bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
sebaik-baiknya.
kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam dunia tumbuhan
seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan
Virus.
40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC.
Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat
prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras
akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau
organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya
(kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding
daun dan sebagainya.
cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk
pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Suhu tinggi
biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena
sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi
lapis bawang dan umbi kentang.
lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah titik beku menyebabkan
berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan
yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda
atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada
persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan
kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan.
tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun,
bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut
tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap
periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak
dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang
lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi
(pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati.
banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk. Kekurangan
oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi.
Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang
selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi
tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan
oksigen akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang
terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.
vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau
kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan
kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari.
atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan
cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan
yang besar sekali.
dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian
menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan
gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi.
Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut
ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon
atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang
merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin
akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
udara sebagai berikut :
Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak,
menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun,
tepi daun nampak seperti hangus.
Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan
automobil, menyebabkan tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal
dan senesen secara prematur.
Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik,
pada konsentrasi menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi
menyebabkan keputihan pada jaringan antar tulang daun
terhadap suatu jenis patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang
berasal dari tempat tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis
patogen, dibandingkan dengan individu, galur, atau yang berasal dari tempat
tumbuh lain.
untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan
perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per
satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal, pembentukan jaringan
dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki
jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik didalam jaringan yang cukup
banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen
mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada
pohon.
jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai
sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan
penyakit pada suatu jenis pohon.
biotik (hidup) dan yang abiotik (mati).. Pengaruh faktor lingkungan biotik
adalah pada patogen yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang
biasanya menyerang akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang
secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak
sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui
antibiosis.
unsur-unsur abiotik (tidak hidup) seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban
udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah. Sumber : http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/penyakit-tanaman.html
SAWIT
PENYAKIT BUSUK PANGKAL (disebabkan Jamur GENODERMA)
Ganoderma boninense adalah kelompok cendawan busuk putih
(white rot fungi), cendawan ini bersifat lignolitik (Susanto 2002; Paterson
2007). Oleh sebab itu, cendawan ini mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam
mendegradasi lignin dibandingkan kelompok lain. Komponen penyusun dinding sel tanaman adalah lignin, selulosa, dan
hemiselulosa. Cendawan G. boninense memperoleh energi utama dari selulosa,
setelah lignin berhasil didegradasi, selain itu karbohidrat seperti zat pati
dan pektin, diperoleh meskipun dalam jumlah kecil (Paterson 2007).
buah Ganoderma boninense pada bagian pangkal batang, namun kita dapat
pengidentifikasi serangan lewat daun tombak yang tidak terbuka sebanyak ± 3
daun. Basidiokarp yang dibentuk awalnya berukuran kecil, bulat, berwarna putih,
dengan pertumbuhan yang cepat hingga membentuk basidiokarp dewasa yang memiliki
bentuk, ukuran, dan warna yang variatif. Umumnya basidiokarp berkembang sedikit
di atas dan mengelilingi bagian pangkal batang yang sakit. Ukuran basidiokarp
yang bertambah besar menunjukkan perkembangan penyakit semakin lanjut dan
akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman (Ariffin et al. 2000).
Pada tanaman muda gejala eksternal ditandai dengan menguningnya sebagian besar
daun atau pola belang di beberapa bagian daun yang diikuti klorotik. Daun
kuncup yang belum membuka ukurannya lebih kecil daripada daun normal dan
mengalami nekrotik pada bagian ujungnya. Selain itu tanaman yang terserang juga
kelihatan lebih pucat dari tanaman lain yang ada disekitarnya (Ariffin et al.
2000; Sinaga et al. 2003; Yanti & Susanto 2004), pertumbuhannya terhambat
dan memiliki daun pedang (spear leaves) yang tidak membuka. Gejala pada tingkat
serangan lanjut adalah selain adanya daun tombak yang tidak terbuka yaitu
adanya nekrosis pada daun tua dimulai dari bagian bawah. Daun-daun tua yang
mengalami nekrosis selanjutnya patah dan tetap menggantung pada pohon. Pada
akhirnya tanaman akan mati dan tumbang. Gejala yang tampak pada daun menandakan
bahwa penampang pangkal batang telah mengalami pembusukan
sebesar 50% atau lebih. Gejala yang khas sebelum tubuh buah terbentuk adalah
terjadi pembusukan pada pangkal batang. Pada jaringan batang yang busuk, lesio
tampak sebagai daerah berwarna coklat muda disertai adanya daerah berwarna
gelap berbentuk pita tidak beraturan (Ariffin et al. 2000; Susanto 2002).
Serangan lebih lanjut dapat mengakibatkan tanaman kelapa sawit tumbang, karena
jaringan kayu pada bagian pangkal batang mengalami pelapukan
a.
Gejala
Sebagai gejala
luar yang umum, seluruh tajuk
menjadi kekuningan dan
pucat
karena
kekurangan zat hara dan air sebagai akibat rusaknya perakaran
sehingga pengisapannya dari
dalam tanah menjadi terganggu. Hal ini disertai dengan meningkatnya jumlah daun tombak
(pupus yang belum terbuka) sampai 2-4 daun didalam pucuk.
Lebih lanjut, daun-daun sebelah bawah tajuk berangsur-angsur merunduk, tapi yang sebelah
atas tetap tegak serta lambat atau tidak mau membuka, sehingga terjadi ruag kosong
yang
membelah
dua tajuk. Daun-daun
tua
akhirnya mengering
dan
terkulai menyelimuti
ujung batang dari pohon.
Gejala diatas sering disertai dengan munculnya tubuh buah cendawan (carpophore ) pada pangkal batang,
namun bisa juga tanpa kemunculannya sama sekali, sedangkan didalam
pangkal batang telah membusuk (sabahagian).
Sebaliknya, carpophore tiba-tiba dapat muncul, sedangkan tajuk
pohon kelihatan masih segar.
b. Pencegahan Mekanis
Semua pokok sakit/mati/hampir mati harus dibongkar sampai bonggol akarnya. Kecuali TM
umur > 8 tahun hanya pokok yang mati/hampir mati yang dibongkar.
Norma prestasi pembongkaran : 4 pohon/HB untuk
TBM
dan 3 pohon/HB untuk TM.
Ada cara-cara pembongkaran pohomyang efisien untuk dapat mencapai minimum norma
prestasi tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Korek dan putuskan akar disekitar pohon sampai sedalam 60 cm. Mula-mula dipakai alai tembilang (dodos besar) dan kampak, lalu dengan cangkol akar dan dodos besar sesuai
dengan semakin dalamnya lubang arah korekan tegak
lurus.
Pengorekan diteruskan terutama dibagian arah
akan ditumbangnya pohon
yaitu menurut arah
barisan tanaman.
Jika ditaksir pohon sudah mulai goyah, pengorekan dihentikan dan anggota team bersama-
sama menolak mendorongnya agar tumbang.
Lubang galian bonggol batang harus diperlebar sampai berukuran 120 x 120 x 60 cm baik pada TM maupun TBM.
Pada lubang bongkaran diberi pancang dari pelepah kelapa sawit dengan tulisan bulan & tahun pembongkaran dengan
memakai pinsil lilin merah.
Setelah dibongkar, batang harus dipotong 3 ( kecuali batang TBM tak perlu dipotong-potong ) dan diguling untuk
dikumpul jadi satu ditengah gawangan.
Semua cabang/pelepah daun dipotong 2 dan dirumpuk rapi diatas batang tersebut, kemudian diatas cabang-cabang ini
ditumpukan pula semua sisa-sisa potongan akar hasil bonggol
batang, jagan ada bonggol potongan akar yang tertinggal didalam lubang ataupun ditanah.
Tanamlah 2-3 stek tanaman C. caeruleum atau / dan Musuna disekitar dekat lubang untuk menekan pertumbuhan gulma dan pembiakan orycater.
Pusingan pembongkaran 3 bulan sekali (pusingan mati) dan dilaksanakan secara berturut menurut urutan nomer Blok. Hindarkan luka-luka yang tak perlu pada batang yang disebabkan oleh alat kastrasi atau dodos. Sewaktu mendodos
atau kastrasi, mata alat harus
diusahakan sejajar dengan batang.
Semua bekas bonggol batang kelapa sawit tua yang dekat tanaman muda harus dikorek sedalam 120 x
120 x 60 cm.
Dilarang memotong cabang daun pasir selagi po hon masih kecil
c.
Pencegahan Alami
Drainasi
yang baik. Drainasi yang
jelek dapat mengganggu penyerapan zat hara dari dalam tanah sehingga melemahkan daya tahan pohon terhadap penyakit terutama Ganoderma, karena itu parit- parit drainasi yang baik
harus tetap dipelihara..
Garuk
piringan tanaman umur 0 – 1 tahun. Pekerjaan garuk piringan harus jangan sampai melukai perakaran tanaman. Rumput digaruk setipis mungkin, kemudian tanahnya dikembalikan kepangkal pohon guna menutupi akar-akar
yang terbuka.
Tanah untuk bibitan. Tanah untuk
pengisisan
kantong
plastik
harus
diambil dari areal/lokasi yang bebas
dari serangan ganoderma, misalnya eks konservasi, perluasan atau setidak-tidaknya dari blok yang bebas Ganoderma (tanah atas
yang subur dan gembur).
Pengendalian by Produk
bahan bahan aktif Endomycorrhizal spores (4 genus)
Aculospora
Gigaspora
Giomus
Scutellospora
Sterillzed Sand
Vermiculite
Pengendalian by Produk
bahan bahan aktif Endomycorrhizal spores (4 genus)
Aculospora
Gigaspora
Giomus
Scutellospora
Sterillzed Sand
Vermiculite
Pada
Tingat Pembibitan/Nursery
sekililing akar, pastikan akar bibit bersentuhan dengan mycogold sebelum di
tutup dengan tanah
Pemindahan ke kebun/Transplanting
tingkat nursery telah diperlakukan dengan memakai Mycogold, maka pemakaian
Mycogold hanya membutuhkan 50 gr pada lubang tanam
Tanaman kurang dari 5 tahun
pada kisaran 500 – 1 kg per pohon dengan membuat dua buah lubang di sekililing
pohon, dan pastikan akar pohon bersinggungan dengan Mycogold untuk mendapatkan
hasil yang maksimal
Tanaman Lebih dari 5 tahun
penggunaan Mycogold antara 1 kg – 2 Kg perpohon dengan tata cara sama dengan
aplikasi pada tanaman kurang dari 5 tahun.
Daerah serangan Genoderma
dengan tata cara seperti pada pemberian pada tanaman kurang dari 5 tahun.
Daerah Serangan Genoderma Parah
dengan tata cara seperti pada pemberian pada tanaman kurang dari 5 tahun.
PENYAKIT BERCAK DAUN
dalam kelompok bercak daun adalah yang disebabkan oleh jamur-jamur patogenik
dari genera Curvularia, Cochiobolus,
Drechslera dan Pestalotiopsis
(Turner, 1981). Bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia lebih dikenal sebagai hawar daun curvularia.
Penyakit ini terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia, tetapi
tingkat serangannya beragam tergantung pada kondisi lingkungan setempat dan
tindakan agronomik yang dijalankan (Purba, 1996 ; 1997 dan 2001).
Gambar Gejala hawar daun Curvularia pada bibit
kering dan basah. Gejala awal tampak berupa bintik kuning pada daun tombak atau
yang telah membuka, bercak membesar dan menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8
mm berwarna coklat terang dengan tepi kuning atau tidak, bagian tengah bercak kadang kala tampak berminyak.
Pada gejala lanjut bercak menjadi nekrosis, beberapa bercak menyatu membentuk
bercak besar tak beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna
kelabu atau coklat muda .
disebabkan oleh beberapa spesies jamur, antara lain Curvularia eragrostidis, Curvularia spp., Drechslera halodes, Cochliobolus carbonus,
Cochliobolus sp, dan Pestalotiopsis
sp. Jamur-jamur tersebut menyebar dengan spora melalui hembusan angin atau
percikan air yang mengenai bercak
(Turner, 1971 dan 1981 ; Domsch et al.,
1980 ; Ellis, 1976 ; Hanlin, 1990).
tinggi atau terlalu rapat (< 90 cm), atau keadaan pembibitan yang terlalu
lembab. Kelebihan air siraman dan cara penyiraman yang tidak tepat. Kebersihan
areal pembibitan yang kurang terpelihara. Banyak gulma yang merupakan
inang alternatif bagi patogen, terutama dari keluarga Gramineae di dalam atau
di sekitar areal pembibitan. Aktivitas pekerja di pembibitan.
cm. Mengurangi
volume air siraman sementara waktu. Penyiraman secara manual menggunakan gembor
lebih dianjurkan, dan sebaiknya diarahkan ke permukaan tanah dalam polibek,
bukan ke daun. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dari bibit yang
bergejala ringan-sedang, selanjutnya disemprot dengan fungisida thibenzol,
captan atau thiram dengan konsentrasi 0,1-0,2% tiap 10-14 hari, daun pangkalan
harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang berat.
pada daun bibit-bibit muda, yang disebabkan oleh 3 genera jamur patogenik,
yaitu Botryodiplodia spp., Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulata. Spora dihasilkan
di dalam piknidia atau aservuli, menyebar dengan bantuan angin atau percikan
air siraman atau hujan (Turner, 1971 dan 1981 ; Barnet dan Hunter, 1972 ;
Domsch, Gams dan Anderson, 1980). Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di
berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Turner, 1981 ; Purba dan
Sipayung, 1986 ; Purba, 1996d, 1996f, 1997d dan 1999a).
a. Gejala
Kadang-kadang dijumpai bersamaan dengan gejala transplanting shock (cekaman pindah tanam). Gejala
biasanya dijumpai pada bagian tengah atau ujung daun, berupa bintik terang yang
selanjutnya melebar dan menjadi kuning dan coklat gelap. Jaringan sakit
selanjutnya nekrosis, bercak
meluas dengan batas antara bercak
dengan jaringan sehat berwarna kuning.Bercak
kadangkala memanjang sejajar tulang daun.
(< 90cm). Keadaan pembibitan yang terlalu lembab.Kelebihan air siraman dan
naungan di PA. Pemindahan bibit dari PA ke PU dan penggemburan tanah yang
kurang hati-hati.
pembibitan awal, sehingga mengurangi kelembaban. Pemindahan bibit dan
penggemburan tanah harus dilakukan dengan hati-hati. Menjarangkan letak bibit
menjadi ³ 90 cm. Mengisolasi dan memangkas daun-daun sakit dengan gejala
ringan-sedang, selanjutnya disemprot dengan fungisida ziram, thiram, kaptan
atau triadimenol dengan konsentrasi 0,1-0,2% dengan pusingan 7-10 hari, atau
dengan thibenzol dengan konsentrasi 0,1% dengan pusingan 10-14 hari, daun-daun
pangkasan harus dibakar. Memusnahkan bibit yang terserang berat.
mahkota, crown disease)
sering dijumpai di kebun yang belum menghasilkan, dan merupakan penyakit yang
paling mencolok disini. Pada umumnya penyakit hahnya terdapat di kebun yang
berumur 1-3 tahun setelah penanaman di lapangan. Sesudah itu penyakit sembuh
dengan sendirinya, dan bekas tanaman sakit berkembang seperti tanaman biasa.
Meskipun demikian tanaman agak terlambat pertumbuhannya jika dibandingkan
dengan tanaman yang tidak mengalami gangguan.
terdapat di Indonesia dan Malaysia, yang bahan tanamannya adalah keturunan
Deli. Di Sumatera Utara terdapat kebun-kebun muda yang lebih kurang 10 % dari
tanamannya bergejala penyakit tajuk.
Gambar Serangan Crwon
Desease
mempunyai banyak daun yang membengkok ke bawah di tengah pelepahnya. Pada
bengkokan ini tidak terdapat anak daun atau anak daunnya kecil, atau
robek-robek. gejala ini mulai tampak pada janur. Di disini anak-anak daun yang
masih terlipat itu tampak busuk pada sudut atau tengahnya.
terhambat pertumbuhannya tetapi kelak akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun
demikian ada kalanya tanaman yang sembuh tadi menjadi sakit kembali, yang
nantinya akan sembuh untuk seterusnya.
diteliti 70 tahun yang lalu (Heusser, 1927), namun sampai sekarang penyebabnya
belum diketahui. Dari jaringan yang busuk dapat diisolasi bermacam-macam jamur,
khususnya Fusarium oxysporum
Schl. dan F. solani (Mart.) Sacc. (Turner,
1973), namun jamur-jamur ini kalau diinfeksikan ke tanaman sehat tidak ada yang
mampu menimbulkan penyakit. Selain itu juga diketahui bahwa penyakit tajuk
tidak menular.
tersebut diatas disebabkan oleh kelebihan nitrogen. Ada juga yang menduga bahwa
gejala ini disebabkan oleh defisiensi magnesium. Namun pendapat-pendapat
tersebut tidak dapat dibuktikan dengan percobaan-percobaan.
(1955ab) dan de Berchoux dan Gascon (1963) disimpulkan bahwa kerentanan
terhadap penyakit tajuk terutama diturunkan oleh bahan tanaman asal Deli
meskipun bahan tanaman asal Afrika pun tidak sama sekali bebas dari penyakit.
Kerentanan terhadap penyakit ini ditentukan oleh satu gen resesif. Meskipun
demikian masalahnya menjadi sulit karena adanya gen inhibitor yang mempersukar
usaha untuk mengetahui adanya gen rentan pada sesuatu keturunan (Blaak, 1970).
belum diketahui, sampai sekarang tidak ada anjuran pengelolaan yang dapat
diberikan dengan mantap. Pada umumnya
pekebun cenderung untuk membiarkan penyakit itu, karena tanaman akan sembuh
dengan sendirinya. Dengan demikian mereka terpaksa menerima kerugian yang
terjadi karena terhambatnya pertumbuhan beberapa tanaman.
berpendapat agar bahan tanaman asal Deli tidak dipakai. Tetapi dengan
sendirinya pendapat ini akan menyebabkan hilangnya sifat-sifat baik dari bahan
tanaman asal Deli, dan juga akan menyebabkan terjadinya kekurangan bahan
tanaman yang cukup serius, karena semua bahan tanaman yang dibudidayakan disini
mempunyai darah Deli. Dengan demikian mungkin akan terjadi kerugian yang lebih
besar daripada kerugian yang terjadi karena penyakit tajuk dewasa ini.
membusuk pada tanaman yang sakit, ada yang berusahan untuk menyembuhkannya
dengan memakai fungisida. Namun karena masih diragukan bahwa jamur yang
menyebabkan penyakit, perawatan dengan fungisida memberikan hasil yang tidak
menentu. Sebelum diperlakukan, janur dipotong sedalam mungkin (sedekat mungkin
dengan titik tumbuh). Bagian yang terbuka disemprot dengan fungisida sampai
basah benar. Pada pemotongan tadi hanya janur yang belum membuka yang dibuang.
Daun-daun sakit yang lebih tua tidak perlu dipotong, karena perkembangan jamur
akan terhenti jika janur membuka. Bahkan pemotongan ini akan menyebabkan
tanaman muda yang sakit kehilangan banyak jaringan yang dapat mengadakan
asimilasi yang sangat diperlukan. Fungisida yang dipakai untuk keperluan ini
adalah tiabendazol, tiram atau benomil (Turner, 1973).
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman
Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. Cet-4 (revisi) Februari 2000.
a. Gejala
dan penyebab penyakit.
Penyakit ” little leaf ” yang sering muncul pada tanaman
kelapa sawit muda ( TB & TBM ) adalah disebabkan oleh kekurangan unsur hara
Boroum (Boron), sustu unsur micro yang penting bagi tanaman.
Ada bermacam-macam tanda (gejala) yang dijumpai pada
tanaman yang kekurangan Borium seperti yang disebutkan dalam diagram, salah
satu gejala yang sudah parah ialah yang disebut little leaf dimana daun tajuk
yang tumbuh kemudian (setelah serangan) lebih kecil sehingga pohon
kelihatan bukan tambah besar, tetapi
tambah mengecil, itulah sebabnya penyakit ini disebut penyakit ” little leaf ”
b. Pemeriksaan dan sensus.
little leaf ” dan kelompokan atas 2 kelas tingkat serangan, sbb :
Tabel Kerusakan dan Gejala ”Little
Leaf”
dengan pupuk Borate ( Borax ) Na2B4O7.10 H2O menurut dosis yang sesuai dengan
umur tanaman.
Pelaksanaan program
pemupukan Borax tiap tahunnya haruslah disegerakan, untuk mencegah munclnya
gejala penyakit.
Untuk gejala-gejala
penyakit ” little leaf ” tertentu yang
dianggap serius dan berkelanjutan walaupun program pupuk Borax sudah
dikerjakan, hal ini perlu dilaporkan ke Bahagian Tanaman untuk diberikan dosis
ekstra.
Pemasangan pupuk
Borate harus terpisah, tidak boleh tercampurbdengan pupuk kimia lainnya atau
tidak boleh dicampurkan kedalam larutan herbisida.
Pupuk Borate mudah
terbilas air hujan, karena itu pemasangannya ditunda jika turun hujan lebat diduga
segera akan turun.
Biaya sensus
penyakit masuk Pos Percobaan Bahagian Tanaman dan seleksi, sementara pemasangan
pupuk dan pupuknya sendiri masuk ke Pos Pemupukan.
Penakaran dan
pemasangan pupuk borate harus hati-hati dan teliti karena jika kelebihan dapat
menimbulkan keracunan.
disebabkan oleh Marasmius palmivorus. yang
mula mula jamur ini membentuk benang benang berwarna putih yang banyak menutupi
kulit buah, dan kemudian membentuk payung. Penyakit ini dapat dilakukan
pencegahan dengan cara penyerbukan buatan , kantrasi dan sanitasi kebun.
Penyakit ini dapat menurunkan hasil produksi dan kualitas buah apabila
dibiarkan begitu saja dan tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian sesuai
prosedur yang ada.
berkembang pada ujang tandan buah segar (TBS), yakni pada bagian buah yang
terjepit antara batang dan pelepah daun diatasnya, biasanya penyakit ini
menyerang tanaman yang berumur 3-6 tahun. Pada awalnya jamur membentuk
benang-benang (miselium) berwarna putih mengkilap yang banyak menutupi kulit
buah terutama 2-4 bulan antesis, setelah menyerang buah (mesokarp) dan
menghasilkan jaringan busuk berwarna coklat muda dan basah kerusakan buah ini
akan menyebabkan kandungan asam lemak bebas menjadi tinggi pada minyak kelapa
sawit yang dihasilkan. penyakit ini lebih banyak di jumpai pada saat musim
basah atau hujan yang panjang ,bila seluruh tandan telah terserang jamur
membentuk tubuh buah (sporofor) yang membentuk jamur payung yang terdiri atas
“topi” atau “payung” berwarna putih dengan diameter 2,5-75cm yang ditunjang
oleh “batang” yang panjangnya 2,5–3,0 cm. Pada
permukaan bawah payung terdapat papan-papan (bilah) seperti ingsang. (Ir. Yan
Fauzi dk.2002)
palmiporus. Jamur ini menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging
buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Penyakit ini sering terjadi
pada permulaan panen akibat polinasi yang tidak sempurna. Jamur ini pada
dasarnya banyak terdapat pada tumpukan daun daun tua dan sisa sisa bagian
bagian tanaman yang tertinggal dan berakumulasi pada ketiak-ketiak daun tetapi
sumber ini kolum yang utama adalah tandan buah yang tertinggal dilapangan pada
tanaman 3-6 tahun (Ir. Yus Fauzi 2002)
Gambar Busuk
Tandan
c. Pencegahan
Dan Pengendalian
Pencegahan
penyerbukan buatan, kaustrasi dan sanitasi kebun terutama pada musim hujan.
Semua bunga dan buah yang membusuk sebaiknya dibuang.
Pengendalian
Pengendalian terbagi dua yaitu
membakar tanaman yang terserang,
mengumpulkan
dan mengubur atau memendam kedalam tanah
tidak mematikan serangga dan kumbang yang membantu penyerbukan. Fungisida yang
buasa digunakan adalah Folatan 0,2-07%/ha dengan interval 2 minggu sekali. (
Ir. Yus Fauzi 2002).