INFO SAWIT, TELUK KUANTAN– Puluhan hektar kebun kelapa sawit di kawasan hutan Muara Lobak Desa Air Buluh, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuansing milik seorang pengusaha diduga dibangun diatas Kawasan Hutan Lindung.

Salah seorang masyarakat Desa Air Buluh, Adinogoro, sebagaimana disebutkan Riauterkini, belum lama ini, memastikan jika kebun sawit yang ditanam oleh oknum pengusaha bernama Ismail yang disebutkan oleh Kepala Desa Air Buluh, Irus itu benar termasuk di dalam kawasan hutan lindung.

Menurutnya berdasarkan musyawarah dan mufakat nenek mamak Desa Air Buluh pada 20 Desember 1994 lalu, demi meningkatkan taraf hidup masyarakat disana, dibuatlah kesepakatan untuk menyerahkan lahan yang ditanam oleh oknum pengusaha sekarang ini (Ismail-red) kepada KUD Prima Sehati, dan rencananya KUD Prima Sehati akan menyerahkan kepada PT TBS sebagai bapak angkat.

Namun, begitu surat-surat lahan yang akan diserahkan itu selesai dibuat, Camat Kuantan Mudik waktu itu adalah Fahmi Ombak tidak mau memberikan tanda tangan. Karena kata Fahmi Ombak waktu itu, lahan tersebut murni berada di dalam kawasan hutan lindung. (T3)

INFO SAWIT, SRI AMAN – Peningkatan jumlah pekebun kecil kelapa sawit di Malaysia, khususnya di Sarawak memerlukan lebih banyak pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS)

Sehubungan itu, Kementerian Perusahaan Perladangan dan Komoditi menggalakkan perusahaan swasta mendirikan PKS di Sarawak untuk menampung keperluan pekebun kecil, di samping membantu memasarkan buah tandan segar.

Menteri Datuk Amar Douglas Unggah Embas mengatakan, saat ini kebanyakan pekebun kecil menjual tandan segar di pusat pengumpulan di kawasan masing-masing.

Bagaimanapun, katanya, mereka kedepannya akan menjadi masalah apabila pusat pengumpulan menawarkan harga lebih rendah berbanding harga ditawarkan kilang.

“Untuk  mengatasi masalah tersebut, pekebun kecil boleh me- nubuhkan koperasi dalam kalangan mereka.

“Sekarang masalah timbul apabila mereka menjual sawit di kilang, mereka diberikan resit yang hanya boleh ditunaikan dalam tempoh sebulan. Jika dijual di pusat kutipan, mereka dapat tunai namun harga lebih rendah,” ujarnya seperti dikutip Utusan, Sabtu (6/6/2015). (T3)

JAKARTA, SAWITINDONESIA – First Resources Ltd, emiten sawit di Bursa Singapura, sedang menyelesaikan pembangunan dua unit pabrik sawitnya di Indonesia. Total jumlah pabrik yang akan dimiliki perusahaan mencapai 14 unit pada 2016.

Berdasarkan informasi perusahaan, pabrik ke-13 di Riau dalam tahapan komisioning pada kuartal pertama 2015. Pabrik sawit ke-14 masih dalam pembangunan yang akan selesai pada akhir tahun depan, di Kalimantan Barat.

Pada kuartal pertama kemarin, jumlah penjualan produk sawit First Resources mengalami penurunan. Penjualan produk turunan sawit dan biodiesel perusahaan turun signifikan 67,4% menjadi 41.848 ton pada kuartal pertama 2015, lebih rendah dari periode sama tahun kemarin berjumlah 128.370 ton.

Imbasnya, pendapatan First Resources merosot 40,1% menjadi US$ 96,3 juta dibandingkan kuartal pertama tahun lalu sebesar US$ 177,9 juta. Kontribusi turunnya pendapatan berasal dari segmen produk turunan yang lebih rendah 76% menjadi US$23,3 juta, dibandingkan periode sama tahun lalu berjumlah US$100 juta.

Luas lahan tertanam First Resources mencapai 196.551 hektare per 31 Maret 2015. Terdiri dari lahan inti 167.710 hektare dan lahan petani plasma seluas 28.841 hektare.  

Jakarta- APRIL Grup, produsen bubur kayu dan kertas, menerima sertifikat yang pertama di Indonesia untuk pengelolaan hutan berkelanjutan PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification).

Informasi ini dilansir Lembaga penyedia informasi produk kayu, RISI mengutip laman resmi PEFC dalam keterangan resmi di Jakarta.

Dalam siaran pers yang diterima Majalah SAWIT INDONESIA, dalam laporan RISI disebutkan APRIL adalah perusahaan  pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat tersebut pada Desember 2014.

PEFC adalah sebuah skema sertifikasi hutan terbesar di dunia yang mana lebih dari 264 juta hektare hutan dan 15.804 perusahaan telah disertifikasi PEFC.

Di Indonesia, PEFC meng-endorse skema sertifikasi pengelolaan hutan berkelanjutan dan lacak balak IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation).Namun demikian dalam pengumumannya, tidak dinyatakan luas konsesi APRIL grup yang mendapat sertifikat PEFC.

Menurut RISI, pengakuan pengelolaan hutan lestari APRIL grup oleh PEFC dilansir tak lama setelah kelompok usaha tersebut baru saja mengumumkan penguatan kebijakan pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management Policy), yang melibatkan sejumlah LSM termasuk WWF dan Greenpeace sebagai pemantau.

Kebijakan itu juga mendapat apresiasi pemerintah yang mana Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya melalui Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari IB Putera Parthama yang menilai, komitmen kelompok APRIL untuk menghilangkan kegiatan deforestasi dari rantai pasoknya melalui kebijakan pengelolaan hutan merupakan sisi cemerlang dari sistem pengelolaan hutan di Indonesia.

Putera berpendapat, kebijakan kelompok APRIL tersebut sejalan dengan target pemerintah untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari. “Terpenting lagi semuanya dilakukan dengan bekerja sama secara mutualistik dan bersinergi,” kata Putera.