Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Masih Sulit Berharap pada Karet

Selasa, 13 Januari 2015

JAMBI – Harga komoditi andalan Provinsi Jambi, karet dan buah kelapa sawit terus melorot. Bahkan kemarin (12/1) harga karet bersih hanya Rp 15.300 per kilo, harga ini sangat anjlok jika dibandingkan Januari tahun lalu yang mencapai Rp 23.900 per kilo. Sedangkan harga karet di petani untuk kadar karet kering (KKK) 50 persen berkisar Rp 5.000-Rp 6.000 per kilo. Dalam dua bulan ke depan, masih sulit berharap harga karet naik.

Turunnya harga karet, merupakan pengaruh dari bursa perdagangan karet di Singapura, harga Januari 2015 masih tercatat sebesar USD1,52 per kilo. Nilai tersebut tidak bergerak jauh jika dibandingkan harga 2014 yang mencapai harga terendah USD1,37 per kilo. Rendahnya harga karet menyebabkan pengusaha dan petani tidaklah memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan.

“Hingga kemarin harga karet masih belum menunjukkan peningkatan berarti, dan ini tidak dapat dipastikan sampai kapan,’’ kata Hatta Arifin, Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Jambi saat dijumpai di kantornya kemarin. Namun, lanjut dia, petani dan pengusaha masih berharap hingga semester I tahun 2015 harga bisa naik mendekati USD2.0 per kilo atau tidak kurang dari USD1,5 per kilo.

Harapan Hatta bukan tanpa alasan, Ia memiliki asumsi bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi di Amerika cenderung membaik, sehingga negeri adikuasa tersebut mulai memproduksi otomotif, dan akan ada peluang untuk membeli karet alam sebagai bahan baku ban. Faktor lainnya, pemerintah Thailand sedang melakukan pembelian karet rakyat untuk stok file sebanyak 220 ribu ton, sehingga pemasukan karet di pasar dunia juga akan berkurang.

Sedang Cina sebagai pembeli bahan baku karet terbesar, saat ini produksi karet lokalnya berkurang, terpengaruh dengan kondisi cuaca di sana. “Diharapkan dengan kondisi ini bisa memberikan dampak positif terhadap harga karet,” ucapnya.

Mengatasi anjloknya harga karet alam di pasar dunia, menurut Hatta, Gapkindo terus berupaya melalui International Trade Rubber Council (ITRC), seperti dalam bentuk menahan ekspor jika harga yang ditawarkan sangat rendah. Sejauh ini, kebijakan itu tampaknya belum membuahkan hasil. Padahal di tahun 2014, pengusaha sudah sepakat menahan ekspor, tapi nyatanya sampai sekarang masih rendah.

Apalagi jika harga minyak mentah dunia masih bertahan rendah, akan sulit mendongkrak harga karet lebih tinggi dari tahun ini. “Tidak ada yang dapat memastikan harga rendah ini sampai kapan. Diprediksi paling rendah harga sama dengan tahun lalu USD1,5 per kilo atau tertinggi USD2.0 per kilo,” katanya.

Menghadapi kondisi ini, sepertinya petani karet pun nyaris putus asa. Hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Lukman Zakaria. Menurut dia, para petani sudah mulai mengalihkan fungsi lahan karet menjadi lahan sawit. “Karet tua yang kurang menghasilkan mulai ditebangi dan diganti dengan tanaman sawit. Setidaknya sawit usia 3-4 tahun sudah mulai menghasilkan. Dari pada menunggu harga karet yang terus anjlok tanpa kepastian. Petani sudah mulai jenuh dengan kondisi harga karet yang sangat tidak menguntungkan, sehingga banyak petani yang tidak lagi mengerjakan karet, mengalihkan ke tanaman lain, atau bahkan bekerja di tempat lain,” jelas pria berkaca mata tersebut.

Bagaimana dengan solusi yang diberikan pemerintah agar petani memproduksi sit angin dengan harga jual Rp 20.000 per kilo? Menurut Lukman Zakaria, order sit angin dari Jawa Barat dan Sumatera Utara jumlahnya masih sangat terbatas.

Selain itu, alasan lainnya kenapa petani masih kurang mengerjakan sit angin, karena untuk mendapatkan satu kilo sit angin dibutuhkan 4 kilo karet KKK 50 Persen. Jadi, ketika dikalkulasikan karet KKK 50 persen sebanyak 4 kilo akan menghasilkan harga Rp 24 ribu, sedangkan sit angin hanya Rp 20 ribu per kilo. “Belum lagi asam semutnya harus cukup, harus melewati proses penggilingan. Karena prosesnya dianggap terlalu merepotkan sehingga petani pun banyak yang tidak membuat sit angin,” bebernya.

Lebih lanjut Lukman pun mengatakan, saat ini petani sangat dirugikan dengan anjloknya harga karet. “Jika pemerintah arif dan berpihak kepada masyarakat kecil seperti petani karet, pemerintah harus punya solusi seperti yang dilakukan oleh pemerintah Thailand atau menyiapkan dana talangan. Jika tidak, siapkan pengolahan karet di dalam negeri sehingga tidak terlalu banyak ekspor yang mengakibatkan ketergantungan harga dengan pasar dunia,” katanya.

Kondisi yang sama pun turut dialami oleh petani sawit. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Rainun Putri mengatakan harga TBS kelapa sawit selama tahun 2014 cenderung turun. Ia menjelaskan harga TBS sawit usia 10-20 tahun pada awal Januari 2014 Rp 1.946 per kilo, dan harga pada akhir Desember 2014 ada di posisi Rp 1.637 per kilo. “Harga terendah terjadi pada bulan September 2014 Rp 1.480 per kilo. Walau begitu harga TBS sawit 2014 cenderung stabil meskipun masih rendah,” jelas Rainun Putri ketika ditemui di ruang kerjanya.

Sedangkan di Januari 2015 harga TBS sawit usia 10 tahun Rp 1.655, ada sedikit kenaikan. “Jika naik atau pun turunnya di bawah Rp 20 per kilo, itu dianggap masih stabil,” katanya.

Mengenai prediksi harga sawit ke depan, Rainun mengaku tidak dapat memprediksikan, karena menurutnya penentu harga minyak sawit adalah mengikuti pasar internasional di Singapura. Hanya saja ada sedikit gambaran, jika Amerika panen kedelai pada tahun ini, biasanya akan berpengaruh pada harga minyak sawit yang sedikit terganggu. “Saat ini harga terus berfluktuatif mengikuti mekanisme pasar dunia,” kilahnya.

Namun demikian, lanjut Rainun, prospek usaha sawit masih menggairahkan. Ini dapat dilihat dari jumlah kapasitas produksi dari 37 perusahaan dan 45 pabrik pengolahan sawit di Jambi yang mampu menampung 2.197 ton per jam. “Hanya saja yang terpakai saat ini baru 1.848,45 ton per jam, artinya masih ada kekurangan suplai TBS sawit untuk memenuhi kebutuhan produksi,” tukasnya.

(ynn)

Sumber :

http://www.jambi-independent.co.id/index.php/headline/item/671-masih-sulit-berharap-pada-karet

Informasi Pertanian Menarik Lainnya :

Masih Sulit Berharap pada Karet

Selasa, 13 Januari 2015

JAMBI – Harga komoditi andalan Provinsi Jambi, karet dan buah kelapa sawit terus melorot. Bahkan kemarin (12/1) harga karet bersih hanya Rp 15.300 per kilo, harga ini sangat anjlok jika dibandingkan Januari tahun lalu yang mencapai Rp 23.900 per kilo. Sedangkan harga karet di petani untuk kadar karet kering (KKK) 50 persen berkisar Rp 5.000-Rp 6.000 per kilo. Dalam dua bulan ke depan, masih sulit berharap harga karet naik.

Turunnya harga karet, merupakan pengaruh dari bursa perdagangan karet di Singapura, harga Januari 2015 masih tercatat sebesar USD1,52 per kilo. Nilai tersebut tidak bergerak jauh jika dibandingkan harga 2014 yang mencapai harga terendah USD1,37 per kilo. Rendahnya harga karet menyebabkan pengusaha dan petani tidaklah memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan.

“Hingga kemarin harga karet masih belum menunjukkan peningkatan berarti, dan ini tidak dapat dipastikan sampai kapan,’’ kata Hatta Arifin, Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Jambi saat dijumpai di kantornya kemarin. Namun, lanjut dia, petani dan pengusaha masih berharap hingga semester I tahun 2015 harga bisa naik mendekati USD2.0 per kilo atau tidak kurang dari USD1,5 per kilo.

Harapan Hatta bukan tanpa alasan, Ia memiliki asumsi bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi di Amerika cenderung membaik, sehingga negeri adikuasa tersebut mulai memproduksi otomotif, dan akan ada peluang untuk membeli karet alam sebagai bahan baku ban. Faktor lainnya, pemerintah Thailand sedang melakukan pembelian karet rakyat untuk stok file sebanyak 220 ribu ton, sehingga pemasukan karet di pasar dunia juga akan berkurang.

Sedang Cina sebagai pembeli bahan baku karet terbesar, saat ini produksi karet lokalnya berkurang, terpengaruh dengan kondisi cuaca di sana. “Diharapkan dengan kondisi ini bisa memberikan dampak positif terhadap harga karet,” ucapnya.

Mengatasi anjloknya harga karet alam di pasar dunia, menurut Hatta, Gapkindo terus berupaya melalui International Trade Rubber Council (ITRC), seperti dalam bentuk menahan ekspor jika harga yang ditawarkan sangat rendah. Sejauh ini, kebijakan itu tampaknya belum membuahkan hasil. Padahal di tahun 2014, pengusaha sudah sepakat menahan ekspor, tapi nyatanya sampai sekarang masih rendah.

Apalagi jika harga minyak mentah dunia masih bertahan rendah, akan sulit mendongkrak harga karet lebih tinggi dari tahun ini. “Tidak ada yang dapat memastikan harga rendah ini sampai kapan. Diprediksi paling rendah harga sama dengan tahun lalu USD1,5 per kilo atau tertinggi USD2.0 per kilo,” katanya.

Menghadapi kondisi ini, sepertinya petani karet pun nyaris putus asa. Hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Lukman Zakaria. Menurut dia, para petani sudah mulai mengalihkan fungsi lahan karet menjadi lahan sawit. “Karet tua yang kurang menghasilkan mulai ditebangi dan diganti dengan tanaman sawit. Setidaknya sawit usia 3-4 tahun sudah mulai menghasilkan. Dari pada menunggu harga karet yang terus anjlok tanpa kepastian. Petani sudah mulai jenuh dengan kondisi harga karet yang sangat tidak menguntungkan, sehingga banyak petani yang tidak lagi mengerjakan karet, mengalihkan ke tanaman lain, atau bahkan bekerja di tempat lain,” jelas pria berkaca mata tersebut.

Bagaimana dengan solusi yang diberikan pemerintah agar petani memproduksi sit angin dengan harga jual Rp 20.000 per kilo? Menurut Lukman Zakaria, order sit angin dari Jawa Barat dan Sumatera Utara jumlahnya masih sangat terbatas.

Selain itu, alasan lainnya kenapa petani masih kurang mengerjakan sit angin, karena untuk mendapatkan satu kilo sit angin dibutuhkan 4 kilo karet KKK 50 Persen. Jadi, ketika dikalkulasikan karet KKK 50 persen sebanyak 4 kilo akan menghasilkan harga Rp 24 ribu, sedangkan sit angin hanya Rp 20 ribu per kilo. “Belum lagi asam semutnya harus cukup, harus melewati proses penggilingan. Karena prosesnya dianggap terlalu merepotkan sehingga petani pun banyak yang tidak membuat sit angin,” bebernya.

Lebih lanjut Lukman pun mengatakan, saat ini petani sangat dirugikan dengan anjloknya harga karet. “Jika pemerintah arif dan berpihak kepada masyarakat kecil seperti petani karet, pemerintah harus punya solusi seperti yang dilakukan oleh pemerintah Thailand atau menyiapkan dana talangan. Jika tidak, siapkan pengolahan karet di dalam negeri sehingga tidak terlalu banyak ekspor yang mengakibatkan ketergantungan harga dengan pasar dunia,” katanya.

Kondisi yang sama pun turut dialami oleh petani sawit. Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Rainun Putri mengatakan harga TBS kelapa sawit selama tahun 2014 cenderung turun. Ia menjelaskan harga TBS sawit usia 10-20 tahun pada awal Januari 2014 Rp 1.946 per kilo, dan harga pada akhir Desember 2014 ada di posisi Rp 1.637 per kilo. “Harga terendah terjadi pada bulan September 2014 Rp 1.480 per kilo. Walau begitu harga TBS sawit 2014 cenderung stabil meskipun masih rendah,” jelas Rainun Putri ketika ditemui di ruang kerjanya.

Sedangkan di Januari 2015 harga TBS sawit usia 10 tahun Rp 1.655, ada sedikit kenaikan. “Jika naik atau pun turunnya di bawah Rp 20 per kilo, itu dianggap masih stabil,” katanya.

Mengenai prediksi harga sawit ke depan, Rainun mengaku tidak dapat memprediksikan, karena menurutnya penentu harga minyak sawit adalah mengikuti pasar internasional di Singapura. Hanya saja ada sedikit gambaran, jika Amerika panen kedelai pada tahun ini, biasanya akan berpengaruh pada harga minyak sawit yang sedikit terganggu. “Saat ini harga terus berfluktuatif mengikuti mekanisme pasar dunia,” kilahnya.

Namun demikian, lanjut Rainun, prospek usaha sawit masih menggairahkan. Ini dapat dilihat dari jumlah kapasitas produksi dari 37 perusahaan dan 45 pabrik pengolahan sawit di Jambi yang mampu menampung 2.197 ton per jam. “Hanya saja yang terpakai saat ini baru 1.848,45 ton per jam, artinya masih ada kekurangan suplai TBS sawit untuk memenuhi kebutuhan produksi,” tukasnya.

(ynn)

Sumber :

http://www.jambi-independent.co.id/index.php/headline/item/671-masih-sulit-berharap-pada-karet

Informasi Pertanian Menarik Lainnya :

karet olahan

Ban
vulkanisir adalah ban bekas yang semula sudah aus kemudian digunakan
kembali dengan cara memperbaharui bagian telapak-nya. Pembaharuan
tersebut bisa dilakukan berkali-kali, biasanya 2-3 kali jika ban bekas
yang akan divulkanisir masih dinilai baik. seperti tidak retak,
kawat/nylon penguat termasuk kawat lingkar induknya (bead) masih utuh,
tidak berlobang besar dan geometrinya masih simetris.

Proses produksi

Vulkanisir panas, pada
proses panas (hot/mold cure process), setelah dilakukan pemarutan
sisa-sisa ban bekas, bagian telapak dari casing disemprot dengan lem
khusus, kemudian digulung dengan beberapa lapis kompon camel back.
Selanjutnya dibentuk kembang-kembang atau profil permukaan dengan
menggunakan cetakan. Tahap vulkanisasi ini dilaksanakan pada suhu
relatip tinggi, 135-150 oC, sehingga disebut proses panas.

Vulkanisir dingin

                        Pada
proses dingin bagian telapak ban gundul/casing hasil pemarutan terlebih
dulu dilapisi kompon perekat (cushion gum), selanjutnya ke permukaan
cushion gum ditempelkan potongan-potongan karet matang (vulkani-sat)
yang sudah berkembang, disusun melingkar memenuhi seluruh permukaan ban.
Tahap berikutnya adalah vulkanisasi yang dilakukan didalam otoklap pada
suhu relatip rendah, sekitar 95-99 oC, sehingga prosesnya disebut proses dingin.

                        Bahan
utama untuk pembuatan ban vulkanisir adalah kompon karet, yang
merupakan paduan karet alam, karet sintetik dan bahan-bahan aditif. Pada
Tabel 1 disajikan rincian bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
ban vulkanisir. Tampak bahwa beberapa bahan masih perlu diimpor, antara
lain bahan pemvulkanisasi, antioksidan, akselerator, dan bahan pereaksi
lainnya. Namun jumlahnya tidak banyak dan cukup mudah diperoleh di
pasaran, seperti produk buatan Bayer, Monsanto dan Vanderbilt. Bahkan
kini banyak bahan kimia asal China yang dijual dengan harga relatif
murah.

bahan yang mudah didaptkan diantaranya karet sosotan yang bisa didapatkan lewat saya dengan harga 8000/kg.Butuh karet sosotan bisa order ke kami…kami siap melayani

Jogja fresh Laundry
Jalan Rambutan No.6 Cilacap Selatan
Call 085643329095 / 081804855548
Pin BB 324426A8

karet olahan: Karet- sosotan

Saat ini, sampah
merupakan masalah serius di kota cilacap karena volume sampah yang dihasilkan
tidak tertangani seluruhnya oleh vulkanisir yang berada diwilayah banyumas
Salah satu penyebabnya adalah biaya yang dibayarkan masyarakat tidak memenuhi
semua biaya yang dikeluarkan untuk menangani sampah yang dihasilkan (atau yang
dikenal dengan full cost recovery).

Di sinilah
bisnis ini dimulai. Dengan manajemen yang baik, permasalahan sampah karet dapat
terselesaikan serta memberi nilai ekonomis bagi pengelolanya. Target pasar yang
tepat untuk usaha pengolahan sampah adalah masyarakat yang memiliki kemampuan
dan kemauan untuk membayar full cost recovery sampah yang dihasilkan.
Pendapatan dapat diperoleh sampah serta dari hasil olahan sampah yang bernilai
ekonomis seperti minyak, dan plastik,.

Manfaat produk

 Menanggulangi masalah persampahan di
kawasan seperti yang tersebut di atas di tengah-tengah keterbatasan

Meningkatkan kenyamanan lingkungan.

Limbah
ban bekas bisa diolah menjadi serbuk ban dan menjadi berbagai bahan baku aneka
produk berbahan karet  
 

 Mengolah limbah ban karet
bekas/karet Sosotan

Para pengusaha
ban selama ini mengandalkan pasokan bahan karet alam. Seiring kenaikan harga
karet, mereka makin banyak melirik bahan baku karet hasil daur ulang ban bekas.
Bagi pebisnis daur ulang ban bekas, ini adalah peluang besar. Kelompok Usaha
Bersama (KUB) Rambutan Recycle dicilacap, Jawa Tengah, misalnya, sudah
merasakan kenyalnya laba bisnis daur ulang ban. Kelompok Usaha Bersama (KUB)
Rambutan Recycle dicilacap telah menekuni bisnis daur ulang ban bekas ini sejak
dua tahun lalu.

Selama ini, usaha pengolahan
limbah ban di sebatas memisahkan benang yang menempel pada karet ban
yang dijual lagi secara terpisah. Harganya Rp15 ribu per kilogram karet. Harga
benang yang digunakan sebagai bahan pembuat tambang kapal di daerah Jawa ini
dulunya bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram. Namun saat ini harga benang hanya
sekitar Rp1.000/perkilogram..


Hal itu membuat pengusaha menimbun benang-benang tersebut sambil menunggu harga
naik.
Pengusaha berharap pemerintah dapat bekerja sama memberikan penyuluhan dan
pembinaan agar usaha pengolahan limbah ban dapat berkembang dari hanya
memisahkan benang dan karet, menjadi produksi berbagai barang yang bernilai
ekonomis lebih tinggi.

Mesin pemisah karet dengan benang

 mesin ini dibuat untuk mempermudah dalam proses pemisahan benang dengan karet, dari ide yang tidak mudah untuk membuat mesin pemisah benang, butuh waktu serta inovasi untuk membuat mesin tersebut. Berkat ketekunan dan kerjakeras mesin pemisah benang telah berhasil dibuatnya,

limbah karet yg sdh terpisah dari benang nylon
nantinya bisa di daur ulang lagi menjadi karet
industri seperti,bahan baku ban vulkanisir ,
sparepart motor/mobil , karpet mobil , alas sepatu
dinas , karpet rumahan, karpet lapangan futsal, dll

Untuk Keterangan lebih lanjut dapat hubungi 085643329095

karet olahan: karet-sesetan

 Mengolah limbah ban karet bekas/karet
Sesetan

Selain membeli
ban bekas dari perorangan, juga membelinya dari berbagai perusahaan di Sumatera
dan Kalimantan. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rambutan Recycle lantas menggiling
ban bekas itu di mesin pencacah. Hasilnya berupa butiran atau serbuk ban.
“Mesinnya hasil desain saya sendiri,” Setelah menjadi produk serbuk ban, Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Rambutan Recycle dicilacap menjual produknya itu ke
sejumlah perusahaan yang membutuhkan, di antaranya, perusahaan sepatu dan
sandal. “Serbuk ban tersebut untuk diolah lagi menjadi alas produk,”. Selain
produsen alas kaki, produsen karpet yang menggunakan serbuk ban sebagai salah
satu bagian dasar produknya agar tidak licin. “Serbuk ban juga banyak dipakai pengelola
lapangan futsal. Efeknya agar karpet futsal tidak licin dan tidak sakit,” Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Rambutan Recycle, dalam sebulan bisa menjual minimal hingga
100 ton serbuk ban. “Saya bisa menyediakan berapa pun jumlahnya,” Harga jualnya
bervariasi, tergantung tingkat kehalusan serbuk. Semakin halus serbuk ban maka harganya
makin mahal.

Namun,
banyaknya permintaan serbuk ban bekas membuatnya bisa menjual hingga 60 ton
serbuk ban setiap bulan. Selama ini, memasarkan sebagian besar serbuk ban
produksinya di wilayahnya.

Harga jual serbuk ban di sekitar
lokasi usahanya tidak jauh berbeda dengan di daerah lain. “Hanya, harga jual di
daerah Solo lebih berfluktuasi,”.

Optimistis,
dengan semakin mahalnya harga karet di pasaran, berbagai perusahaan yang
menggunakan karet sebagai bahan baku utama akan beralih ke serbuk ban bekas. Selain
harganya lebih miring dari karet alam, serbuk ban bisa digunakan sebagai
pendukung bahan baku utama produk berbahan karet. “Memang bukan bahan baku
utama, tapi sebagai pendukung bahan baku utama,”

mesin pencacah karet untuk dijadikan serbuk
kami juga menyediaakan pembelian dalam partai besar 085643329095

 

Harga Karet Naik Tajam karena Stimulus Jepang

JAKARTA, KOMPAS.com – Harga karet berjangka di bursa Tokyo pada perdagangan Selasa (22/1/2013), meningkat tajam. Bank sentral Jepang memutuskan untuk melipatgandakan target inflasi di Jepang menjadi 2 persen, sesuai dengan permintaan dari PM Shinzo Abe.

Harga karet berjangka untuk kontrak Juni mengalami kenaikan sebesar 0,9 persen dan berada di posisi 314, 5 yen per kilogram (3. 507 dolar AS per ton).

Stimulus Jepang telah berdampak bagi pelemahan Yen, sehingga meningkatkan antusiasme publik dalam membeli komoditas, yang diperdagangkan dalam yen.

Penasihat Gabungan Pengusaha Karet Indonesia, Asril Sutan Amir, mengatakan, kenaikan harga di pasar internasional seharusnya bisa dimanfaatkan para peta ni karet untuk memacu produksi.

Indonesia menjadi salah satu produsen karet terbesar di dunia, bersama Malaysia dan Thailand.

Berdasarkan data ITRC, total produksi karet dari tiga negara ini mencakup 67 persen dari total produksi dunia, dan ekspornya sebesar 86 persen dari total ekspor dunia.

Pada tahun 2011, Indonesia menghasilkan karet alam sekitar 3 juta ton atau 27 persen dari total produksi ITRC. Sebanyak 85 persen dari total produksi karet alam nasional Indonesia diekspor, dengan nilai mencapai lebih dari 11,7 miliar dollar AS pada tahun 2011.

Editor :
Agus Mulyadi
Sumber : www.kompas.com

Harga Karet Menguat karena Pembelian China

JAKARTA, KOMPAS.com — Peningkatan pembelian oleh China membuat harga karet berjangka naik signifikan. Harga karet berjangka untuk kontrak pengiriman Juni mengalami kenaikan sebesar 1 persen pada Rabu (9/1/2013) dan berada di posisi 3.528 dollar AS per metrik ton.

Kenaikan harga karet tersebut terjadi karena dorongan spekulasi bahwa China akan meningkatkan pembelian sebelum libur Imlek bulan depan. Harga karet naik setelah China meningkatkan impor karet alam sebesar 15 persen menjadi 3,28 juta ton tahun 2012 lalu.

Impor karet diproyeksikan mengalami kenaikan terus karena permintaan kendaraan bermotor juga mengalami kenaikan sehingga permintaan terhadap ban kendaraan juga mengalami kenaikan.

Pasokan karet alam di Shanghai juga mengalami kenaikan minggu lalu menjadi 97.697 ton. Pasokan ini merupakan yang tertinggi sejak Maret 2010 lalu.

Editor :

Robert Adhi Ksp

Sumber : Kompas.com

Harga Karet Bakal Tembus 3,5 Dollar AS

JAKARTA, KOMPAS.com – Setelah sempat anjlok di tahun 2012, harga karet tahun ini diproyeksikan naik cukup siginifikan.

Harga karet yang semula berada di level 2,5 dollar per kilogram, kemungkinan tembus di level 3,5 dollar AS per kg . Kenaikan tersebut tidak terlepas dari kesepakatan Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk mengatur pasokan karet.

Penasehat Gabungan Pengusaha Karet Indonesia, Asril Sutan Amir, di Jakarta, Senin (21/1/2013) mengatakan saat ini harga karet sudah menyentuh level 3,2 dollar AS. Sebentar lagi bakal tembus ke level 3,5 dollar AS. Kemajuan sangat cepat. Tahun lalu harganya menyentuh level terendah yakni di 2 dollar AS, katanya.

Dia menjelaskan kecenderungan kenaikan harga tersebut tidak terlepas dari kesepakatan tiga negara, yang tergabung dalam ITRC (International Tripartite Rubber Council).

Indonesia, Malaysia dan Thailand sepakat untuk menerapkan skema pengurangan volume ekspor karet sebesar 300.000 ton yang diberlakukan sejak Oktober 2012 sampai Maret 2013.

Editor :
Robert Adhi Ksp
Sumber :

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/21/19274970/Harga.Karet.Bakal.Tembus.3.5.Dollar.AS

Harga Karet Sulit Naik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Harga rendah masih membayangi komoditas karet. Dari sebelumnya mencapai 5 dolar AS, kini harga karet terpuruk mencapai kisaran 2,4 dolar AS.

Ketua Umum  Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Daud Husni Bastari mengatakan penurunan ini sedikit banyak akibat perang kurs dolar AS dan yen terhadap rupiah. Penyebab lain, yaitu  permintaan menurun karena semua negara menyesuikan sikap dengan krisis ekonomi dunia. “Jadi permasalahannya banyak di luar konteks produksi,” ujarnya ditemui di Gedung DPR-RI, Kamis (13/6).

Harga karet diperkirakan kembali stabil ketika ekonomi dunia ikut membaik. Namun Daud mengakui sulit mengembalikan harga karet seperti semula, yaitu dalam kisaran 5 dolar AS. Menurutnya, dibutuhkan waktu yang lama jika ingin mengembalikan harga karet seperti sebelum krisis.  “Jadi kalau kita lihat apabila kurs kita sudah tenang kembali, lalu yen dan dolar AS kembali dalam posisi yang seharusnya, harga karet akan kembali dalam keseimbangan,” ujarnya.

Di sisi lainnya, industri otomatif yang tumbuh memberikan harapan baru bagi pengusaha karet. Di setiap negara, kata dia, pemakaian ban sangat berkolerasi positif dengan GDP.

Gapkindo hingga saat ini masih berkomitmen untuk terus membeli karet rakyat untuk diolah dan diproses sebgai komoditas dagang. Namun diakui volume pembelian tidak besar, dibandingkan sebelumnya menurun. Karet Indonesia selama ini dikenal ramah lingkungan karena diproses tanpa menggunakan pertisida, herbisida dan pupuk perangsang untuk mendongkrak hasil produksi.

Saat ini Gapkindo khawatir dengan cepatnya penanaman karet di India, Thailand, Vietnam dan Kamboja. Dengan kondisi demikian, artinya terdapat daerah baru  penghasil karet. Saat ini Indonesia bersama Thailand dan Malaysia tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) dalam mengembangkan pasar karet regional. “Kami berharap pemerintah RI mendorong peningkatan ITRC hingga ke tingkat ASEAN, sehingga Vietnam dan lainnya itu ikut bertanggung jawab terhadap suplai, jangan jadi free rider,” ujar Daud.

Tahun ini diperkirakan produksi karet menurun sekitar 200 ribu ton akibat datangnya musim kemarau basah. Tahun lalu produksi mencapai 2,5 juta ton. Mendekati kuartal pertama, produksi karet alam mencapai 1,1 juta hingga 1,5 juta ton. “Konsumsi dalam negri mencapai 500 ribu ton,” ujarnya.

Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin)  Benny Wachjudi mengatakan potensi perkembangan industri karet masih sangat besar. Saat ini produksi karet cukup besar, mencapai 1 ton per hektare (ha). Karakter karet Indonesia  yang ramah lingkungan bisa dikembangkan untuk menggaet pasar.

Sementara itu, pemerintah juga perlu membantu menggembangkan merk lokal. “Merk lokal harus dibantu dengan insentif pajak,” tambah Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin, Panggah Susanto saat rapat panitia kerja di Komisi VI DPR RI, Kamis (13/6).

Reporter : Meiliani Fauziah
Redaktur :
Nidia Zuraya

Sumber : http://www.republika.co.id

Bantu Petani, Harga Karet Harus Ditentukan Pemerintah

16 Juni 2013

TELUK KUANTAN – Sejauh ini harga standar karet untuk melindungi petani karet dalam menjual karet mereka belum ada. Hal ini berbeda dengan sektor tanaman pangan yang sudah aturan mengenai hal ini.

” Salah satu kelemahan disektor komoditi karet di Kuansing saat ini termasuk daerah lain, karena belum ada standar harga karet, harga karet tergantung benar kepada mekanisme pasar,”ujar Kadis Perkebunan Kuansing, Wariman DW, SP, MM melalui Sekretaris Dinas Perkebunan Kuansing, Miswadi, SP, M.Si belum lama ini diruang kerjanya.

Ironisnya ujar Miswadi, sebagian besar penduduk Kuansing mengandalkan  kehidupan dari komoditi ini. Karena itu alangkah baiknya semua fihak teurtama para pengambil keputusan di nasional dan provinsi dapat membuat kebijakan tentang standar harga karet tersebut.

Sebelum adanya kebijakan standar harga karet ujarnya, fihaknya hanya bisa mengusulkan keluhan para petani terkait hal ini setiap ada pertemuan di Pekanbaru maupun di Jakarta dan daerah lain. Dari penyampaian yang dilakukan fihaknya, instansi pengambil keputusan hendaknya faham dengan permasalahan yang dihadapi para petani karet dilapangan.

Disamping itu lanjutnya, Dinas Perkebunan Kuansing sendiri mendorong para petani untuk meningkatkan kualitas karet mereka, dengan aturan bahan kayu dan  kandungan air yang sedikit sesuai standar Kementrian Pertanian.

” Dalam upaya ini Kita mendorong mereka membentuk kelompok tani seperti didesa Kopah yang sudah  cukup maju,”ujarnya.

Sebab dengan mereka bergabung dalam kelompok tani ujar Miswadi,  dinas Perkebunan Kuansing akan relatif mudah untuk memberikan pelatihan, sosialisasi dfan penyuluhan terkait upaya peningkatan harga jual karet petani.

Sebab terusnya, dalam komoditi karet, harga tergantung kualitas karet yang dihasilkan petani. ” Kalau karetnya bermutu tinggi harga mereka akan tetap tinggi dan dicari pabrik. Sebab pabrik memang ingin produksi mereka di pabrik mudah dan cepat karena kandungan kayu tidak banyak,’pungkasnya. ( isa )

Sumber : http://kuansingterkini.com