Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Minyak Sawit Berjangka Berada Dekat Tertinggi 17 Bulan Karena Perkiraan Stok Yang Lebih Rendah

Wednesday, 26 February 2014

Minyak sawit berada di dekat tertinggi 17 – bulan oleh spekulasi persediaan di Malaysia bisa menurun untuk bulan kedua setelah output berkurang di produsen terbesar setelah Indonesia.

Kontrak untuk pengiriman Mei ditutup turun 0,4 persen di 2.733 ringgit (US $ 835) per metrik ton di Bursa Malaysia Derivatives dibandingkan dengan 2.741 ringgit penutupan kemarin di Kuala Lumpur. Futures naik sekitar 7 persen bulan ini .

Output turun sekitar 9 persen dalam 20 hari pertama bulan ini dari periode yang sama pada bulan Januari, kata Paramalingam Supramaniam, direktur broker Pelindung Bestari Sdn . di Selangor, mengutip perkiraan dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Malaysia. Panen terendah pada bulan Januari dan Februari setiap tahun karena siklus tumbuh. Output turun untuk bulan ketiga menjadi 1,51 juta ton pada bulan Januari, sementara cadangan turun menjadi 1,93 juta ton, menurut Dewan Minyak Sawit Malaysia.

“Kami berharap persediaan yang lebih rendah pada bulan Februari karena diharapkan produksi yang lebih rendah,” Alan Lim Seong Chun, seorang analis di Kenanga Investment Bank Bhd, mengatakan melalui telepon di Kuala Lumpur. Stok bisa turun menjadi 1,8 juta ton, katanya.

Ekspor dari Malaysia meningkat 1,6 persen menjadi 1,05 juta ton pada 25 hari pertama bulan ini dari periode yang sama pada bulan Januari, surveyor Intertek mengatakan hari ini.

Minyak kedelai, alternatif untuk kelapa sawit dalam makanan dan bahan bakar, untuk pengiriman Mei turun 0,2 persen menjadi 40,97 sen per pon di Chicago Board of Trade, sedangkan kedelai kehilangan 0,2 persen menjadi $ 13,7225 per bushel setelah mencapai $ 13,78 kemarin, tertinggi sejak September 13 .

Kelapa sawit dimurnikan untuk pengiriman Mei turun 0,8 persen dan ditutup pada 6.112 yuan ( $ 1,000) per ton di Dalian Commodity Exchange. Minyak kedelai untuk pengiriman September turun 0,6 persen menjadi 6.836 yuan.

Sumber : http://optimacapital.co.id/market-news-analysis/market-analysis/minyal-sawit-berjangka-berada-dekat-tertinggi-17-bulan-karena-perkiraan-stok-yang-lebih-rendah/

Daftar Lengkap Harga Buah Sawit di Indonesia dan Berita-berita Seputar Perkebunan Sawit Bisa Dilihat di Bawah ini :

Bursa Malaysia Libur Waisak, CPO Diprediksi Menguat

Perdagangan CPO di Bursa Malaysia pada hari ini diliburkan untuk memperingati hari Waisak. Namun, analis Vibiz memprediksi harga CPO akan kembali menguat pada saat bursa kembali dibuka.

Harga CPO yang pada pekan lalu mengalami penurunan akibat harga kedelai diprediksi akan kembali menguat disaat Bursa Malaysia kembali dibuka. Hal tersebut dilandasi oleh penguatan harga kedelai di Amerika Serikat dan masih adanya sentimen positif dari siklus El Nino dan Idul Fitri.

Harga kedelai yang pada pekan lalu melemah, berimbas pada merosotnya harga CPO. Fungsi substitusi kedelai untuk minyak goreng nabati, membuat demand CPO mengalami pelemahan. Namun, pada akhir pekan lalu, rilis data Departemen Agrikultur AS, membalikan posisi trend harga pada kedelai. Terpantau pada awal pekan ini, harga kedelai mengalami penurunan karena data proyeksi output kedelai yang diprediksikan mengalami peningkatan.

Sentimen positif lainnya pada harga CPO dapat dipicu oleh isu El Nino yang masih mungkin terjadi dengan probabilita mencapai 60%. Selain itu, momen Idul Fitri pada bulan Juli juga berpotensi mengakibatkan lonjakan harga CPO dimana pasar Asia lebih cenderung memilih minyak goreng nabati dari sawit.

Sebelumnya pada perdagangan Senin di Bursa Malaysia, harga CPO ditutup menguat. CPO berjangka untuk kontrak Juli 2014 naik 0,1% ke tingkat harga 2.580 RM/ton.

Bagus Aditoro/ Analyst Economy Research at Vibiz Research/VM/VBN
Editor: Jul Allens

Sumber : http://vibiznews.com/

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Daya Saing Substitusi Kedelai Semakin Perlemah Harga CPO

12 Mei 2014

Harga CPO pada perdagangan pekan lalu terpantau terus mengalami pelemahan sepanjang pekan. Pelemahan harga CPO dipicu oleh tekanan harga kedelai yang dapat mensubstitusi kebutuhan global CPO untuk minyak goreng nabati.

Harga kedelai yang sedang berada dalam trend pelemahan sepanjang pekan lalu terus berdampak pada melemahnya harga CPO di Bursa Malaysia. Sentimen positif dari semakin dekatnya momen Idul Fitri serta El Nino tidak mampu mengangkat harga CPO.
Harga CPO yang tidak mampu terangkat disebabkan oleh kuatnya daya saing substitusi kedelai untuk memenuhi permintaan terutama sebagai pasokan kebutuhan minyak goreng nabati jelang Idul Fitri. Imbasnya, harga CPO mengalami pelemahan akibat tekanan harga kedelai yang terus turun.

Pada perdagangan sepanjang pekan lalu, harga CPO terpantau melemah di Bursa Malaysia. Harga CPO berjangka untuk kontrak Juli 2014 turun 3,2% ke tingkat harga 2577 RM/ton pada penutupan Jumat pekan lalu.

Hingga saat ini, harga CPO terpantau sedang mengalami penguatan di Bursa Malaysia. Harga CPO berjangka untuk kontrak Juli 2014 naik 0,38% ke tingkat harga 2580 RM/ton atau menguat 3 RM/ton.

Harga CPO diprediksi masih akan mengalami pelemahan. Hal tersebut dilandasi oleh masih kuatnya sentimen negatif dari persaingan harga kedelai.

Bagus Aditoro/ Analyst Economy Research at Vibiz Research/VM/VBN
Editor: Jul Allens

Sumber : http://vibiznews.com/

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Terus Dijegal, Permintaan Minyak Sawit RI Kini Rontok

4 Juni 2014

Jakarta – Ekspor minyak sawit alias crude palm oil (CPO) turun 45,02 persen. CPO adalah komoditas andalan nomor satu RI. Rontoknya permintaan CPO berakibat anjloknya ekspor secara keseluruhan.

Ekspor CPO turun 45,02 persen, dari US$ 2,3 miliar pada Maret 2014 menjadi US$ 1,1 miliar pada April 2014. Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan, mengaku akan menyelidiki apa penyebab penurunan ekspor ini.

“Saya mendapatkan angka penurunan ekspor yang sangat drastis untuk CPO. Kami akan lihat dengan seksama bersama dengan instansi terkait,” kata Muhammad Lutfi, dalam jumpa pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (3/6/14).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor periode April 2014 mencapai US$ 14,29 miliar, turun 5,92 persen dibanding ekspor periode Maret 2014 (month on month) yang sebesar US$ 15,19 miliar. Penurunan ekspor terutama dipicu merosotnya ekspor CPO.

Kelesuan permintaan ekspor CPO ini di luar kebiasaan. Sebab  ekspor CPO justru lazim naik menjelang bulan Ramadhan. Lutfi juga berencana mengumpulkan perusahaan minyak sawit untuk membahas bersama permasalahan yang dihadapi mereka.

“Saya akan mengumpulkan perusahaan minyak sawit. Beri kami waktu untuk melihat permasalahan turunnya ekspor CPO tersebut. Kami harus mencari penyelesaiannya,” tegas Lutfi.

Isu Negatif

Indonesia merupakan penghasil CPO terbesar di dunia. Dari total 9,7 juta CPO dunia, 47,8 persen atau 4,8 juta ton berasal dari Indonesia. Sayang, CPO kita sering dijegal di pasar global.

Indonesia banyak diserang isu negatif. Seperti isu lingkungan pembalakan hutan, hingga konflik sosial seputar lahan sawit. CPO Indonesia juga diisukan sebagai pemicu penyakit berbahaya, seperti obesitas, penyakit jantung, dan kolesterol.

Bahkan Eropa belakangan mengeluarkan aturan, tiap produk makanan di sana wajib mencantumkan label “No Palm and Without Palm”. “Masalah serius yang dihadapi sawit Indonesia adalah kampanye negatif di Eropa. Di Eropa produk makanan diwajibkan mencantumkan label, tetapi isinya sangat ekstrem yaitu No Palm and Without Palm,” kata Delima Hasri Darmawan, Wakil Ketua III Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).

DMSI meyakini serangan isu tersebut hanya didasari oleh kepentingan persaingan dagang. Apalagi, Eropa sebagai pasar terbesar CPO Indonesia, juga merupakan kawasan penghasil minyak nabati. Namun, minyak nabati Eropa berbahan baku jenis kedelai, jagung dan bunga matahari. (anila/dpy)

Sumber : http://www.nefosnews.com/

Bacaan Lain Seputar Kelapa Sawit :

Penurunan Harga Minyak Dunia Bakal Pengaruhi Harga CPO

16 Oktober 2014

Jakarta: Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, dari sisi fundamental, investor masih cemas dengan melimpahnya suplai produk pertanian dunia terutama kedelai yang merupakan produk substitusi untuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Berlanjutnya penurunan harga minyak dunia juga dikhawatirkan dapat turut menggerogoti minat CPO sebagai biodiesel.

“Hal ini dapat memberikan sentimen negatif untuk CPO,” kata Zulfirman dalam risetnya yang diterima Metrotvnews.com, Kamis (16/10/2014).

Meski demikian, lanjut Zulfirman, penghapusan pajak ekspor CPO Indonesia dan Malaysia serta pelemahan rupiah dan ringgit Malaysia mungkin dapat memberikan harapan akan membaiknya ekspor CPO dari negara produsen CPO terbesar nomor satu dan nomor dua di dunia tersebut.

Zulfirman menambahkan, CPO perlu mencatatkan level penutupan harian di bawah MA 50 harian (RM2110) untuk menambah tekanan penurunan. Kegagalan mengatasi MA 50 harian dapat memicu aksi bargain-hunting dan mendorong pergerakan sideways untuk sementara waktu seiring harga terperangkap di antara MA 50 harian dan MA 200 harian.

“Outlook CPO masih netral, namun CPO dapat melemah terbatas dengan target penurunan RM2090 dan stop-loss RM2160. CPO mungkin akan diperdagangkan di kisaran RM2115 hingga RM2130 untuk hari ini,” ucapnya.

Resistance Level : RM2130, RM2150, RM2180

Support Level     : RM2110, RM2090, RM2065.

WID

Sumber : http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/10/16/305780/penurunan-harga-minyak-dunia-bakal-pengaruhi-harga-cpo

Harga CPO Rendah, Pengusaha Sawit Mengeluh ke Jokowi

Sabtu, 29/11/2014

Bandung, CNN Indonesia — Industri kelapa sawit saat ini dalam kondisi sulit akibat anjloknya harga minyak sawit mentah dunia. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan permintaan minyak sawit sehingga harga dapat kembali naik adalah meminta pemimpin negara-negara produsen minyak kelapa sawit untuk mewajibkan kebijakan biofuel.

Salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit yang diharapkan dapat mengimplementasikan kewajiban penggunaan biofuel secara wajib adalah Indonesia.

Pengusaha internasional berharap pada ketegasan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam implementasi program biofuel agar konsumsi semakin menanjak.

Direktur perusahaan komoditas asal India, Godrej International Ltd., Dorab Mistry mengatakan Pemerintah Indonesia diharapkan dapat bersikap lebih tegas dalam mengimplementasikan biofuel. Dia menilai Indonesia kurang serius dalam melaksanakan kebijakan biofuel-nya.

“Pemerintah Indonesia sekarang ini hanya menyuruh PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan penggunaan biofuel, tetapi saya kira pemerintah harus lebih keras dan tegas guna mendorong pemakaian biofuel,” ujarnya dalam International Palm Oil Conference 2015 di Bandung, Jumat (28/11).

Menurutnya ketegasan tersebut dapat menjadi faktor pendongkrak konsumsi minyak sawit sebagai bahan biofuel. Apalagi, dia menilai pasar minyak sawit masih terkendala pada persyaratan terkait sustainability atau keberlanjutan, di negara-negara Eropa dan Amerika.

“Kalau penggunaan biofuel meningkat, maka permintaan terhadap minyak sawit akan melonjak dan mendongkrak harga,” jelasnya.

Harga Minyak Sawit Mentah

Mengenai harga, Doraj memprediksi pada tahun depan minyak sawit mentah mampu mencapai level 2.300 hingga 2.500 ringgit per ton. Namun, hal tersebut bergantung kepada sejumlah kondisi termasuk pelaksanaan kebijakan biofuel di negara-negara pengekspor dan importir minyak sawit.

Sementara James Fry dari lembaga konsultasi ekonomi LMC International mengatakan harga minyak sawit mentah di pasar dunia memiliki keterkaitan dengan harga minyak mentah. Dia menilai jika harga minyak mentah berada pada US$ 80 per barel maka harga CPO mencapai US$ 665 per ton.

“Jika harga minyak mentah US$ 70 per barel, maka harga CPO berada di level US$ 595,” katanya.
(gen/gen)

Sumber : http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141129082322-85-14668/harga-cpo-rendah-pengusaha-sawit-mengeluh-ke-jokowi/