pertama ), berlangsung 30 – 36 bulan Terdiri atas :
TBM 0 adalah keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada titik pancang.
TBM 1 adalah Tanaman pada tahun ke I ( 0-12 bulan )
TBM 2 adalah Tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan )
TBM 3 adalah Tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan
penutup tanah :
W0 : belum ada tanaman penutup tanah
W1
: 100% penutup tanah kacangan
W2 : 85% kacangan + 15% gulma lunak, bebas lalang
W3 : 70% kacangan + 30% gulma lunak, bebas lalang
·
W4 : 50% kacangan + 50% gulma lunak, bebas lalang
menyiang P =
penyiangan W = weeding
Manual
areal, kontur atau landai pada areal kontur pembersihan gawangan dengan babat
kandas, hal ini mencegah runtuhnya terasan tanam, Norma yang dibutuhkan adalah
4 HK/Ha, sedangkan untuk gawangan hidup pada lahan flat sebaiknya dilakukan
dongkel anak kayu, sedangkan pada areal terasan lakukan pengendalian agar tidak
terjadi longsor.
kalibrasi, rotasi bisa berjalan baik maka perawatan gawangan ini akan turun
menjadi 2 HK/Ha.
Chemist
atau tergantung kondisi areal, setelah di lakukan pekerjaan manual, Seperti oles anak kayu yang mengunakan Garlon
atau stralon. Anak kayu yang ada hanya pada tegakan sisa tanaman di antara
gawangan.
total 20 liter. Kita tidak merekomendasi untuk oles anak kayu mengunakan ally/
metil metaphoron ataupun garlon dengan mengunakan air.
Catatan : untuk tanaman berdaun lebar dan berair boleh mengunakan ally dan
roundup/gliphosat sejenisnya dan ditambah staren.
dengan kosentrasi tinggi. Cara adalah
Gambar gawangan di tumbuhi LCC
arah keluar dan kedalam piringan secara bergantian, Pelaksanaan Garuk Piringan
lakukan dengan rotasi 4 kali dalam 1 tahun
Tabel Luas Piringan
Terhadap Usia Tanam
kimia atau herbisida karena bisa menimbulkan partenogenesis pada buah akibat daun
sawit terkena racun semprotan sehingga meristematis tanaman berputar dan rusak.
Gambar Piringan Bersih dari Gulma
Lalang
perlu ketepatan cara. Pengendalian ini dilakukan berdasarkan indentifikasi
lahan yakni:
Berat (>70 % )
campur dengan berbahan dasar metsulfuron methyl Dilakukan beberapa tahap (bekerja berdasarkan tahap ke tahap 1 ke 2 br ke 3
dst……
Sheet lalang (semprot total) norma 5- 6 HK/Ha
Spot Lalang setelah 21 hari dosis sama norma 3-4 HK/ha
Koreksi 1 setelah 21 hari dosis sama norma 1,5 – 2 HK/ha
Koreksi 2 setelah 21 hari dosis sama norma 1 HK/ha
Wiping lalang setelah 21 hari dari
koreksi ke 2 dosis 10 cc/liter air (1 %) norma 0,5 HK/ha
Inisial wipping setiap 2 bulan sekali dosis sama (1 %) norma 0,25 HK/Ha
Spot Lalang setelah 21 hari dosis sama norma 3- 4 HK/ha
Koreksi 1 setelah 21 hari dosis sama norma 1,5- 2 HK/ha
Koreksi 2 setelah 21 hari dosis sama norma 1 HK/ha
Wiping lalang setelah 21 hari dosis
10 cc/liter air (1 %) norma 0,5 HK/ha
Inisial wipping setiap 2 bulan sekali dosis sama (1 %) norma 0,25 HK/Ha.
Ringan (<50 % )
Spot Lalang setelah 21 hari dosis sama norma 3- 4 HK/ha
Koreksi 1 setelah 21 hari dosis sama norma 1,5- 2 HK/ha
Wiping lalang setelah 21 hari dosis
10 cc/liter air (1 %) norma 0,5 HK/ha
Inisial wipping setiap 2 bulan sekali dosis sama (1 %) norma 0,25 HK/Ha
Kondisi Serangan Ilalang di Perkebunan
Anak Kayu
/ mendongkel anak semak anak kayu yang ada di areal dengan cangkul. 1x/2-3 bln.
0,6 HK/ha.
6.
Pengendalian Bambu
produsen herbisida pada pengendalian Bambu dan anak kayu dengan bahan dasar
Glifosat, kami melihat hasil ujicoba tersebut belum maksimal, hal ini di karenakan
dalam penyemprotan tidak di buat perlakuan tambahan pada gulma bambu.
Lakukan pekerjaan Manual terlebih dahulu (babat kandas) norma tergantung pada kondisi lahan.
Berat ( > 60 % terisi bambu) : norma 5-6 HK/
Ha
Sedang ( 40 – 60 % ) Norma 4 HK /ha
Ringan (< 40 %) Norma 2,5 – 3 HK/ha
Prapurna tumbu bambu berkisar 1 – 1,5 bulan.
Gambar Pengendalian Bambu Manual
Dilakukan pembasmian dengan mengunakan Gliphosat murni sebanyak 300 cc per kep dan atau 250 cc/kep ditambah Ally 2,5 – 3 gr/kep.
Atau dengan menggunakan starlon 665 EC sebanyak 200 ml/kep ditambah kleen up 200 ml
Campuran Starlon 200 ml dan solar 200 ml/keps layak di coba.
Pada kondisi bambu yang pertumbuhan ataupun rumpun besar tidak bisa mati sekaligus perlu dilakukan koreksi aplikasi stelah 21 hari kedepan. Dengan norma bahan tetap.
Starlon + Solar Up 200 ml (setelah 9 hari pasca penyemprotan)
C. Jalan
Pikul
Lebar : 80 – 100 cm.
Alat : cangkul, parang babat.
gawangan dibuka bersih menjadi jalan kontrol/pasar pikul.
TBM 1 : 1 jalan pikul untuk 8 baris tanaman. 400 m/HK.
TBM 2 : 1 jalan pikul untuk 4 baris tanaman. 400 m/HK.
TBM 3 : 1 jalan pikul untuk 2 baris tanaman. 400 m/HK.
dengan khemis di semprot dengan herbisida + 2.4 D.Amine 0,5% + Round up 0,6%.
1x/2bln. 2 HK/ha
D. Pemeliharaan
Jalan.
Pemeliharaan Jalan, Jembatan, dan gorong gorong di ulas di sini
dipertahankan pada bentuk semula. Pemeliharaan tiap 1 tahun sebanyak 25% dari
jumlah yang ada. Dilakukan secara
manual dengan cangkul. 10 sat/HK.
bentuk dan ukuran semula. Pemeliharaan 1 tahun sebanyak 25% (rotasi 1x/4 th ).
30 m/HK.
G. Benteng dan Rorak
manual, dipelihara seperti bentuk semula, 25% per tahun. 30 m/HK.
Pohon yang
mati/tidak normal diganti dengan bibit yang baru.10 pk/ha.
·
Jumlah
sisipan yang normal : TBM 1 = 5% TBM 2 =
2,5% TBM 3 =1%
seperti pada tanaman kelapa sawit.
yang miring atau kurang tegak diluruskan, caranya dengan sedikit menimbun tanah
kemudian dipadatkan. Saat mendapatkan diperhatikan lurus/mata lima dengan
tanaman yang lainnya. Bila perlu
ditopang dengan bambu atau kayu.
J. Titi
Panen
adalah
Untuk mempermudah pemanen mengambil/mengangkut
buah. Memasang 10 – 15 m/HK.
Dibuat pada
tempat-tempat yang di perlukan atau jumlahnya tergantung dari jumlah parit dan
saluran air. Panjang titi panen bergantung pada lebar parit dan saluran air.
Penentuan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan data sensus yang benar
Lebar titi panen
bergantung kepada kebutuhan dan harus dapat dilalui angkong dengan ketentuan
lebar titi panen sekitar 20 cm.
Bahan : Jembatan/titi
Kayu/beton.
Pemasangan : pada TBM
1= 25 % TBM 2 = 25 % TBM 3 = 50 %
Dibuat 3 –
6 bulan sebelum panen.
Ukuran 2 x 2
meter.
Jarak antar
TPH + 50 m ( tiap 6 gawangan ).
Penutup
tanah/rumput dibersihkan dengan cangkul.
jumlah pohon yang ada di lapangan. 1x/th
Jenis dan dosis pupuk
TBM mengikuti pedoman
pada Bab Pemupukan.
TBM 3. 1x/bln. 0,04 -0,06 HK/ha.
Untuk mempermudah pemanen mengambil/mengangkut
buah. Memasang 10 – 15 m/HK.
Dibuat pada
tempat-tempat yang di perlukan atau jumlahnya tergantung dari jumlah parit dan
saluran air. Panjang titi panen bergantung pada lebar parit dan saluran air.
Penentuan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan data sensus yang benar
Lebar titi panen
bergantung kepada kebutuhan dan harus dapat dilalui angkong dengan ketentuan
lebar titi panen sekitar 20 cm.
Bahan : Jembatan/titi
Kayu/beton.
Pemasangan : pada TBM
1= 25 % TBM 2 = 25 % TBM 3 = 50 %
dan Penyakit
Hama dan Penyakit Lihat pada bab Hama dan penyakit
Pembungaan
Mencatat pohon-pohon yang telah mengeluarkan bunga. 1x/
bulan.
Cara : dengan mengamati tiap pohon dan hasilnya
digambarkan pada peta sensus. 1
HK/ha.
pekerjaan dengan melakukan pemotongan atau pengkebirian/pengebirian pada bunga
jantan dan bunga betina yang masih muda yang dilakukan pada tahap tanaman sawit
mulai berbunga atau pada awal TBM, yaitu saat berumur 14 hingga 20 bulan. Kastrasi
merupakan salah satu pekerjaan yang penting sebelum tanaman beralih dari tahap
TBM ke tahap TM.
ketika berumur 14 bulan.
pertumbuhannya : tingkat kesuburan tanah, pemupukan, kualitas bibit dsb.
Pada saat itu, bunga-bunga tanaman sawit tersebut masih belum sempurna
membentuk buah hingga tanaman mencapai umur sekitar 23 bulan. Sebelum itu, buah
yang dihasilkannya tidak ekonomis untuk diolah. Karena itulah maka semua bunga
maupun buah yang dihasilkan hingga mencapai umur 23 bulan ini perlu
dibuang atau dikastrasi.
dari tanaman sawit, yaitu mulai dari bunga jantan, bunga betina hingga seluruh
buah yang berguna untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit.
Kastrasi terakhir dilakukan 6 bulan sebelum buah dipanen.
Jika pada usia tanaman 24 bulan tanaman sudah panen, di usia 12 bulan tanaman
mulai dilakukan Kastrasi & memasuki usia 18 bulan Kastrasi sudah di
hentikan.
Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang belum
bernilai ekonomis agar terserap pada pertumbuhan vegetatif. Sehingga pada
saat tanaman sudah menghasilkan, fisik tanaman sudah kokoh dan kuat.
P0hon-pohon sawit yang telah dikastrasi biasanya
lebih kuat dan seragam dalam bentuk pertumbuhannya.
Buah yang dihasilkan tanaman menjadi lebih
besar, berbobot dan seragam beratnya.
Menjaga
sanitasi tanaman, sehingga tanaman menjadi lebih bersih, dengan demikian
bisa menghambat atau mengurangi kemungkinan perkembangan hama dan penyakit
seperti : Tirathaba, Marasmius, tikus dan sebagainya.
Memaksimalkan fase vegetatif pada tanaman sehingga, tanaman menjadi kokoh
pada fase Generatif.
Mencegah terserangnya Hama Penyakit pada tanaman
Biasanya hama yang menyerang buah adalah Ulat Terataba
Kastrasi sebaiknya dilakukan jika lebih dari 50%
pohon kelapa sawit telah mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina.
Yakni ketika tanaman kelapa sawit mulai memasuki usia antara 14
hingga 20 bulan sejak mulai di tanam.
hingga tanaman sawit mencapai umur 23 bulan, sebab jika terlambat maka ada
bunga betina yang akan menjadi buah sehingga pupuk yang diberikan akan
digunakan oleh tanaman pada buah, padahal buah yang dihasilkan masih belum
produktif dan belum layak untuk dijual.
chisel atau Irhotools,
yaitu dodos dengan lebar mata 8 cm yang di ujungnya terdapat pengait kecil.
Bunga yang sudah dipotong dengan dodos ini kemudian ditarik dengan kait
kecilnya. Pemakaian tenaga kerja selama proses kastrasi ini adalah 7 HK/ha.
Setiap bulan seorang pekerja mampu menyelesaikan 50 ha. Dalam melakukan
kastrasi harus dijaga agar pelepah daun jangan sampai terluka atau terpotong.
Tandan bunga yang dipotong kemudian dikumpulkan ke dalam goni, kemudian dipen
dam dalam tanah.
Buah yang jadi belum
ekonomis di panen karena belum merata.
Alat yang digunakan
untuk proses kastrasi adalah chisel atau Irhotools, yaitu dodos dengan lebar mata 8 cm yang di
ujungnya terdapat pengait kecil. Bunga yang sudah dipotong dengan dodos ini
kemudian ditarik dengan kait kecilnya.
Pemakaian tenaga kerja
selama proses kastrasi ini adalah 7 HK/ha. Setiap bulan seorang pekerja mampu
menyelesaikan 50 ha. Dalam melakukan kastrasi harus dijaga agar pelepah daun
jangan sampai terluka atau terpotong. Tandan bunga yang dipotong kemudian
dikumpulkan ke dalam goni, kemudian dipen dam dalam tanah
Dilaksanakan mulai
saat tanaman berbunga (14 – 18 ) bulan sampai 26-30 bulan atau bila jumlah
bunga hasil monitoring pada suatu blok sudah mencapai 50%.
Cara : Semua bunga
jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di atas tanah dibuang, pelepah jangan
terpotong. Bunga yang masih kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan
bunga yang sudah besar dengan alat dodos. Bunga-bunga tersebut
dikumpulkan kejalan pikul dan kalau sudah kering dibakar.
·
Dilakukan 1 kali saja pada saat umur
tanaman 18 atau 24 bulan. 1 HK/ha
Semua cabang kering dipotong mepet ke pangkal batang dengan alat dodos.
Incoming search terms:
- harga garlon per liter
- racun kayu garlon
- harga racun garlon
- harga garlon
- harga herbisida garlon
- racun garlon
- dosis herbisida garlon
- obat garlon
- herbisida garlon
- harga obat garlon