekitar lima hingga sepuluh tahun lalu, bangsa Indonesia masih mengandalkan ekspor komoditas primer minyak sawit mentah. Dengan program Hilirisasi Industri diharapkan dapat mengubah mental tradisional menjadi mental produktif modern berupa peningkatan ekspor produk hilir minyak sawit bernilai tinggi, sebagai hasil olah cipta, rasa, dan karsa intelektual indonesia yang produktif dan inovatif,”
Menurutnya kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit telah memberikan peluang masuknya investasi hingga US$3,1 Miliar sampai akhir tahun 2014. Selain itu, rasio ekspor produk hulu dengan produk hilir yang semula 60%-40% pada 2011, berubah menjadi 40%-60% pada tahun 2014.
“Jumlah jenis produk hilir juga berkembang pesat, pada 2014 sebanyak 150 jenis produk hilir dari semula hanya 54 jenis produk hilir pada 2011,” tambahnya. (T3)