Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Mengukur Kepalsuan Bibit Kelapa Sawit



Advertisements

Bahan tanaman kelapa sawit yang umum ditanam adalah  persilangan dura x psifera (DxP) yang disebut tenera.

Bibit unggul diperoleh dari hasil persilangan (breeding programme) berbagai sumber (inter and intra spesific crossing) mengikuti metode Reciprocal Recurrent Selection (RRS). Persilangan  yang terbaik hasilnya saat ini adalah Dura x Psifera (DP).

DxD akan menghasilkan 100 % Dura, DxP akan menghasilkan 100 % Tenera. PxP akan menghasilkan 100 % Psifera.

Selain itu, juga bisa dihasilkan dari pemuliaan tingkat molekuler yang diperbanyak secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan.

Disebut sebagai bibit unggul karena memiliki keunggulan primer atau sekunder seperti potensi produksi tandan (FFB) dapat mencapai produktivitas rata-rata 30-34 ton TBS/ha/tahun, potensi CPO (8,7-9,0 ton/ha/tahun), potensi produksi minyak inti (0,4-0,9 ton/ha/tahun), OER (25-27 %), pertumbuhan meninggi lambat (55-67 cm/tahun), kerapatan tanam (150 pokok/ha), panen lebih awal (± 22 bulan), adaptif pada lahan kering, insiden crown desease sangat rendah dan kontaminasi dura (< 0.1 %), mampu beradaptasi dengan baik pada tanah rendahan organik, dll.

Lompatan besar (keunggulan) tersebut  merupakan hasil kerja keras para breeder (pemulia tanaman) karena jika dibandingkan sebelum hibrida ini ditemukan (sebelum tahun 70 an), produktivitas rata-rata hanya hanya 10-12 ton TBS/ha/tahun. Legitimasi Kepalsuan Bibit Bahan tanaman (planting material) unggul bisa diperoleh dari institusi (seed producer) yang telah mendapat sertifikasi (ijin pemasaran baik untuk keperluan petani maupun industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia) dari pemerintah (Menteri Pertanian RI) seperti PT Sarana Inti Pratama (Salim Group), PPP Medan (Rispa), PT Socfindo, OPRS Topaz (Asian Agri), Dami Mas (SMART), Sriwijaya (Selapan Jaya) dan lain-lain. Dengan demikian, bahwa yang palsu itu sebenarnya adalah benih (kecambah) dan pengertian bibit palsu bukanlah bibit yang tidak bersertifikat, akan tetapi kecambah tersebut tidak ada jaminan (legitimasi) dari institusi yang menjual kecambah (Benih Bina).

Sebenarnya, bibit yang terlanjur ditanam oleh masyarakat (pekebun) pada praktiknya merupakan bibit palsu genetik, palsu legalitas atau keduanya. Disebut palsu genetik karena sumber kecambah adalah F1 dari DxP yang akan menghasilkan 25 % Dura, 50 % Tenera dan 25 % Psifera. Hasil persilangan ini merupakan hibrida yang F1-nya tidak dapat dijadikan bibit lagi karena produktivitasnya akan menurun (seperti dari kentosan, lelesan dan lain-lain).

Pencapaian produksi (ton/ha/tahun) rendah (d” 50 %) di bawah  klasifikasi produksi berdasarkan umur tanam. Apabila bibit tersebut berasal dari  hasil seleksi oleh perusahaan tertentu sepatutnya dimusnahkan atau culling (biasanya mencapai ±  25 %), tetapi dijadikan bahan tanaman oleh pekebun (setelah dipelihara hingga umur ± 12 bulan akan sulit dibedakan dengan bibit normal) disebut sebagai bibit unggul abnormal. Pencapaian produksi (ton/ha/tahun) biasanya  luar biasa rendah karena pokok tidak produktif (steril, raksasa, crown desease, dll).

Berbeda bila halnya kecambah berasal dari institusi resmi, namun syarat  administrasi pengadaannya tidak memenuhi syarat atau dipasarkan gelap (lewat  pintu belakang), misalnya kecambah impor hasil sitaan, hasil  sortir oleh seed producer, penggelapan oleh oknum perusahaan, penyeludupan kecambah dari sumber resmi lalu dikemas ulang dan lain lain, maka kategori ini disebut dengan palsu legalitas.

Pada kenyataannya, pencapaian produksi sering tidak jauh berbeda dibandingkan bibit yang bersertifikasi. Kepalsuan Bibit  yang Dilematis Kepalsuan bibit sulit diukur karena secara fisik bibit hampir tidak ada bedanya antara bibit unggul dengan bibit palsu genetik atau palsu legalitas namun untuk bibit unggul abnormal dengan sedikit pengalaman cukup mudah membedakan karena karakteristiknya nyata berbeda. Melakukan uji genetik (genom) jelas tidak efisien dan memerlukan skill yang tidak sembarangan. Akhirnya, untuk mengukur kepalsuan bibit, maka mau tidak mau dilakukan  dengan mengandalkan kecermatan analisa fisik kecambah/bibit (pengalaman seseorang) berdasarkan deskripsi (visual) dari  jenis bibit unggul yang diklaim oleh penjual.

Akan tetapi,  biasanya seed producer jarang memberikan informasi tentang hal ini. Cara yang mungkin dilakukan selama di pre nursery (di luar kriteria seleksi) adalah dengan mengamati deviasi pada performance kecambah (visual) seperti komposisi kecambah (ukuran kecil-sedang-besar),  warna, permukaan, diferensiasi plumula dan radicula (bakal batang dan bakal akar), vigor (kekuatan tumbuh), viabilitas (daya tumbuh), abnormalitas, lanceolate (daun pertama), bifid dan pinnate (daun berikutnya),  homogenitas, persentase bibit abnormal dan seterusnya.

Demikian juga selama di main nursery (warna daun, bentuk anak daun, periode pecah daun, jumlah daun pada umur tertentu, warna pelepah, panjang pelepah, bonggol batang, persentase bibit abnormal dan seterusnya). Cara inipun hanya memperkuat dugaan karena minimnya deskripsi sebagai pembanding. Untuk tanaman menghasilkan  (walaupun sudah terlambat) bisa dilakukan melalui uji karakteristik brondolan (secara acak) untuk memastikan adanya kontaminasi genetik (komposisi  tenera atau dura)  karena pohon psifera cukup mudah dibedakan (bunga betinanya steril).

Lain lagi halnya, jika membeli bibit umur siap transplanting, maka selain pengamatan visual, maka syarat mutlak adalah penjual (owner) harus bisa menunjukkan bukti asli pembelian kecambahnya (invoice, Surat Keterangan Hasil Pengawasan Peredaran Kecambah Kelapa Sawit dari Dinas Perkebunan, Berita Acara Serah Terima, DO, Daftar Persilangan Kecambah Benih Bina dan lain-lain).

Keabsahan dokumen tersebut perlu di cross check ke seed producernya dan dilakukan adjustment (penyesuaian) antara dokumen dengan umur bibit. Selain itu, faktor harga yang ditawarkan dapat digunakan sebagai pertimbangan karena kecambah saat ini dihargai tidak jauh dari angka Rp9.000 per butir. Baru-baru ini Dinas Perkebunan Provinsi Riau mensinyalir sekitar 60 % petani Riau diindikasikan menggunakan (disebabkan) bibit palsu atau tidak bersertifikat dan solusinya  perlu dilakukan peremajaan (replanting) dengan bibit unggul. Paparan tersebut merupakan dilema keterlanjuran sosialisasi sebelum simulasi.

Kesadaran palsu (false consciousness) seperti ini sering menelurkan klaim kebenaran padahal “produksi rendah” (lahan petani tidak produktif) tidak mutlak oleh faktor bibit. Apalagi distribusi angka deviasi (Batas Bawah Klas) klasifikasi TBS (ton/ha/tahun) berdasarkan umur tanaman untuk  produktivitas lahan (S1, S2, S3 dan seterusnya) yang dikategorikan sebagai “bibit palsu” belum ada. Selain itu, kelapa sawit tergolong demanding crop sehingga pengaruh pemupukan sangat signifikan terhadap produksi. Artinya, apa yang kita berikan pada tahun ini akan berdampak pada dua tahun berikutnya.

Produksi (yield performance) yang jauh di bawah klasifikasi terendah bisa digunakan sebagai alat justifikasi bila semua parameter yang mempengaruhi sudah tereliminasi kecuali variabel bibit sebab bisa saja bibit bersertifikasi mengalami deviasi menurun tajam akibat faktor induce (faktor yang mempengaruhi ekspresi sifat genetik) atau faktor enforce (keadaan tanah, iklim dan lain-lain), namun sayangnya pekebun jarang melakukan recording produksi per hektar/tahun (jumlah janjang dan berat janjang). Padahal parameter ini (data historis) merupakan  kunci utama dalam analisa produksi untuk suatu kesimpulan (rekomendasi). Sebagai referensi, normalnya perusahaan perkebunan akan melakukan replanting (secara bertahap) untuk coastal estates berusia > 20 tahun bila rata-rata produksi < 20 ton/ha/tahun dengan ketinggian tanaman > 15,1 meter.

Sedangkan untuk inland estates berusia > 25 tahun bila rata-rata produksi < 18 ton/ha dengan ketinggian tanaman > 15,1 meter (yang mana saja di antara kedua kriteria lebih dahulu) atau bisa saja lebih dini (usia < 15 tahun) namun tetap  harus dilihat secara menyeluruh dan menitik beratkan pada yield. Hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa keunggulan hasil persilangan tersebut adalah impian perusahaan industri kelapa sawit (CPO/kernel). Karena pekebun pada dasarnya terfokus pada tonase produksi dan tidak terlalu mempersoalkan legitimasi bibit. Bagi pekebun, bila ternyata kelapa sawit tersebut berproduksi tinggi (> 25 ton/ha/tahun) namun bibit merupakan hasil persilangan DxD  sebenarnya tidak masalah sebab hasilnya 100 % Dura (yang unggul) akan memberikan nilai tambah (janjang lebih berat) yang berarti identik dengan tambahan penghasilan.

Karena bagi pekebun bila perlu berat jenis kernelnya seperti  kerikil atau besi sebab TBS dijual kepada toke berdasarkan tonase (by weight).

Ambivalensi ini perlu disadari agar tidak menimbulkan silang pendapat toleransi dalam mengukur (substansi) kepalsuan bibit sehingga kebijakan replanting  terlalu dini  tidak prematur atau menyimpang dari tujuan  yakni merasionalisasi umur tanaman untuk memperoleh produksi yang berkelanjutan dan terjaga untuk waktu yang panjang serta untuk mendapatkan keseimbangan antara maksimalisasi pendapatan, capital expenditure dan pemanfaatan sumber daya.

Sebab, produksi yang rendah tidak mutlak disebabkan bibit yang tidak bersertifikasi.***

Bangun Hutapea, Auditor dan Pekebun Kelapa Sawit

Sumber : http://www.riaupos.co

Berita Kelapa Sawit Lengkap dan Harga Buah Sawit bisa disimak di Bawah ini :

Incoming search terms:

Produksi Bibit Sawit Dari Kebun Topaz Riau

18 Jun 2013 No Comments June 18, 2013 Jakarta, EnergiToday — Sekitar 250 hektare Kebun Topaz yang berada di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Riau, dikhususkan untuk memproduksi benih dan bibit sawit yang menjadi andalan Asian Agri. General Manager PT Tunggal Yunus Estate (TYE) Ang Boon Benga mengatakan, kebun kelapa sawit di Topaz memiliki […]

Dinas Perkebunan Riau Minta Masyarakat Waspadai Bibit Sawit Palsu

11 May 2013 No Comments PEKANBARU, RIAUAKSI.com- Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau meminta masayarakat Riau untuk membeli bibit sawit yang memiliki sertifikasi  resmi dan ditempat yang resmi. Pasalnya, saat ini banyak bibit sawit yang tidak resmi beredar disejumlah Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. SelengkapnyaIncoming search terms:daftar harga TBS dr Disbun prop riauwww dinas perkebunan […]

Waspada, Bibit Sawit Palsu Beredar di Bengkulu

11 May 2013 No Comments Sun, 29/07/2012BENGKULU, RIMANEWS – Balai Pengawas dan Pengujian Mutu Benih (BP2MB) Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu memperkirakan saat ini banyak bibit sawit palsu beredar di daerah itu. “Bibit sawit itu dijual oknum pedagang langsung ke rumah-rumah penduduk dengan harga rendah,” kata Kepala BP2MB Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, Suprianto, Minggu. Selengkapnya

Bibit Sawit Murah, Masyarakat Perlu Waspada



Advertisements

SAMARINDA. Kaltim telah menetapkan program Sejuta Hektar Sawit dan kebijakan ini membuka peluang semua pihak untuk berkontribusi menyukseskannya. Namun, perlu diwaspadai karena tidak sedikit aksi yang dilakukan pihak tidak bertanggungjawab dengan menawarkan bibit sawit harga murah.

Guna mengantisipasi serta meminimalisir peredaran benih kelapa sawit palsu di Kaltim, maka Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim mengumpulkan penangkar/waralaba kelapa sawit dan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).

“Disbun selaku instansi teknis bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan secara intensif terhadap peredaran bibit sawit. Kami mengimbau agar petani tidak tergoda membeli bibit sawit dengan harga murah,” kata Kepala Disbun Kaltim Etnawati didampingi Kepala Bidang Produksi Sukardi usai pertemuan di Hotel Grand Sawit Samarinda, pekan lalu.

Para petani diharapkan lebih jeli saat membeli bibit maupun benih sawit terutama jika bibit tersebut tidak disertai dengan dokumen sertifikat, maka berarti benih yang ditawarkan itu diragukan keasliannya.Bibit sawit palsu ini biasanya dibeli petani atau pekebun (plasma) karena terpengaruh penawaran harga yang murah. Padahal, bibit itu sudah jelas tidak dilengkapi sertifikat sebagai jaminan dari penangkar yang ditunjuk pemerintah.

Walaupun diantara petani yang mengetahui bibit tanpa sertifikat diindikasikan benih palsu namun karena terpengaruh dengan harga murah akhirnya tetap membeli.

“Kita akan terus memberikan pemahaman kepada petani tentang kerugian membeli bibit palsu ini,” jelasnya.

Upaya yang dilakukan melibatkan para penangkar/waralaba yang berperan menyalurkan bibit maupun benih sawit yang bersertifikat kepada petani. Selain itu, petani diharapkan bisa selalu berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Disbun Kaltim untuk pengadaan bibit sawitnya.

Menurut dia, berbagai upaya dilakukan Disbun Kaltim terutama dengan mengoptimalkan kinerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perkebunan. Berbagai tempat diawasi termasuk pintu masuk peredaran bibit seperti bandara, pelabuhan maupun terminal.

Saat melaksanakan tuganya, PPNS Perkebunan bekerjasama dengan aparat kepolisian. Kerjasama itu banyak membuahkan hasil dengan tertangkapnya para pengedar bibit maupun benih (kecambah) kelapa sawit palsu.Pada diskusi tersebut, narasumber dari PT London Sumatera Edi Setiawan mengemukakan menanam sawit tidak sama dengan menanam tanaman perkebunan lainnya.

Menanam sawit diperlukan bibit atau benih yang berasal dari indukan atau serbukan.”Menanam sawit harus diperhatikan benihnya. Sawit adalah tanaman hibrida yang memerlukan proses indukan ataupun penyerbukan yang terpilih,” ujar Edi Setiawan.

Disebutkan, harga benih (kecambah) kelapa sawit di pasaran rata-rata Rp10.000 perbenih termasuk benih yang dihasilkan PT London Sumatera. Untuk pelayanan pembelian serta menjamin keamanan benih, maka perusahaan mengantarnya hingga ke daerah bahkan ke lokasi pekebun.

Pertemuan penangkar/waralaba kelapa sawit dan PMUK  diikuti 30 orang dari beberapa kelompok waralaba/penangkar benih kelapa sawit yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Kutai Kartanegara. (yans/hmsprov)

SUMBER : UPTD PENGAWASAN BENIH PERKEBUNAN

Incoming search terms:

Daun Bibit Sawit Tidak Membuka

15 Sep 2012 No Comments bibit daun kelapa sawit tidak membuka Bibit dengan daun membuka tidak sempurna meruapkan salah satu kelainan genetis. Ujung anak daun lengket satu sama lainnya. Konidis bibit ini tidak akan pulih. Bibit harus diafkir. . . . . . . http://agronominet.blogspot.com/2009/05/kelainan-kelapa-sawit-pada-saat.html Selengkapnya

Bibit Kerdil

15 Sep 2012 No Comments Bibit kerdil yang tampak pendek Bibit kerdil tampak pendek, biasanya diikuti dengan susunan anak daun yang rapat. Kelainan ini bukan karena kesalahan kultur teknis tetapi bersifat tenetis. Bibit kerdil harus segera diafkir. . . . .. . . . . . . . Sumber : http://agronominet.blogspot.com/2009/05/kelainan-kelapa-sawit-pada-saat.html Selengkapnya

Kelainan Kelapa Sawit Pada Saat Pembibitan

15 Sep 2012 No Comments Ada bermacam-macam kelainan pada saat kita melakukan pembibitan kelapa sawit. Jika terjadi kelainan-kelainan pada bibit sawit ini, sebaiknya bibit-bibit tersebut di afkir atau tidak usah ditanam atau dibeli daripada kita sebagai petani mengalami penyesalan dan kerugian selama 25 tahun ke depan. Selengkapnya

Benih Bibit Perusahaan Perkebunan Lebih Berkualitas (2)



Advertisements

Oleh Noverius Laoli – Selasa, 17 Januari 2012

Lanjutan bacaan dari : Pembibitan sawit : Menyemai bibit laba di kebun bibit sawit (1)

Kelapa sawit masih menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara dari sektor non-migas. Tanaman asal Afrika itu kini banyak dibudidayakan di Indonesia. Kebetulan, sawit cocok dengan iklim tropis di Indonesia. Tak heran, permintaan bibit sawit terus meningkat.

Kendati iklim cocok, pembibitan sawit tetap membutuhkan perawatan intensif. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan tanaman sawit.

Heru Azliyen, petani bibit sawit varietas topaz di Kampar, Riau, mengatakan, bisnis pembibitan pohon kelapa sawit tidak susah. Yang jelas, jika ingin menjajal usaha ini, Anda mesti punya lahan untuk proses pembibitan. “Minimal butuh lahan sekitar satu hektare (ha),” kata Heru.

Setiap satu ha lahan bisa dipakai buat menyemai 13.000 bibit. Untuk pembibitan ini dibutuhkan lahan yang gembur, subur, datar, berdrainase baik serta memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Selain itu, cadangan air harus banyak.

Lahan yang ideal berada pada ketinggian antara 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Bibit sawit juga membutuhkan penyinaran matahari rata-rata lima hingga tujuh jam setiap hari.

Sementara itu, curah hujan tahunan dibutuhkan sebanyak 2.000 milimeter (mm) sampai 2.500 mm. Sawit dapat tumbuh subur di daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Adapun temperatur optimal mulai dari 24 derajat Celcius-26 derajat Celcius. Jika lahan sudah siap, carilah benih unggul. “Dengan memilih benih sawit unggul, untung bakal lebih cepat,” ujar Heru.

Selama ini, Heru membeli benih bibit dari perusahaan perkebunan yang ada di daerah Riau. “Bibit dari perusahaan biasanya sudah teruji kualitasnya,” ujar Heru.

Proses pembibitan

Namun, untuk mendapatkan kecambah bibit unggul, biasanya membutuhkan waktu cukup lama. Ambil contoh, memesan kecambah bibit sawit topaz harus mengantre enam bulan. “Banyak petani memesan kecambah topaz,” jelas Heru. Kecambah itu dijual dengan harga mulai dari Rp 3.000-Rp 5.000 per biji.

Setelah mendapatkan kecambah unggul, petani harus melakukan pembibitan. Benih dimasukkan dalam polybag ukuran 10 x 15 centimeter (cm) dengan lubang perforasi. Bibit tersebut disiram pagi dan sore dan mendapat sinar matahari yang cukup. Setelah sebulan, biasanya sudah muncul satu daun. Maka, bibit itu harus dipindahkan ke polybag yang ukurannya lebih besar, yakni 42,5 cm x 50 cm dengan lubang drainase.

Bibit sawit tetap harus dirawat secara intensif setelah dipindahkan ke dalam polybag besar. Tujuannya, agar terhindar dari serangan hama. Serangan penyakit biasanya berupa bercak di daun yang disebabkan oleh jamur.

Hama yang menyerang biasanya serangga pemakan daun, semut, rayap, jangkrik, siput, dan tikus. Yang paling sering adalah semut. Sebab, dahan kelapa sawit yang masih kecil kerap dijadikan tempat bersarang. Ini bisa mengganggu pertumbuhan sawit dan membuat bibit cepat mati.

Petani juga perlu menjaga jarak antarbibit sawit. Jarak harus disesuaikan dengan perkembangan dahan sawit. Umumnya, ketika sawit mulai membesar, dahannya panjang dan melebar ke samping. Makanya, setelah sawit berumur tiga bulan beri jarak antar polybag 90 x 90 cm.

Namun, kalau masih satu bulan, jaraknya masih bisa sekitar 10 cm-20 cm. Khusus sawit topaz, saat berumur tiga bulan memiliki ketinggian rata-rata setengah meter. Jika sudah berumur delapan bulan hingga setahun memiliki ketinggian 1,5 meter-1,8 meter.

Bunyamin Yakup, pembibit sawit dari daerah Duri, Riau menambahkan, pemupukan bibit sawit dimulai setelah ditanam empat minggu lamanya. Biasanya bibit sawit itu sudah mulai mengeluarkan daun. Pada tahap ini sebaiknya gunakan pupuk NPK.

Bibit jenis marihat sudah dapat ditanam ketika berumur setahun. Dengan catatan, proses pembibitannya dilakukan secara benar dan mendapatkan air serta sinar matahari yang cukup.

(Selesai)

Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id/

Baca Info Tentang Sawit di :

Berita/Artikel Menarik Lain di :

Incoming search terms:

Menyemai Bibit Laba di kebun Bibit Sawit (1)



Advertisements

Oleh Noverius Laoli – Senin, 16 Januari 2012

Belakangan ini, minat masyarakat untuk berkebun sawit semakin tinggi. Banyak petani tergiur mengembangkan komoditas ini karena menjanjikan keuntungan lumayan besar. Tingginya minat masyarakat untuk bertanam sawit telah mengerek permintaan bibit sawit.

Dari sekian banyak varietas bibit kelapa sawit, bibit jenis topaz paling banyak permintaannya. Alhasil, bisnis bibit sawit topaz kian menjanjikan. Sudah banyak kok yang sukses menjalani bisnis ini.

Contohnya, Heru Azliyen, petani bibit sawit topaz di Kampar, Riau. Di bawah bendera Usaha Sepakat Mandiri Grup, Heru berhasil meraup omzet tebal dari ceruk pasar usaha ini. Dalam sebulan, omzetnya bisa mencapai Rp 40 juta. Laba bersih yang masuk ke kantongnya lumayan besar. Ia hanya perlu merogoh biaya pembelian benih Rp 5.000 per kecambah.

Setelah disemai dan memasuki usia tiga bulan, sawit topaz sudah bisa dijual seharga Rp 15.000 per batang. Namun, Heru memilih menjual bibit saat sudah menginjak usia 12 bulan. Sebab, harganya bisa lebih mahal.

Ketika sudah berumur setahun, harga bibit sawit topaz bisa mencapai Rp 50.000 per batang. Dari harga tersebut, Heru mengaku mendapatkan untung sekitar Rp 15.000 per batang. “Permintaan terhadap bibit sawit topaz semakin melonjak akhir-akhir ini,” ujar Heru yang merintis bisnis sejak 2004.

Selama ini, Heru membeli benih bibit sawit topaz dari perusahaan perkebunan sawit yang ada di daerah Riau. Oleh Heru, benih tersebut disemai di lahan miliknya seluas 5 hektare. Di lahan seluas itu, ia bisa menyemai hingga 10.000 kecambah.

Dari benih sebanyak itu, Heru bisa menjual rata-rata sekitar 8.000 batang bibit sawit per bulan. Bibit sawit topaz digemari karena lebih unggul dibanding bibit jenis lain. Bibit sawit topaz ini dapat bertahan dari serangan hama dan hanya sedikit yang layu selama pembibitan.

Selain itu, sawit topaz juga mampu berbuah lebih cepat dibanding sawit jenis lainnya. Menurut Heru, sawit topaz sudah mulai berbuah saat berusia 2,5 tahun. “Sementara sawit lain, biasanya baru berbuah setelah berusia lima tahun,” ujar Heru.

Selain dapat dipanen lebih cepat, sawit topaz juga menghasilkan buah yang lebih banyak dibandingkan sawit lain. Dalam satu hektare (ha), sawit topaz dapat menghasilkan 2 ton buah sawit per bulan. Sementara jenis biasa hanya sekitar 800 kilogram (kg) per satu ha per bulan.

Sawit topaz termasuk varietas unggul saat ini. Jenis ini merupakan varietas hasil penelitian bibit.

Selama ini, Heru lebih banyak memasarkan bibit ke para petani sawit di Kampar. Soalnya, di daerah itu, sebagian besar masyarakatnya adalah petani sawit. Perputaran uang dalam menjalani bisnis ini juga terbilang cepat.

Sebab, umur tiga bulan, bibit sudah bisa dijual. Selain petani pemula, permintaan juga datang dari para petani yang melakukan peremajaan tanaman sawitnya yang sudah memasuki usia 25 tahun.

Alhasil, permintaan terhadap bibit sawit pun semakin tinggi. “Petani di sini ramai-ramai menebang pohon sawit mereka yang sudah tua dan menggantikannya dengan bibit sawit topaz,” jelas Heru.

Sawit marihat

Sukses berbisnis bibit sawit juga dirasakan Bunyamin Yakup, pembibit sawit dari daerah Duri, Riau. Berbeda dengan Heru, Bunyamin lebih memilih mengembangkan bibit sawit marihat asal Medan, Sumatra Utara.

Alasannya, harga bibit sawit marihat tergolong murah dibandingkan bibit sawit topaz. Saat ini, ia tengah menyemai 15.000 batang bibit marihat. Benih sawit marihat dibeli dengan harga Rp 3.000 per kecambah. Benih ini disemai selama kurun waktu satu tahun sampai dua tahun.

Jangka waktu penyemaian memang lebih lama dibanding sawit topaz. Setelah memasuki usia setahun, sawit ini dijual dengan harga sekitar Rp 16.000 per batang. Dari harga itu, ia bisa mendapatkan laba Rp 5.000 per batang.

(Bersambung)

Sumber : http://peluangusaha.kontan.co.id

Baca Info Tentang Sawit di :

Berita/Artikel Menarik Lain di :

Incoming search terms: