Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Tahun 2013 Produksi CPO Indonesia Naik 10 Persen

Kamis, 27 Desember 2012
JAKARTA- Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan produksi minyak sawit mentah (CPO) di dalam negeri pada 2013 meningkat 10 persen dari realisasi tahun ini sebesar 25,5 juta ton akibat minimnya pengembangan lahan.

“Pada tahun depan, produksi CPO nasional mencapai 28,5 juta ton, naik 10 persen dari realisasi tahun ini sebesar 25,5 juta ton. Hal ini karena sejak beberapa tahun terakhir, pengembangan lahan perkebunan komoditas tersebut sangat sedikit akibat kesulitan mendapatkan lahan baru,” kata Wakil Ketua DMSI, Derom Bangun, di Jakarta, Rabu.

Ekspansi lahan sawit, menurut Derom, terhambat berbagai kebijakan pemerintah dari dalam negeri maupun luar negeri termasuk masalah moratorium sawit.

“Terbatasnya kenaikan areal dan produksi sawit nasional sangat disayangkan karena permintaan CPO semakin tinggi sejalan dengan bertambahnya kebutuhan baik akibat pertambahan penduduk hingga perkembangan industri. Namun, dengan minimnya pertambahan produksi, diharapkan harga jual bisa naik kembali dan meningkat terus,” katanya.

Pada 2013 harga jual minyak sawit, lanjut Derom, diproyeksikan mencapai 850 dolar AS per ton dan paling tinggi 900 dolar AS per ton.

“Akibat krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa, harga CPO berada pada kisaran 850 dolar AS sampai dengan 900 dolar AS per ton. Hingga akhir tahun ini, rata-rata harga jual CPO sekitar 1.000 dolar AS per ton,” katanya.

Derom menambahkan, krisis utang di AS dan Eropa membuat permintaan CPO di pasar internasional, khususnya negara pembeli utama China dan India, melemah.

“Krisis global membuat harga CPO menjadi menurun dan permintaannya semakin berkurang,” katanya.(ant/hrb)

Sumber :

http://www.investor.co.id/agribusiness/2013-produksi-cpo-indonesia-naik10-persen/51459

Tarif Bea Keluar CPO Turun 1,5 Persen

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Bea Keluar (BK) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk bulan pertama tahun 2013 kembali turun. Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebutkan, tarif BK CPO Januari 2013 dipatok hanya 7,5 persen, turun dari bulan Desember 2012 yakni 9 persen.

Bachrul Chairi, pelaksana tugas (plt) Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag mengatakan, penurunan BK tak lepas dari pengaruh harga CPO yang ikut turun. “Penurunan BK juga diikuti penurunan Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO,” ujar Bachrul, Rabu (26/12/2012).

Berdasarkan data Kemendag, harga referensi CPO selama satu bulan terakhir adalah 780,26 dolar AS per metrik ton, turun 5,4 persen dibandingkan harga sebulan sebelumnya yang ada dikisaran 825,34 dolar AS per ton.

Masih mengutip data yang sama, HPE CPO bulan Januari besarannya adalah 709 dolar AS per metrik ton, turun 5,9 persen dibandingkan bulan ini sebesar 754 dolar AS per ton. Asal tahu saja, HPE adalah instrumen untuk menghitung nilai BK yang harus dibayar oleh eksportir CPO.

Berdasarkan riset KONTAN, BK CPO Januari ini merupakan yang terendah selama setahun terakhir. Bahkan, bila dibandingkan year on year (y-o-y), BK CPO Januari 2012 sempat mencapai 15 persen.

Sumber :

http://www.tribunnews.com

Tabel Harga TBS Sawit 26 April – 02 Mei 2013 di Jambi

Daftar/Tabel Harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit Tanggal 19 – 25 April 2013 berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Jambi :

Umur

Harga  TBS
(Rp/Kg)

3 Tahun

1.062

4 Tahun

1.123

5 Tahun

1.175

6 Tahun

1.225

7 Tahun

1.256

8 Tahun

1.282

9 Tahun

1.308

10 – 20 Tahun

1.346

21-24 Tahun

1.305

25  Tahun ke Atas

 1.243

Sumber : Dinas Perkebunan Jambi

Harga rata-rata CPO            = Rp 6.463       /Kg
Harga rata-rata Inti Sawit  = Rp 3.190  /Kg
Indeks “K”                              : 85,38%
Daftar Lengkap Tabel Informasi Harga TBS kelapa sawit di wilayah Indonesia sebagai Pembanding  harga atau untuk mendapatkan prediksi harga terbaru/terkini buah kelapa sawit dapat di lihat di :

Harga Membaik, Produsen CPO Ekspansi

Selasa, 05 November 2013

SURABAYA – Kebutuhan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menunjukkan tren meningkat. hal ini seiring membaiknya ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat. Dampaknya, harga CPO terus membaik baik dan tahun depan diprediksi makin meningkat.

Wakil Presiden Direktur PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) Kreisna Dewantara Gozali menyatakan, tahun lalu saat masa panen pada semester kedua, harga CPO anjlok menjadi Rp 6.000 per kg. Padahal, pada enam bulan sebelumnya bisa mencapai Rp 7.000 per kg. “Saat ini kondisi membaik. Pada semester pertama harga Rp 7.200, sekarang saat panen berkisar Rp 8.000 per kg. Tahun ini beda dengan sebelum-sebelumnya,” kata Kreisna.

Menurut dia, demand CPO yang tinggi membuat harga terus membaik. Karena itu, pihaknya berani melakukan ekspansi. Tak hanya memperluas lahan kebun sawit, tapi juga membangun pabrik baru. “Kami menambah pabrik baru CPO dengan kapasitas 45 ton per jam,” ujarnya. Sebelumnya, Gozco sudah memiliki dua pabrik yang berkapasitas total 135 ton per jam.

Dengan tambahan ini, perseroan yang memiliki lahan 40 ribu hektare kelapa sawit itu bakal memproduksi 180 ton per jam. “Operasi pabrik baru pada triwulan III 2014. Nilai investasinya Rp 155 miliar,” jelasnya. Sampai akhir September, area tanaman menghasilkan (TM) milik emiten dengan kode perdagangan GZCO itu mencapai 25.250 hektare. Sedangkan 15.138 hektare berupa tanaman belum menghasilkan (TBM). Volume produksi hingga September mencapai 33 ribu ton atau 51 persen dari target 63.250 ton.

Sementara itu, PT BW Plantation Tbk (BWPT) menargetkan perluasan pabrik CPO di Kalteng akan meningkatkan kapasitas produksi dari 45 ton per jam menjadi 60 ton per jam. Perseroan berinvestasi USD 2 juta untuk perluasan pabrik tersebut. “Beroperasinya perluasan pabrik untuk mengantisipasi panen pada November,” ujar Direktur BW Plantation Kelik Irwantono.

BWPT juga memperluas lahan untuk penanaman baru sawit mencapai 6 ribu hektare. Dengan begitu, total lahan tertanam menjadi seluas 67.161 hektare termasuk lahan plasma 6.726 hektare. Saat ini perseroan memiliki 110 ribu hektare lahan, termasuk yang telah diakuisisi seluas 2 ribu hektare. (dio/oki)

Sumber :

http://www.jpnn.com/read/2013/11/05/199231/Harga-Membaik,-Produsen-CPO-Ekspansi-#

Baca Berita Lengkap Tentang Sawit di :

Awal 2014 Harga CPO di Prediksi Meningkat

20 November 2013
Penulis: Poponk

margind.com-Medan. Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memprediksi harga ekspor minyak sawit mentah (CPO) akan terus meningkat menyusul melonjaknya permintaan untuk persediaan menjelang akhir tahun 2013 dan memasuki awal 2014.

“Harga ekspor CPO diperkiraan bisa menembus 950 dolar AS per metrik ton, naik dari harga CPO pekan ini yang bergerak pada kisaran 917,5 dolar AS per metrik ton,” kata Ketua Umum DMSI, Derom Bangun di Medan, seperti dilansir Antara, Rabu (20/11).

Menurut Derom, perkiraan kenaikan harga komoditi tersebut dipicu antaralain penurunan produksi CPO akibat anomali cuaca.

Produksi CPO yang biasanya mencapai 2,5 juta metrik ton per bulan, diperkirakan bisa merosot hingga hanya sekitar 2,2 juta ton.

Meski begitu ia menjelaskan, di sisi lain harga CPO juga bisa semakin menguat jika penggunaan biodiesel di dalam negeri semakin banyak seperti yang direncanakan pemerintah.

Peningkatan penggunaan biodiesel di Indonesia sudah diberlakukan mulai September 2013.

Meningkatkan harga ekspor juga mendorong naiknya harga tandan buah segar (TBS) di pabrikan berkisar Rp1.267 per kg-Rp1.777 per kg.

Untuk mendukung agar petani tetap berminat bertanam sawit, harusnya pengusaha pabrikan memberikan harga ideal atau sesuai dengan harga ekspor.

Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Asmar Arsjad menyebutkan harga TBS memang sedang memasuki tren naik.
“Sudah hampir satu bulan harga TBS naik dan itu menyenangkan petani,”katanya.

Asmar mengakui, harga jual di petani memang sering terlambat mengikuti harga jual di pasar dengan berbagai alasan seperti mutu buah yang kurang bagus.

“Makanya Apkasindo terus berupaya meningkatkan mutu TBS petani agar harga jualnya mahal,” katanya. redaksi@margind.com

Sumber : http://margind.com

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Prediksi Pengusaha Soal Harga CPO Hingga Akhir Tahun

18 Desember 2013

SPC, Jakarta Tak hanya ekspor CPO saja yang naik sepanjang November. Harga CPO di bulan November juga menguat dari dikisaran US$ 900 – US$ 945 per metrik ton. Harga rata-rata sepanjang November ada di posisi US$ 919 per metrik ton atau naik 7% dibandingkan harga rata-rata bulan lalu US$ 859 per metrik ton. Sampai akhir tahun, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memproyeksikan, harga CPO global akan naik karena kondisi cuaca Indonesia dan Malaysia diperkirakan mengalami curah hujan tinggi. Akibat cuaca itu, panen akan terganggu dan produksi diperkirakan berkurang.

Selain itu, menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru, permintaan akan CPO juga akan mengalami kenaikan. Dalam perkiraan GAPKI, harga CPO bulan Desember diperkirakan bergerak dikisaran US$ 900 – US$ 950 per metrik ton.

“Bea Keluar CPO pada bulan Desember ditetapkan pemerintah sebesar 12% dengan harga referensi rata-rata CPO US$ 910 dan Harga Patokan Ekspor US$ 835 per metrik ton,” kataFadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI dikutip, Rabu (18/12).

Ekspor CPO Naik 8,2%

Tingginya curah hujan di Malaysia dan Indonesia membuat produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berkurang. Produksi yang berkurang itu menimbulkan spekulasi yang membuat permintaan CPO jangka pendek naik dan mendongkrak harga akhir pekan terakhir selama November.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, dampak dari kenaikan permintaan tersebut membuat ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia selama November 2013 menembus angka 2 juta ton.

Volume ekspor CPO tercatat naik sebesar 152,3 ribu ton atau naik 8,2% menjadi 2,01 juta ton dari realisasi 1,86 juta ton di bulan lalu. Angka tersebut tercatat naik 1,6% jika dibandingkan dengan kinerja ekspor periode yang sama tahun lalu yaitu 1.98 juta ton.

Untuk pertama kalinya sejak Juni, India mengimpor CPO dan turunananya dari Indonesia hingga lebih dari 500.000 ton. Pada November impor India mencapai 529.520 ton atau naik 8,5% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 488.260 ton.

Naiknya impor CPO India karena adanya spekulasi pemerintah India akan menaikkan pajak impor refined oil dari 7.5% menjadi 10%. “Hal ini mengakibatkan importir India mengambil kesempatan mengimpor sebanyak mungkin sebelum pajak impor baru diberlakukan,” jelas pernyataan GAPKI.

Selain itu, China mencatat kenaikan impor CPO dan turunannya dari Indonesia sebesar 306.730 ton atau naik 10.240 ton atau naik sebesar 3,5% jika dibandingkan impor bulan lalu. Kenaikan impor yang cukup signifikan juga datang dari Pakistan.

Pada November lalu, ekspor Indonesia ke Pakistan mencapai 125.630 ton atau naik sebesar 58.320 ton atau naik 87% jika dibandingkan dengan impor bulan lalu. Naiknya ekspor ke Pakistan terkait dengan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia dan Pakistan yang efektif berlaku September lalu.

Sementara itu, ekspor CPO Indonesia ke Amerika Serikat (AS) tercatat sebanyak 47.800 ton atau naik 12.630 ton atau naik 35,9%. Namun, berbeda dengan kondisi ekspor ke Eropa yang justru mengalami penurunan.

GAPKI mencatat, ekspor CPO ke Eropa turun sebesar 46.340 ton atau turun 11,7 % dari 395.380 ton menjadi 349.030 ton di November. “Turunnya impor Eropa karena anti dumping duties impor biodiesel terhadap Indonesia dan Argentina yang efektif diberlakukan dan berdampak negatif juga terhadap impor CPO,” kata GAPKI.

Penurunan impor CPO juga terjadi di Bangladesh, dari 101.900 ton, turun menjadi 53.550 ton di November. (SPC/25/Kontan)

Sumber : http://suarapengusaha.com

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Harga CPO diprediksi tembus Rp2.000/kg

Kamis, 2 Januari 2014 22:36 WIB
Pewarta: Frislidia

Pekanbaru (ANTARA News) – Harga tandan buah segar CPO Riau pada tahun 2014 diprediksi tembus sebesar Rp2.000 per kg dibanding akhir 2013 sebesar Rp1.963 per kg antara lain dampak instruksi Presiden SBY untuk menggunakan biodiesel dalam kebijakan energy nasional ke depan.

“Intruksi tersebut disampaikan Presiden SBY saat kegiatan Indonesian Palm Oil Confrence (IPOC) beberapa minggu lalu,” kata Kepala Dinas Perkebunan Riau, Zulher di Pekanbaru, Kamis.

Menurut Zulher, instruksi tersebut akan berdampak pada pembangunan investasi industri hilir kelapa sawit menjadi biodiesel yang akan mengkonsumsi bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dalam negeri yang lebih banyak.

Prediksi harga CPO Riau makin membaik juga akibat kebijakan dan implementasi Brazil, Argentina, China, dan India untuk mengimpor CPO lebih banyak dari tahun sebelumnya dari Indonesia.

“Impor itu akan diyakini memicu pengembangan biodiesel disamping an memenuhi kebuuthan dalam negeri,” katanya.

Ia menyebutkan, bahwa Brazil akan menggunakan CPO untuk meningkatkan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar energy (BBE) nasionalnya.

Kini, katanya lagi, Brazil telah menggunakan 10 persen BBE dari biodiesel itu dan ke depan Brazil akan meningkatkan penggunaan biodiesel sekaligus meningkatkan pasokan CPOnya dari Indonesia.

Di samping itu turut mendongkrak kenaikan harga CPO Riau adalah permintaan impor India yang juga mengalami peningkatan.

“India membutuhkan lebih banyak impor CPO karena permintaan minyak nabati di India diperkirakan juga meningkat pesat dari sekitar 7,7 juta ton menjadi 18 juta ton,” katanya dan meragukan India bisa saja memilih minyak nabati dari negara lain jika Indonesia dan Malaysia yang selama ini menjadi negara pemasok CPO mengenakan pajak ekspor.

Faktor lainnya yang akan turut memicu naiknya harga CPO Riau berdasarkan rilis harga dari Bursa Derivatif Malaysia, dimana harga CPO Malaysia untuk tahun 2014 diprediksi akan berada pada level RM2.600- RM2.900.

Oleh karena itu Zulher optimistis industri subsektor perkebunan dan industri hilir kelapa sawit Riau akan terus berkembang seiring dengan perkembangan permintaan ekspor tersebut.

“Kini saatnya untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas CPO dalam negeri sehingga petani kelapa sawit, pengusaha hingga pemerintah agar terus mengembangkan program agroindustri,” kata Zulher. (*)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2014

Sumber : http://www.antaranews.com

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Indonesia Acuan Harga CPO Sawit

Sabtu, 11 Januari 2014

JAKARTA, — Pemerintah terus berupaya menjadikan Indonesia sebagai acuan harga minyak kelapa sawit mentah di pasar global. Dari total harga acuan tarif bea keluar, 60 persen dibentuk dari harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) domestik.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menjelaskan hal ini di Jakarta, Jumat (1/1). Adapun sisanya berasal dari harga CPO di Malaysia (20 persen) dan Rotterdam, Belanda (20 persen).

”Ini bagus karena tingkat ketergantungan Indonesia terhadap pembentuk komposit lain makin kecil. Berkaca pada timah, harga Indonesia paling tinggi dan terus meningkat. Bahkan, jika selisih harga CPO dengan salah satu pembentuk komposit lebih dari 20 dollar AS per ton, Indonesia bisa menggunakan harga sendiri,” kata Gita, Jumat (10/1).

Sebelum gabungan pembentuk (komposit) harga baru ini berlaku September 2013, harga acuan tarif bea keluar dihitung rata-rata sederhana dengan menggabungkan harga Indonesia, Malaysia, dan Belanda. Langkah ini membuat Indonesia tidak menikmati keuntungan dari pembentukan harga CPO.

”Dengan pulihnya perekonomian negara-negara mitra utama dagang Indonesia dan negara tujuan ekspor CPO, ekspor Indonesia akan meningkat. Ini akan menguntungkan transaksi perdagangan Indonesia,” ujar Gita.

Pemerintah menggunakan harga komposit untuk menentukan tarif bea keluar yang direvisi setiap bulan mengikuti fluktuasi harga CPO di ketiga negara. Sejak tahun 2007, pemerintah menetapkan tarif bea keluar CPO secara progresif sesuai fluktuasi harga pasar.

Sudah sepatutnya Indonesia mendominasi komposit harga acuan karena merupakan produsen terbesar CPO dunia, meninggalkan Malaysia sejak tahun 2006.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) M Fadhil Hasan mengatakan, hal ini langkah baik yang harus diikuti dengan kebijakan lain untuk lebih menghidupkan bursa komoditas di dalam negeri. Langkah itu, antara lain, membuat kebijakan yang menarik perusahaan CPO swasta dan badan usaha milik negara lebih banyak bertransaksi di bursa komoditas di dalam negeri.

Sementara itu, ekspansi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) kian memprihatinkan. Perizinan per Juni 2013 seharusnya hanya sekitar 1,5 juta hektar. Namun, saat ini izin yang diberikan mencapai lebih dari 4 juta hektar. Pemerintah Provinsi Kalbar dan kabupaten harus segera menghentikan izin perkebunan kelapa sawit karena dampak kerusakan hutan semakin terasa.

”Pemprov dan pemerintah kabupaten di Kalbar tidak konsisten. Ini bisa membuat hutan di Kalbar semakin rusak,” ujar aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalbar, Hendrikus Adam, di Pontianak. Menurut dia, dampak kerusakan hutan sudah semakin terasa di sejumlah wilayah. (HAM/AHA/ESA)

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Berita Tentang Kelapa Sawit dan Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Patokan harga CPO Sawit Segera Gunakan Rupiah

Selasa, 21 Januari 2014
Pewarta: Evalisa Siregar

Medan (ANTARA News) – Pemerintah merencanakan mulai tahun ini memberlakukan patokan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam satuan mata uang rupiah, dan bukan lagi mengacu ke dolar Amerika Serikat (AS) atau Ringgit Malaysia (RM) seperti selama ini, kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.

“Seperti produk timah yang sudah diperdagangkan dalam satuan Rupiah, maka CPO juga akan seperti itu pada tahun ini juga,” ujarnya di Medan, Selasa.

Gita mengemukakan, langkah itu dinilai tidak menimbulkan masalah atau terganggu mengingat Indonesia merupakan produsen sawit terbesar dunia.

Sebagai produsen utama, menurut dia, maka posisi tawar-menawar (bargaining power) Indonesia sudah sangat besar.

Indonesia pada 2014 menargetkan produksi CPO dapat mencapai 29,5 juta ton, atau meningkat dari tahun lalu yang sekira 26,2 juta ton.

Dari jumlah produksi itu, dikemukakannya, sebagian besar masih diekspor karena selain permintaan banyak, kebutuhan juga masih jauh di bawah produksi, adapun India dan China adalah pembeli utama sawit Indonesia.

“Kalau memang butuh sawit Indonesia, ya harus ikut aturan Indonesia,” katanya.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengatakan, sudah seharusnya harga patokan CPO memakai rupiah karena sebagai produsen terbesar.

Produksi CPO Indonesia yang tahun ini diperkirakan bisa 29,5 juta ton hampir 50 persen dari kebutuhan dunia 2014 yang mencapai 58,3 juta ton.

Bahkan, ia menyatakan, pasar dunia berharap pada 2020, produksi Indonesia mencapai 42 juta ton dari total produksi dunia 78 juta ton.

“Sudah lama kita mengikuti keinginan pembeli. Jadi memang sudah saatnya untuk membuat patokan harga dengan rupiah,”katanya.

Dia memperhitungkan, kebijakan pemerintah itu bisa menekan isu negatif komoditas tersebut dan termasuk bisa menjadi penentu harga jual di pasar sehingga otomatis harga tidak mengalami fluktuasi besar. (*)

Editor: Priyambodo RH

Sumber : http://www.antaranews.com

Berita Tentang Kelapa Sawit dan Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Bisnis CPO Makin Cerah Kata DSN Group

Selasa, 28 Januari 2014
Oleh: Wiyanto

Jakarta – PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group) memprediksi Crude Palm Oil (CPO) akan cerah pada 2014.

Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN Group), Djojo Boentoro pendukungnya adanya kebijakan penyerapan biodiesel. “Bagaimana prediksi, saya kasih jawaban kita lihat industrinya sawit akan berkembang apa yang terjadi kita lihat usia rata tanaman masih sangat muda. Kita pada 2013 umur rata-rata 7,4 tahun. Itupun artinya secara biologis masih ABG,” ujar Djojo dalam “Media Luncheon dalam rangka update kinerja perusahaan (DSN) Group di Jakarta, Selasa (28/1/2014).

Djojo mengatakan dengan usia kelapa sawit yang masih muda dan akan menuju dewasa sekitar tujuh tahun mendatang. “Usia dewasa usia 14 tahun meskipun begitu berdasarkan data empat tahun kebelakang hasil ton buah tandan segar partner melampaui. Perusahaan lain kita mendekati standar laboratorium PPKS skala komersil,” ucapnya.

Melihat prespek yang begitu besar, pihak Djojo bersama direksinya memutuskan mengambil porsi sawit hampir 70% kedepannya. “Ke depan memang bisnis unit sawit menjadi motor utama. Kenapa, karena perkebunan sawit salah satu yang dibilang bisnis yang dibutuhkan. Seperti minyak bisa mentega minyak goreng minyak intinya bahan dasar kosmetik,” jelasnya. [hid]

Sumber : http://pasarmodal.inilah.com

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :