Advertisements
Berikut perhitungannya:
Kondisi tanaman: terurus dengan baik, dan umur tanam 6 tahun:
Dalam 1 hektar terdapat tanaman sebanyak 136 batang pokok sawit.
Dengan rotasi panen 1 minggu sekali, diperoleh setengahnya atau 68 batang dengan rata-rata jumlah TBS (tandan buah segar) per pokok 1 tandan.
Berat TBS sekitar 10Kg. Atau dalam 1 hektarnya diperoleh: 68 btg x 1TBS x 10 = 680kg
Untuk 2 hektar, hasil tersebut dikalikan dengan 4 sehingga diperoleh 2720 Kg.
Dengan harga TBS sekarang mencapai hingga Rp.1.700/Kg, maka penghasilan sebesar 4,5 jt per bulan sudah ditangan.
Eeiit… tunggu dulu, kan masih ada biaya operasional??? Mestinya kan dikurangkan dulu… Ya memang benar. Biasanya para petani transmigrasi di Riau mengelola sendiri kebunnya, apalagi bila memiliki 2 hektar saja. Para petani hanya perlu mengeluarkan biaya pupuk dan herbisida sekitar Rp.500.000;/bulan per 2 hektar, sehingga penghasilan bersih sekitar 4 juta rupiah.
Perhitungan ini berlaku untuk setiap kelipatannya. Biasanya luas kebun dihitung dalam satuan kapling, dimana dalam 1 kapling terdapat 2 hektar. Maka bila memiliki 1 kapling pendapatan 4 juta bersih per bulan sudah ditangan. Bila luas kebunnya 2 kapling, maka potensi pendapatan adalah 8 juta per bulan, dst. Tentunya semakin besar luas kebunnya memerlukan karyawan untuk pengurusan kebun, untuk itu perlu diperhitungkan biaya untuk karyawan. Untuk efisiennya, dalam 5 kapling terdapat 1 keluarga untuk mengurus kebun tersebut yang upahnya bisa dirundingkan. Upah untuk pengurus kebun yang berlaku sekarang ini di Riau mulai sekitar Rp. 1,5 jt per bulannya.
Nah gimana? Tertarik investasi di kebun sawit ini? Bagaimana bila anda punya 10 kapling? Potensi pendapatan anda bisa mencapai 50jt per bulannya. Dengan nilai investasi sekarang ini yang bervariasi mulai harga 50jt / hektarnya, anda bias menghitung sendiri berapa BEPnya bukan?
Incoming search terms: