LEBAK – Mahalnya harga gas elpiji dieceran menyebabkan sejumlah warga Kabupaten Lebak, Banten, mulai menggunakan borondo atau sisa kelapa sawit sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak sehari-hari.
Belasan ibu rumah tangga warga Parakan, Desa Nameng, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, berjalan kaki menempuh jarak sekitar empat kilometer menuju perkebunan kelapa sawit milik PTPN VIII Cisalak untuk mencari sisa-sisa kelapa sawit yang tidak layak dijual, untuk dijadikan borondo sebagai bahan bakar.
“Kami sudah dua pekan menggunakan bahan bakar dari limbah sawit untuk mengirit biaya hidup, terlebih suami menjadi buruh bangunan menganggur,” ujar seorang ibu rumah tangga warga Desa Nameng, Kabupaten Lebak, Mimin, seperti dikutip Antara, Minggu (19/4/2015).
Disebutkannya, penggunaan bahan bakar itu, tentu membantu perekonomian keluarganya, karena saat ini dia tidak mampu membeli gas elpiji ukuran tiga kilogram. Saat ini, harga eceran gas kemasan tiga kilogram mencapai Rp 22.000/tabung dari sebelumnya Rp 16.000/tabung.
Dia keberatan jika uangnya digunakan untuk membeli gas karena memiliki dua tanggungan anak yang kini duduk di bangku SMP. Untuk itu, dia setiap pagi bersama ibu-ibu rumah tangga lain berangkat mencari limbah pembuangan kelapa sawit di perkebunan.
Dia memperkirakan harus berjalan kaki dari rumahnya ke lokasi perkebunan itu sejauh empat kilometer. “Kami sudah biasa berjalan kaki hingga menembus hutan dan persawahan serta ladang,” terangnya. (T3)