Advertisements
16
Jan
2012
No Comments
Oleh Noverius Laoli – Senin, 16 Januari 2012
Belakangan ini, minat masyarakat untuk berkebun sawit semakin tinggi. Banyak petani tergiur mengembangkan komoditas ini karena menjanjikan keuntungan lumayan besar. Tingginya minat masyarakat untuk bertanam sawit telah mengerek permintaan bibit sawit.
Dari sekian banyak varietas bibit kelapa sawit, bibit jenis topaz paling banyak permintaannya. Alhasil, bisnis bibit sawit topaz kian menjanjikan. Sudah banyak kok yang sukses menjalani bisnis ini.
Contohnya, Heru Azliyen, petani bibit sawit topaz di Kampar, Riau. Di bawah bendera Usaha Sepakat Mandiri Grup, Heru berhasil meraup omzet tebal dari ceruk pasar usaha ini. Dalam sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp 40 juta. Laba bersih yang masuk ke kantongnya lumayan besar. Ia hanya perlu merogoh biaya pembelian benih Rp 5.000 per kecambah.
Setelah disemai dan memasuki usia tiga bulan, sawit topaz sudah bisa dijual seharga Rp 15.000 per batang. Namun, Heru memilih menjual bibit saat sudah menginjak usia 12 bulan. Sebab, harganya bisa lebih mahal.
Ketika sudah berumur setahun, harga bibit sawit topaz bisa mencapai Rp 50.000 per batang. Dari harga tersebut, Heru mengaku mendapatkan untung sekitar Rp 15.000 per batang. “Permintaan terhadap bibit sawit topaz semakin melonjak akhir-akhir ini,” ujar Heru yang merintis bisnis sejak 2004.
Selama ini, Heru membeli benih bibit sawit topaz dari perusahaan perkebunan sawit yang ada di daerah Riau. Oleh Heru, benih tersebut disemai di lahan miliknya seluas 5 hektare. Di lahan seluas itu, ia bisa menyemai hingga 10.000 kecambah.
Dari benih sebanyak itu, Heru bisa menjual rata-rata sekitar 8.000 batang bibit sawit per bulan. Bibit sawit topaz digemari karena lebih unggul dibanding bibit jenis lain. Bibit sawit topaz ini dapat bertahan dari serangan hama dan hanya sedikit yang layu selama pembibitan.
Selain itu, sawit topaz juga mampu berbuah lebih cepat dibanding sawit jenis lainnya. Menurut Heru, sawit topaz sudah mulai berbuah saat berusia 2,5 tahun. “Sementara sawit lain, biasanya baru berbuah setelah berusia lima tahun,” ujar Heru.
Selain dapat dipanen lebih cepat, sawit topaz juga menghasilkan buah yang lebih banyak dibandingkan sawit lain. Dalam satu hektare (ha), sawit topaz dapat menghasilkan 2 ton buah sawit per bulan. Sementara jenis biasa hanya sekitar 800 kilogram (kg) per satu ha per bulan.
Sawit topaz termasuk varietas unggul saat ini. Jenis ini merupakan varietas hasil penelitian bibit.
Selama ini, Heru lebih banyak memasarkan bibit ke para petani sawit di Kampar. Soalnya, di daerah itu, sebagian besar masyarakatnya adalah petani sawit. Perputaran uang dalam menjalani bisnis ini juga terbilang cepat.
Sebab, umur tiga bulan, bibit sudah bisa dijual. Selain petani pemula, permintaan juga datang dari para petani yang melakukan peremajaan tanaman sawitnya yang sudah memasuki usia 25 tahun.
Alhasil, permintaan terhadap bibit sawit pun semakin tinggi. “Petani di sini ramai-ramai menebang pohon sawit mereka yang sudah tua dan menggantikannya dengan bibit sawit topaz,” jelas Heru.
Sawit marihat
Sukses berbisnis bibit sawit juga dirasakan Bunyamin Yakup, pembibit sawit dari daerah Duri, Riau. Berbeda dengan Heru, Bunyamin lebih memilih mengembangkan bibit sawit marihat asal Medan, Sumatra Utara.
Alasannya, harga bibit sawit marihat tergolong murah dibandingkan bibit sawit topaz. Saat ini, ia tengah menyemai 15.000 batang bibit marihat. Benih sawit marihat dibeli dengan harga Rp 3.000 per kecambah. Benih ini disemai selama kurun waktu satu tahun sampai dua tahun.
Jangka waktu penyemaian memang lebih lama dibanding sawit topaz. Setelah memasuki usia setahun, sawit ini dijual dengan harga sekitar Rp 16.000 per batang. Dari harga itu, ia bisa mendapatkan laba Rp 5.000 per batang.
(Bersambung)
Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id
Baca Info Tentang Sawit di :
Berita/Artikel Menarik Lain di :
Incoming search terms: