Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Pengendalian Gulma pada Lahan Kelapa Sawit dan Perkebunan

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan- sebelum kita membahas tentang cara Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan sebaiknya kita membahas dahulu apakah itu gulma. Gulma oleh beberapa ahli diartikan sebagai :

Tanaman penganggu
Tumbuhan yang harus di kendalikan hingga batas ambang ekonomi yang tidak merugikan
Tumbuhan yang tumbuh pada tempat
Tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang salah atau tidak di kehendaki
Tanaman yang tumbuh pada tanaman utama

apaun defenisi yang dibuat ahli tersebut yang pasti adalah kita ingin tahu apakah kita merasa terganggu oleh tumbuhan atau tanaman yang ada di sekitar tanaman yang sedang kita usahakan, maka itu adalah gulma

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang manual, mekanis dan kimiawi atau kombinasinya

Pengendalian gulma secara manual :

Di cabut
Di Cangkol
Di babat
Ditutup dengan mulsa

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan secara mekanis :

Mengunakan mesin babat
Menggunakan traktor tangan
Menggunakan traktor

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan secara kimiawi :

dengan menggunakan bahan kimia berupa herbisida yang saat ini banyak beredar
Menggunakan minyak

Pengendalian Gulma pada kelapa sawit dan perkebunan dapat juga dilakukan dengan kombinasi dari cara diatas.

semoga info ini bermanfaat.

Sumber : http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/08/pengendalian-gulma-pada-kelapa-sawit.html#ixzz1lgb8QGhh

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Ramuan Pestisida Organik Untuk Pengendali Kupu-kupu dan Ngengat

Bahan :
1. Bawang putih atau bawang merah 1 kg
2. Air secukupnya

Cara Pembuatan :
1. Bahan ditumbuk halus dan tambahkan air 1 liter
2. Diaduk-aduk hingga rata dan airnya disaring
3. Bahan siap digunakan dengan mencampur 1 gelas dengan 10 liter air

Sumber :

http://lestarimandiri.org/id/pestisida-organik/pembuatan-pestisida-organik/259-ramuan-pengendali-kupu-kupu-dan-ngengat.html

Berita/Artikel Menarik Lainnya  :

Jangan Membunuh atau Menumbang Semua Pohon Pisifera Yang ada di Kebun Sawit

Jangan menumbangkan atau membunuh semua pohon pisifera yang terdapat di kebun sawit, setidaknya kita harus menyisakan 0,5% hingga 1 % dari jumlah pohon sawit yang ada di kebun sawit. Buah pisifera sering ditolak atau diapkir di PKS karena memiliki rendemen minyak sawit yang rendah tetapi perlu diketahui bahwa pisifera selalu mengeluarkan bunga, sehingga sangat membantu untuk proses penyerbukan, yang penting lagi bahwa bunga pisifera bisa menjadi sumber makanan lebah sehingga bisa berkembang biak dengan baik. Perkembang biakan lebah yang baik akan membantu mempercepat proses penyerbukan bunga betina.

Harga Buah Sawit di beberapa wilayah lain, dan Kumpulan Berita sawit bisa diklik di :

Standard Atau Kriteria Kematangan Buah Sawit

Ada beberapa kriteria atau standar kematangan buah kelapa sawit,  yang biasanya dipakai oleh pabrik (PKS) agar mendapatkan buah yang benar-benar berkualitas, antara lain :

Buah immature : Buah immature digolongkan sebagai buah yang masih hitam dan keras.  Buah immature ditandai dengan tidak adanya berondolan yang lepas dan mengandung sangat sedikit minyak.
Buah mentah (unripe bunch) : Buah  mentah adalah kurang dari 10 berondolan yang lepas. (Tergantung peraturan dari pihak PKS, pabrik biasa nya yang menentukan kriteria buah yang masak, ada yang mengatakan, 10 biji berondolan yang telah terlepas (terjatuh dari TBS) itu bisa dikatakan “buah siap panen/buah masak”)
Buah mengkal (underripe bunch) : Buah mengkal dengan kurang dari 25 berondolan yang lepas. {tergantung peraturan dari pihak PKS}
Buah masak (normal ripe) :  Buah masak dengan lebih dari 25 berondolan yang lepas dari janjangan. {tergantung peraturan dari pihak PKS}
Buah lewat masak (over ripe) :  Buah yang lewat masak dengan berondolan lepas lebih dari 50% tetapi masih tertinggal 10%. {hampir seperti janjang kosong yang masih ada buah sawit nya, namun hanya sedikit, tidak seperti TBS yang baru di panen}.
Buah busuk (rotten bunch) : Buah busuk dengan sebagian  janjangan atau seluruhnya telah lembek/ menghitam warnanya, busuk dan atau berjamur. Buah lewat masak dan buah busuk (termasuk juga berondolan) mempengaruhi kualitas minyak, juga berakibat kehilangan minyak dalam pemrosesan TBS/buah sawit tadi. Kadar ALB  minyak  akan naik dan nilai Bleachability minyak akan turun karena buah lewat masak dan buah  busuk berisi berondolan  memar dan teroksidasi.
Janjangan kosong (empty bunch) : Janjangan kosong dengan lebih dari 90% berondolan yang lepas.
Tangkai janjangan (long stalk) : Tangkai janjangan yang panjangnya lebih dari 2.5 cm adalah Janjangan Panjang {tergantung peraturan dari pihak PKS}. Tangkai janjangan tidak mengandung minyak. Tangkai ini hanya menambah berat pada waktu penimbangan buah sawit tetapi menyerap minyak pada saat proses sterilisasi  dan threshing. Tangkai ini sangat tidak diharapkan dan panjang dari tangkai harus sependek mungkin.  Suatu praktek yang baik adalah dengan memotong tangkai dan membuat bentuk V  pada ujung bawah tangkai.

Hama Ulat Api Serang Tanaman Kelapa Sawit di Bengkulu Tengah

Hama Ulat Api Serang Tanaman Kelapa Sawit di Bengkulu Tengah

Hama Ulat Api Serang Tanaman Kelapa Sawit di Bengkulu Tengah

May 13, 2014

Hama ulat berjenis Pimelephia Ghesquierei dan Ulat Api diketahui mulai menyerang perkebunan sawit di Bengkulu Tengah. Hal ini dikemukakan oleh para petani kelapa sawit di beberapa daerah di wilayah ini.

Kabul (60), petani setempat menyebutkan ulat itu mulai berdatangan, lantaran  curah hujan yang makin meningkat akhir ini. Serangan hama ini menyebabkan adanya lubang atau ruangan pada daun muda bekas gerakan dari ulat hama ini.

Selain itu, jika ada angin yang bertiup kencang, maka daun-daun dari pohon yang terkena seranganan hama ini akan banyak yang patah.”Terlihat dari banyaknya lubang bekas serangan hama ini, ditambah lagi banyak dedaunan yang patah bila tertiup angin kencang,”ujar Kabul.

Menanggapi hal ini, Kepala BP4K, Yulia Farida justru mengungkapkan bahwa terkait hama, kabupaten ini benar-benar kekurangan tenaga penyuluh, sehingga berimbas kepada petani.

Dalam kondisi ini, seharusnya paling tidak didalam satu desa memiliki satu penyuluh. Namun dari 143 desa yang ada di wilayah ini, tidak sampai separuhnya jumlah penyuluh pertanian.

“Secara rinci, kita hanya memiliki 61 penyuluh, berarti kalaupun satu orang bisa menjangkau hingga dua desa sekaligus, jumlah itu juga masih kurang,”jelas Yulia.

Untuk penyuluh khusus pengendalian hama, bahkan hanya ada 10 orang saja di wilayah ini. Dengan kenyataan seperti ini, pihak BP4K setempat terpaksa memberi wilayah kerja satu kecamatan pada sepuluh orang ini, mengingat jumlah kecamatan di Bengkulu Tengah berjumlah 10.

Namun, dampaknya adalah ketika serangan hama mulai menyerang, justru penyuluh maupun pengendalian hama menjadi sulit menjangkau setiap petani.
“Tenaga kita sangat minim, sehingga ketika serangan hama seperti ini mulai datang, kita justru kesulitan,”pungkasnya.

Sementara itu, pihak BP4K memberikan cara penanganan, dibedakan menurut usia sawit tersebut. Bila dibawah 3 tahun, maka akan dilakukan pengambilan ulat secara manual atau dengan tangan (handpicking), dengan catatan jumlah larvamasih dibawah 10 ekor disetiap pelepah.

Namun bila diatas 10 perpelepah, maka sebaiknya dilakukan penyemprotan insektisida dengan knapsack sprayer. Tetapi bila tanaman sudah berusahan diatas 3 tahun hingga 7 tahun, maka penyemprotan insektisida dengan mist blower. Dilanjutkan dengan menginfus akar dengan insektisida.(vai)

Sumber : http://kupasbengkulu.com/hama-ulat-api-serang-tanaman-kelapa-sawit-di-bengkulu-tengah/

Berita/Artikel Menarik Lain Yg Wajib Dibaca :

Penunasan pada Kelapa Sawit

Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM yaitu: konsolidasi, pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta penunasan pelepah.

Penunasan merupakan kegiatan pembuangan daun – daun tua yangtidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Penunasan biasa juga disebut dengan pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk memperbaiki udara di sekitar tanaman, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan,dan memudahkan pada saat kegiatan pemanenan dilakukan. Suyatno (1994) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit yang berumur 3 – 8 tahun memiliki jumlah pelepah optimal sekitar 48 – 56 pelepah, sedangkan yang berumur lebihdari 8 tahun jumlah pelepah optimalnya sekitar 40 – 48 pelepah. Tanaman belum menghasilkan juga dilakukan kegiatan penunasan( pruning ). Kegiatan penunasan pada TBM disebut juga dengan penunasan pasir,yaitu memotong pelepah-pelepah kosong pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatanunsur hara.

Tanaman menghasilkan kelapa sawit dilakukan penunasan, hal ini memiliki banyak manfaat, antara lain sanitasitanaman, memudahkan panen, menghindari tersangkutnya brondolan di pelepah,memperlancar penyerbukan alami, memudahkan pengamatan buah, dan efisiensi distribusi fotosintat untuk pembungaan dan pembuahan.Kegiatan penunasan membutuhkan alat bantu. Penunasan dapat dilakukandengan alat dondos ‘dodos’ (cnisel ) pada tanaman yang masih pendek, sedangkan pada tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat yang disebut dengan egrek.

Prinsip kerja penunasan adalah memotong pelepah daun yang terbawah. Pemotongan pelepah menggunakan alat yang disebut egrek (gambar terlampir). Cara pemotongannya adalah memotong pelepah daun terbawah dengan meninggalkan bagian pangkal pelepah sepanjang 2 – 3 cm atau selebar tandan buah sawit. Pelepah daun juga dapat dipotong rapat ke batang atau dengan berkas daun potongan berbentuk tapal kuda yang membentuk sudut 3o terhadap garis horizontal. Pelepah yang telah dipotong dikumpulkan dan disusun digawangan mati, terutama pada areal datar atau pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan diletakkan teratur membentuk gundukan padagawangan mati. Umumnya penunasan dilakukan dengan menggunakan norma “songgo dua”. Sanitasi berupa penunasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun dengan rotasi dua kali dalam setahun.

Sumber : http://fitriherdiyanti.wordpress.com/category/ilmu-tanaman-perkebunan/

Info Penting Lainnya Bisa dilihat di bawah ini :

Sifat Kimia dan Kesuburan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Jadi Disertasi

“Faktanya pada dua dasawarsa terakhir ini perkembangan perkebunan kelapa sawit sangat pesat yang membawa dampak terjadinya penyusutan lahan, deforestasi, degradasi lahan hutan, menurunnya catchment area dan menurunnya biodiversitas. Kajian pemahaman dampak ini sangat penting dikarenakan akan sangat diperlukan untuk mengatur strategi pengelolaan lahan guna mendapat sistem perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan,” ungkap Ir. Basuki, MS saat melangsungkan ujian akhir Disertasi di Ruang Seminar Utama Lantai 2 Program Pascasarjana Fakultas Pertanian UB pada Rabu (4/6).

Sebagai gambaran di propinsi Kalimantan Tengah hingga tahun 2012 saat penelitian, total luas perkebunan sawit mencapai 1,23 juta hektar dimana 179 ribu hektar perkebunan rakyat dan 1 juta lebih perkebunan besar swasta nasional. Dari sebaran 14 kabupaten yang ada, kabupaten Kotawaringin Timur memiliki total sebaran paling luas dibanding yang lain di Kalimantan Tengah, tambahnya.

Dalam penelitiannya Basuki mengangkat empat pertanyaan inti, pertama sejauh mana pengaruh pembukaan lahan hutan terhadap perubahan sifat kimia dan kesuburan tanah, kedua sejauh mana pengaruh penanaman tanaman penutup tanah pada lahan kelapa sawit terhadap perubahan sifat kimia dan kesuburan tanah, ketiga sejauh mana pengaruh umur tanaman sawit terhadap perubahan sifat kimia dan kesuburan tanah, dan terakhir sejauh mana pengaruh kedalaman lapisan tanah terhadap perubahan sifat kimia dan kesuburan tanah.

Saat memaparkan Disertasi yang berjudul Dinamika Sifat Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, Basuki mendapatkan kesimpulan bahwa pembukaan lahan hutan berpengaruh nyata terhadap penurunan C-organik, N-total, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, serta mempengaruhi indeks kesuburan tanah. Pembukaan lahan hutan juga berdampak pada pH H20 dan tidak berpengaruh nyata terhadap pH KCL dan hidrogen dapat dipertukarkan.

Skema pengaruh pembukaan lahan hutan dapat dijelaskan akan hilang sebagian besar dari vegetasi penutup tanah sehingga akan berdampak terhadap penurunan kandungan bahan organik tanah kemudian terjadi penurunan muatan negatif tanah, penurunan kapasitas tukar kation dan berkurangnya dekomposisi bahan organik yang menyebabkan penurunan supply hara yang bersumber pada mineralisasi bahan organik. Berikutnya, penanaman tanahaman penutup tanah berpengaruh terhadap peningkatan C-organik, meningkatkan indeks kesuburan tanah, simbiom dengan bakteri misobium akan meningkatkan ketersediaan N, kemudian serasah dari tanamaan tersebut akan meningkatkan supply bahan organik juga meningkatkan supply hara serta memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber energi bagi mikroorganisme tanah.

Saat meneliti pengaruh umur kelapa sawit, Basuki mendapatkan hasil yang menarik. Jika diperluas sampai pertumbuhan normal kelapa sawit yaitu 25 tahun maka masih ada peluang kembalinya nilai kesuburan tanah awal pada umur 19 sampai 22 tahun.

Untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan perlu dilakukan peningkatan pengelolaan lahan dengan terlebih dahulu memahami dampak dari berbagai sub-kegiatan perkebunan tersebut terhadap perubahan sifat kimia dan kesuburan tanah sebagai komponen penting dari lahan yang ada. [waw]

Sumber : http://agriwarta.fp.ub.ac.id/sifat-kimia-dan-kesuburan-tanah-perkebunan-kelapa-sawit-jadi-disertasi/

Susun Pelepah Bentuk Huruf U Untuk Kebun Sawit

|  o  o  |  o   o  |   o
|—   —|—     —|—
|  o  o  |  o   o  |  o
|—   —|—     —|—
|  o  o  |  o   o  |  o

Sekali lagi saya mengangkat topik susun pelepah dengan bentuk huruf U, karena tampaknya masih sangat jarang perkebunan yang menerapkannya. Padahal sudah sangat nyata bahwa pola huruf U tersebut dapat memaksimalkan daya tutup dari pelepah sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan erosi tanah.

Tujuan dilakukannya metode ini adalah :

Untuk memperluas area yang tertutupi pelepah sehingga tingkat erosi dan pencucian hara tanah dapat diminimalisir. Yang tentu akan menjaga efektifitas pemupukan.
Untuk menghambat pertumbuhan gulma yang tertutupi pelepah, sehingga biaya pemberantasan gulma bisa dikurangi.
Untuk meningkatkan kelembaban tanah dibawah tumpukan pelepah sehingga menambah kesuburan mikroba pengurai, cacing tanah, dan serangga.

Sumber :

http://aboutsawit.blogspot.com/2013/06/susun-pelepah-bentuk-huruf-u.html

Optimasi Kesuburan Kebun dengan Limbah Sawit

Limbah organik perkebunan dan pengolahan kelapa sawit sekarang sudah luas digunakan sebagai pupuk yang membantu menyuburkan lahan perkebunan sawit. Namun, suatu studi internasional menunjukkan bahwa untuk mengoptimalkan manfaat jangka panjang, aplikasi pupuk organik tersebut memerlukan kebijakan teknis tertentu.

Penelitian tersebut dilakukan oleh lembaga riset pertanian untuk pembangunan Perancis, CIRAD bersama beberapa lembaga mitranya belum lama ini di Provinsi Riau, Sumatera. Riset tersebut dimaksudkan untuk menilai respon tanah perkebunan sawit terhadap aplikasi jangka panjang pupuk organik dari limbah perkebunan kelapa sawit industrial. Atau untuk menjawab pertanyaan bagaimana efek jangka panjang aplikasi limbah kebun dan industri sawit terhadap karakteristik tanah.

Topik tersebut dinilai penting karena secara relatif penanganan dan aplikasi pupuk organik lebih mahal dibanding pupuk anorganik. Sehingga untuk tujuan meningkatkan kesuburan tanah kebun, produsen perlu mengetahui di mana dan seberapa sering perlu melakukan aplikasi pupuk organik. Comte dkk yang melakukan penelitian itu terdiri dari para pakar dari CIRAD (Perancis), McGill University (Kanada), Montpellier SupAgro (Perancis) dan PT Smart Research Institute Indonesia.

Pendekatan lanskap dikembangkan untuk mencakup data historis tanah, ragam jenis dan kelas tanah dan variasi rangkaian penggunaan pupuk di areal perkebunan sawit seluas 4.000 ha selama 7 tahun terakhir.

Positip Tapi Rumit

Informasi CGIAR mengenai kegiatan dan hasil penelitian menyebutkan bahwa di Indonesia, pekebun sawit menebar tandan kosong kelapa sawit dan limbah cair industri minyak sawit pada tanah sebagai ganti atau melengkapi pupuk anorganik, tergantung situasi dan kondisi mereka. Tanah yang diberi pupuk dari limbah itu bisa hanya yang dekat pada pabrik minyak sawit demi menghemat ongkos apklikasi. Kondisi tanah dan ketersediaann pupuk organik terkadang memaksa produsen menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik secara bergantian.

Biasanya, setiap ton minyak sawit yang diekstraksi menyisakan limbah 1 ton tandan kosong dan 2,5 ton limbah cair pabrik. Sebelum tahun 1980-an, limbah ini menjadi masalah lingkungan. Sekarang limbah itu sudah diolah menjadi pupuk organik yang kaya mineral dan karbon organik serta tidak bersifat toksik terhadap tanaman sawit. Aplikasinya cukup positif terhadap hasil kebun.

Namun, efek jangka panjang terhadap karakteristik tanah merupakan hal yang rumit karena menyangkut skala waktu dan ruang serta pengetahuan tentang siklus bio-geokimia mineral. Riset dilakukan di daerah beriklim basah tropis dengan curah hujan rata-rata 2.400 mm dan relief tanah agak bergelombang. Perlakuan pemupukan tidak sama, ada bagian yang secara khusus diberi pupuk organik atau pupuk anorganik, atau bergantian.

Tanah perkebunan sawit yang diteliti terdiri dari tiga tipe. Yakni tanah pasir campur lempung (loamy-sand soil, 75% pasir dan 10% lempung) berdrainase baik, tanah lempung berpasir (sandy loam soil, 50% pasir dan 16%) dengan permukaan air tanah dangkal, serta tanah lempung (11% pasir dan 51% lempung) dengan drainase buruk. Dua jenis pertama berada di puncak-puncak dan lereng gelombang permukaan tanah, sedangkan yang ketiga di dataran rendah yang dekat dengan perairan. Bagian terbesar adalah areal tanah yang tanah lempung berpasir yakni 50%, sedangkan tanah pasir campur lempung yakni 42%.

Kemasaman tanah lempung berpasir lebih rendah dari tanah pasir campur lempung, tetapi kandungan nitrogen, karbon organik, kapasitas pertukaran kation dan tingkat kejenuhan basa lebih tinggi. Jenis tanah ini juga lebih rentan terhadap pengikisan (leaching).

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

 Editor : Julianto

 Sumber : http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews[tt_news]=1062&cHash=83a3b6ff5708e43b3584dde55cbfc4ba

Cara Mudah Mengetahui Tanah Asam

Tanah menjadi faktor penting dalam budidaya tanaman. Selain sebagai media tanam, tanah juga menyuplai makanan dalam bentuk unsur hara. Karena itu, untuk keberhasilan budidaya ‘wajib’ hukumnya mengetahui kondisi tanah. Salah satu yang sangat penting adalah kadar keasaman tanah (pH).

Ukuran pH antara 0-14. Tanah dengan pH 0-7 bersifat asam, sedangkan pH 7-14 bersifat basa. Tanah dengan pH rendah ataupun tinggi akan mempersulit tanaman menyerap unsur hara. Artinya, tanaman mampu menyerap optimal unsur hara tersebut pada kondisi pH netral, yakni 7.

Banyak pemicu yang menyebabkan pH tanah rendah. Pertama, curah hujan yang tinggi mengakibatkan tercucinya unsur hara pada tanah, kemudian berimplikasi pada terbentuknya tanah asam. Kedua, adanya unsur Al (aluminium), Cu (tembaga) dan Fe (besi) yang berlebihan.

Ketiga, air yang tergenang secara terus menerus pada lahan karena tata air atau drainase yang tidak baik. Keempat, dekomposisi bahan organik yang mengeluarkan kalsium dari dalam tanah. Kelima, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Secara umum tanah dengan pH rendah merupakan tanah dengan kekurangan kalsium dan magnesium.

Banyak cara untuk mengetahui tanah itu asam atau tidak, baik secara tradisional serta penggunaan alat ukur tentunya.

Tradisional

 Cara sederhana mengetahui pH tanah di lahan apakah asam atau tidak, cukup dengan melihat apakah di lahan tersebut terdapat tumbuhan Melastoma malabathricum. Dalam bahasa Minang dikenal dengan sikaduduk atau senduduk (Melayu). Masyarakat Jawa menyebutnya senggani atau kemanden. Sedangkan suku Sunda menamakan harendong. Jika tanaman tersebut tumbuh, maka mengindikasikan lahan tersebut memiliki pH tanah yang asam atau pH di bawah 7.

Cara berikutnya, menggunakan kunyit seukuran jempol tangan. Potong menjadi dua bagian. Langkah berikutnya, ambil sampel tanah dari keempat ujung titik lahan ditambah satu titik di tengah lahan. Kemudian aduk secara merata dan basahi dengan air.

Tahap selanjutnya, masukkan satu bagian kunyit yang sudah dipotong ke dalam tanah yang sudah dibasahi lebih kurang 30 menit. Lalu angkat, kemudian perhatikan dan bandingkan warna potongan kunyit yang dicampur dalam tanah dengan potongan yang tidak dicampur.

Jika warna kunyit menjadi pudar, maka dapat dipastikan lahan tersebut memiliki kadar keasaman yang tinggi, pH di bawah 7. Jika warna kunyit tetap, pH tanahnya netral, mendekati 7. Sedangkan, jika warna kunyit menjadi biru, maka kadar keasaman tanah tersebut rendah, pH di atas 7.

Penggunaan Alat Ukur

Dua cara tersebut memang belum terukur tepat. Sebab, hanya mengetahui tanah itu asam atau tidak. Berapa tingkat keasamannya tidak terukur, sehingga masih sulit dalam pemberian perlakuan pada tanah. Karena itu perlu cara yang lebih terukur. Tentunya dengan menggunakan alat, baik menggunakan kertas lakmus atau pemakaian alat pH meter.

Dengan menggunakan kertas lakmus atau pH indikator. Langkahnya dengan mengambil sampel tanah dari keempat ujung titik lahan ditambah satu titik dari tengah lahan, kemudian dicampur rata. Selanjutnya campur dan aduk merata menggunakan air, dengan perbandingan 1:1.

Biarkan selama 15 menit, sehingga air dan tanahnya terpisah (mengendap) dalam wadah gelas. Lalu masukkan ujung kertas lakmus atau pH indikator tadi selama 1 menit. Usahakan jangan mengenai tanah.

Setelah warna kertas lakmus stabil segera angkat. Lalu cocokkan warna yang ada pada kertas lakmus dengan bagan warna. Kita akan melihat tingkat keasaman tanah yang diukur, berada pada skala pH berapa, apakah 0 atau 1, sampai dengan 7.

Cara kedua menggunakan pH meter dengan memasukkan ujung alat pH meter pada keempat ujung titik lahan ditambah satu titik dari tengah lahan. Hasil yang diperoleh langsung dalam bentuk angka yang sudah dirata-ratakan.

Skala keasaman tanah bisa dilihat secara langsung, sehingga mempermudah pemberian dosis dolomit atau kapur pada lahan. Secara umum, setiap kekurangan 1 tingkat dari pH 7 (netral) membutuhkan 2 ton dolomit setiap hektar. Jika pH tanah 5, memberikan dolomit pada lahan sekitar 4 ton/ha. Pemberian dolomit dilakukan sebelum tanaman ditanam atau benih ditabur. Wawan K (THL-TBPP Bengkalis)/Yul

Sumber :

http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews[tt_news]=1872&cHash=64ca5f1225ca95d86cd50230da0cb851