Lahir di Kendal, 29 Agustus 1955. Lulus dari Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta pada tahun 1981 dan menyelesaikan pendidikan S2 di Fakultas Antarbidang Jurusan Ilmu Lingkungan, UGM pada tahun 1999. Pernah bekerja sebagai karyawan PT Perkebunan dengan jabatan asisten kebun (tahun 1981–1984), asisten kepala (tahun 1984–1985), administratur kebun (tahun 1985–1988), site manajer PIR (tahun 1988–1992), dan […]
Category Archives: Buku-buku Kelapa Sawit
Fakta Kelapa Sawit Indonesia (Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia-DMSI)
11
Mar
2013
No Comments
Penerbit : Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia-DMSI
Edisi
Tahun 2010
ISBN
Deskripsi 67 hlm.; ilus.
Subyek Kelapa sawit
Bahasa Indonesia
Buku ini disusun dalam upaya menyebarluaskan inormasi tentang perkembangan industri kelapa sawit Indonesia kepada masyarakat luas,sehingga masyarakat secara akti dapat ikut membantu para pemangkukepentingan industri kelapa sawit Indonesia.
Tujuannya tidak lain adalah terwujudnya pembangunan industri kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting mengingatkelapa sawit adalah salah satu komoditas yang berkontribusi besar terhadap pendapatan devisa negara, sehingga sudah sewajarnya kelapa sawit menjadisalah satu soko guru di perkebunan khususnya dan dalam pembangunanekonomi nasional pada umumnya.
Penyusunan buku ini dimungkinkan atas keterlibatan berbagai pihak, baik organisasi maupun pribadi sehingga kepada semua pihak yang terlibat dannarasumber.
Kelapa sawit merupakan berkah bagi bangsa Indonesia. Permintaandunia dan nasional akan minyak nabati terus meningkat untuk produk pangan, non pangan maupun energi. Minyak sawit mempunyai berbagaikeunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lain baik dari aspek keragaman produk yang dapat dihasilkan, aspek nutrisi, kesehatan, produktivitas, efsiensi maupun harga sehingga minyak sawit sangat kompetiti untuk memenuhi permintaan tersebut. Indonesia juga dikaruniai iklim yang sesuai, lahan luas dan tenagakerja yang tersedia yang memungkinkan Indonesia untuk terus mengembangkanindustri kelapa sawit sebagai salah satu mesin pembangunannya.
Industri kelapa sawit telah menjadi salah satu soko guru utama pembangunanperekonomian Indonesia. Fakta ini sulit terbantahkan mengingat devisadan penerimaan negara yang dihasilkan oleh industri ini sangat besar. Pada 2009 nilai ekspor minyak sawit mentah dan produk turunannya mencapaiUS$ 9,14 milyar atau lebih dari 10% dari total nilai ekspor non migas. Penerimaan negarayang dihasilkan dari industri sawit antara lain bea keluar, pajak penghasilan badan,pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai dan lain-lainnya, yang diyakini berjumlah sangat besar. Selain sebagai penghasil devisa yang besar, pembangunan industri kelapa sawit sejalan dan mendukung program pemerintah yang pro job, pro poor dan pro growth serta pro environment.
Pembangunan industri kelapa sawit bersifat pro job karena setiap penambahan 1.000 hektar kebun akan menyerap tenaga kerja sebanyak 500 orang di sektor on form, off form dan penunjang yang bukan hanya terdiri dari tenaga buruh tetapi juga tenaga sarjana.
Klik di Sini Untuk Melihat Daftar Buku-buku tentang Kelapa Sawit lainnya
Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil Untuk Produksi Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN)
12
Mar
2013
2 Comments
Manual teknis ini ditujukan untuk membantu perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah di Aceh dalam hal perencanaan, perancangan dan pengelolaan pabrik pengolahan kelapa sawit skala kecil. Pabrik-pabrik pengolahan ini dapat memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok petani dan koperasi begitu juga kepada pengusaha swasta skala menegah. Tulisan ini mencoba untuk membantu pemulihan kembali industri kelapa sawit di Aceh, yang belum membaik pasca tsunami dan konflik yang berkepanjangan.
Laporan ini mencoba untuk memberikan pengenalan praktis mengenai pabrik pengolahan kelapa sawit skala kecil dan menengah kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam hal ini. Dalam tulisan ini terdapat kerangka kerja secara umum mengenai
topik yang dibahas dengan ringkasan komponen-komponen yang umumnya terdapat pada pabrik pengolahan skala kecil. Desain yang dipaparkan didasarkan pada pabrik pengolahan yang saat ini masih beroperasi di Aceh dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia. Penulis sendiri memiliki pengalaman yang luas pada bidang produksi dan pengolahan kelapa sawit di Indonesia. Salah satu kontributor dalam penulisan ini memiliki pengalaman mendalam dalam merancang, membuat dan menjalankan pabrik kelapa sawit skala kecil di Sumatera Utara.
Dalam lampiran terdapat referensi-referensi yang dapat dijadikan sumber acuan bagi individu-individu maupun organisasi. Referensi dalam tulisan ini memberikan tambahan pengetahuan sebagai dukungan bagi mereka yang sedang mendesain atau mendirikan pabrik pengolahan skala kecil di Aceh. Referensi dalam tulisan ini bisa sangat membantu dalam berbagai macam
area, termasuk:
Bantuan Teknis dalam hal desain dan pembangunan. Proses seleksi dan pencaraian alat-alat yang sesuai dan bahan-bahan untuk pembangunan. Pembuatan dan instalasi peralatan, dan Sumber-sumber potential untuk pembiayaan.
Bagi mereka yang bermaksud untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai topik ini, silahkan untuk mengacu pada tulisan lain yang dikeluarkan oleh ESP-Aceh Program- “Studi latar Belakang”: Penggunaan Limbah dan Produk Sampingan Kelapa Sawit secara
Berkelanjutan, Terintegrasi dengan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Untuk Penciptaan Kesempatan kerja, Kelestarian Sumber Daya Alam dan Produksi Bahan Bakar Nabati di Aceh”. Tulisan ini juga meliputi Aceh Green Vision, bidang industri kelapa sawit di Aceh dan bahan bakar nabati secara umum. Tulisan ini juga berusaha mengidentifikasi lokasi-lokasi potensial untuk pabrik pengolahan kelapa sawit skala kecil, pabrik-pabrik pengolahan bahan bakar nabati dan percontohan pembangkit listrik di seluruh Aceh.
Sebagai penutup, penulis berharap bahwa “Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil untuk Produksi Bahan Baku Bahan Bakar Nabati” yang dibiayai oleh ESP ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik untuk menggeluti industri kelapa sawit khususnya investor di Aceh. Kami yakin sektor ini memiliki banyak potensi untuk menciptakan keuntungan-
keuntungan bagi Aceh baik secara ekonomi, lingkungan dan sosial. Dengan demikian akan mendorong perkembangan ke arah yang lebih baik disegala bidang, khususnya di Propinsi Aceh. Namun demikian , pandangan-pandangan dan informasi yang dipaparkan dalam tulisan ini hanyalah semata pendapat pribadi penulis, bukan bagian dari program ESP-Aceh Program
Salam sejati, ESP-Aceh Program, Banda Aceh, Aceh Indonesia, Oktober 2009
List Buku-buku tentang Kelapa Sawit lainnya
Hama & Penyakit Kelapa Sawit (Seri Buku Pintar, Vol. 1)
12
Mar
2013
No Comments
Kategori : Buku Teks
Penulis : Agus Susanto
Halaman: 427
Harga: Rp. 250.000,-
ISBN : 978-979-8529-92-4
No katalog : BP-001
Penerbit : PPKS
Tahun : 2010
Dilihat : 310
Deskripsi/Daftar isi
Buku Hama dan Penyakit Kelapa Sawit berisi informasi biologi dan pengendalian hama dan penyakit yang umum menyerang kelapa sawit di Indonesia. Buku setebal 427 halaman (full color) ini dapat digunakan untuk mendiagnosa hama dan penyakit yang ada pada perkebunan kelapa sawit. Buku dilengkapi dengan CD software Diagnostic Tools yang berisi kunci-kunci identifikasi hama dan penyakit kelapa sawit, sangat sesuai untuk praktisi kelapa sawit dan/atau staff pengajar untuk mengenalkan hama dan penyakit kelapa sawit di Indonesia.
Mau Lihat Daftar Buku Kelapa Sawit lainnya, Klik aja di sini
Laporan Studi Mengenai Buruh Anak di Perkebunan Kelapa Sawit di 2 Kabupaten
12
Mar
2013
No Comments
INTISARI :
Buruh Anak di perkebunan (termasuk perkebunan kelapa sawit) termasuk dalam 12 jenis pekerjaan berbahaya. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden No. 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Segera Bentuk-Bentuk Terburuk Pekerjaan Anak. Meski demikian, studi tentang buruh anak di perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih sedikit dan kurang mendalam. Hal tersebut bardampak pada tidak memadainya intervensi atau upaya penarikan pada buruh anak tersebut.
Penelitian mengenai Buruh Anak di Perkebunan Kelapa Sawit ini dilaksanakan di dua wilayah, yaitu Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai situasi buruh anak sebagai bahan untuk menentukan program intervensi oleh berbagai pihak yang peduli dengan masalah tersebut. Metodologi penggalian data dan informasi dilakukan melalui survey, Diskusi Kelompok Terarah (DKT), indepth interview, observasi lapangan dan review literature.
Penelitian dilaksanakan pada periode Agustus – November 2010, dengan penggalian data dan informasi yang dibagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama melalui survey (pemetan dasar) untuk melihat luasan masalah secara kuantitatif. Sedangkan pada tahap kedua dilakukan penggalian data dan informasi untuk memahami kedalaman masalah secara kualitatif.
Anak yang menjadi subyek penelitian berumur antara 9 – 18 tahun dengan kelompok umur terbesar pada umur 14 tahun (18.5%) dan 15 tahun (18,5%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah anak yang masih aktif bersekolah dan anak yang putus sekolah hampir seimbang. 50.5% anak yang berstatus masih bersekolah.
Semua anak berasal dari kabupaten Sambas dan Sanggau yang merupakan wilayah yang menjadi daerah transmigran. Asal orangtua mereka dari luar Kalimantan Barat, terutama dari Jawa. Di kabupaten Sanggau seluruh anak tinggal bersama orangtua atau keluarganya. Sedangkan di kabupaten Sambas diketahui ada anak yang tidak tinggal bersama orangtua atau keluarganya yaitu tinggal bersama majikan (lima anak) dan kost (sembilan anak).
Temuan-Temuan Utama
Sebagian besar anak terlibat di dalam perkebunan karena diajak atau disuruh oleh orangtua mereka dan saudara mereka. Hanya sekitar 15 persen yang menyatakan bekerja dengan cara melamar langsung ke mandor/majikan.
Pelibatan anak-anak seringkali ketika masih berusia sangat muda. Pada saat diskusi kelompok terarah dan serangkaian wawancara, terungkap bahwa orangtua juga mengajak anak-anak mereka yang masih berumur di bawah lima tahun untuk turut membantu pekerjaan mereka. Alasan yang dikemukakan karena tidak akan ada yang menjaga anak-anak jika ditinggal di rumah. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak adalah membantu memunguti dan mengumpulkan buah-buah kelapa sawit yang terjatuh atau disebut juga “brondol’
Alasan membantu orang tua yang dikaitkan dengan kemiskinan seringkali menjadi sangat sering muncul. Akan tatapi di atas semua itu, keterlibatan anak sebagai tenaga kerja seolah menjadi konsekwensi logis dari sistem PIR perkebunan, mengingat anak adalah bagian dari keluarga, sementara basis tenaga kerja dari sisitem PIR tersebut sesungguhnya adalah keluarga-keluarga (dalam hal ini keluarga transmigran).
Dari hasil diskusi kelompok dengan masyarakat, dan anak-anak, terdapat beberapa kategori pekerja anak :
Buruh anak yang bekerja setiap hari di perusahaan perkebunan dan non perusahaan
Buruh anak yang bekerja temporer di perusahaan perkebunan maupun non perusahaan
Buruh anak yang bekerja setiap hari di perusahaan non perkebunan sawit ( perusahaan kayu atau karet)
Anak yang bekerja di kebun milik orang tua sendiri
Mengenai beban kerja anak, dari jenis-jenis pekerjaan yang ada di perkebunan kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh orang dewasa, antara lain peremajaan tanaman baru, memanen, memupuk, membuat piringan, menebas, menyemprot, memungut dan mengumpulan buah sawit jatuh (brondol), mengangkut sawit ke TPH dan bongkar muat sawit ke atas truk/mobil.
84 persen anak menyatakan bahwa mereka bekerja sehari-harinya selama 4-8 jam. Hal ini tentunya berdasarkan peraturan perundangan di Indonesia, sudah bisa dikategorikan sebagai pekerja anak. Bahkan 21 anak (4%) menyatakan bekerja lebih dari delapan jam setiap harinya.
Wawancara mendalam juga menunjukkan lingkungan dan jenis pekerjaan di perkebunan telah menimbulkan banyak permasalahan pada anak. Anak-anak diketahui telah bekerja dengan jam kerja panjang, tidak mendapat waktu cukup untuk istirahat, tereskpos suhu ekstrim dan bahan kimia berbahaya.
Pada saat diskusi kelompok terarah, terungkap bahwa pernah terjadi satu kasus anak meninggal dunia yang diduga kuat karena terpapar bahan kimia yang menyembur dari penyemprot. Kasus kecelakaan juga pernah dialami oleh satu anak di Kabupaten Sambas dan satu anak di kabupaten Sanggau yaitu kakinya terkena parang ketika melakukan penebasan terhadap rumput-rumput liar ketika masa tanam.
Pada kasus di Sambas, dalam wawancara, seorang anggota masyarakat menyatakan bahwa, jangankan anak-anak, orang dewasa saja sangat beresiko, sehingga ia menginginkan adanya alat pelindung ketika bekerja. Mengenai anak yang terluka karena terkena parang, di Kabupaten Sambas, anak tersebut mendapatkan perawatan dan pengobatan dengan tanggungan dari pihak perusahaan.
Terkait dengan pandangan anak terhadap pekerjaan yang dilakukan, sebagian besar anak menyatakan bekerja di perkebunan tidak memiliki masa depan yang baik. Namun keinginan atau niat untuk berhenti bekerja disampaikan oleh 268 anak (52%), dimana jumlah ini hampir seimbang dengan anak-anak yang tidak berniat untuk berhenti bekerja, yaitu 244 anak (47,3%).
Anak yang memiliki niat untuk berhenti bekerja menyatakan rencana yang akan dilakukan adalah kembali ke sekolah (61%) mendapatkan ketrampilan (16%) dan selebihnya menyatakan tidak memiliki rencana apapun.
Data resmi mengenai buruh anak di perkebunan kelapa sawit tidak tersedia. Keberadaan buruh anak juga dibantah oleh Dinas Tenaga Kerja, para mandor dan aparat pemerintah setempat. Mengenai fakta adanya anak-anak yang terlibat di dalam kerja-kerja di perkebunan dikatakan lebih sebagai anak yang bekerja karena membantu orangtuanya, bukan hubungan kerja formal antara anak dengan perusahan-perusahaan. Pada konteks ini, dapat dikatakan bahwa keberadaan buruh anak memang tidak tercatat secara resmi dan juga tidak ada hubungan kerja formal. Perusahaan melakukan perekrutan dengan melibatkan para orang dewasa dengan beban kerja yang tidak mungkin bisa diselesaikan bila dikerjakan sendiri. Oleh karena itulah, para pekerja melibatkan anggota keluarganya, termasuk anak-anak, untuk membantu penyelesaian pekerjaan di perkebunan.
Pengawasan juga sulit dilakukan karena keterbatasan personil. Pemantauan hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja seperti adanya kecelakaan kerja. Keberadaan anak dalam perkebunan kelapa sawit yang merupakan fakta yang bisa dilihat, dinilai oleh mereka karena membantu keluarganya sendiri atau perusahaan menerapkan system out-sourcing, sehingga anak-anak bisa terlibat. Program untuk perlindungan anak dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak sejauh ini belum ada. Di Kabupaten Sanggau, Dinas Tenaga Kerja dan Social baru merencanakan di tahun depan program promosi tentang pelarangan pekerja anak yang ditujukan kepada keluarga-keluarga. Sedangkan program BP2AKB di Kabupaten Sanggau yang memiliki program sosialisasi perlindungan anak hanya menjangkau dua kecamatan (namun tidak menjangkau wilayah kerja EXCEED Project). Di Kabupaten Sambas, program intervensi langsung kepada buruh anak di sektor perkebunan sawit belum ada. Namun, mereka memiliki beberapa program bea siswa pendidikan yang salah satu sasarannya adalah buruh anak di sektor perkebunan sawit.
Berdasarkan dari temuan yang ada, maka upaya penarikan buruh anak tersebut perlu mengintegrasikan karakteristik pada setiap buruh anak dengan program pendidikan. Program bea siswa retrival di Kabupaten Sambas untuk anak-anak rentan DO merupakan peluang yang perlu diakses bagi buruh anak temporer di perusahaan perkebunan atau milik perorangan dan merawat kebun sendiri. Anak-anak dalam kategori ini juga dapat diberikan akses program penarikan anak-anak putus sekolah yang disusun oleh dinas pendidikan Kabupaten Sambas.
Pelibatan orang tua, komunitas dan perusahaan perkebunan merupakan intervensi tambahan – disamping pendidikan – yang perlu dilakukan kepada buruh anak harian yang bekerja di perusahaan sawit ataupun perorangan. Tangung jawab ekonomi kepada keluarga serta hambatan psikologis untuk kembali ke sekolah merupakan tantangan yang membutuhkan pendekatan multi stakeholder.
Sumber :
Buruh Anak di Perkebunan Kelapa Sawit di Sambas dan Sanggau – Intisari
Perpajakan Kelapa Sawit (NTC Perkebunan Industri Olahan)
12
Mar
2013
No Comments
Indonesia merupakan salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Banyak hutan-hutan di sumatera dan kalimantan yang tersedia dan dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. Industri kelapa sawit ini pun berkembang menjadi besar dan mempunyai industri turunan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Bagaimana perpajakan pada industri perkebunan kelapa sawit mulai dari hulu sampai hilir. Anda dapat memiliki buku ini hanya di Newyork Tax Consulting.
58 Kiat Meningkatkan Produktivitas & Mutu Kelapa Sawit
12
Mar
2013
2 Comments
ISBN: 9789790023475
Pengarang : SUKAMTO ILHAM
Penerbit : Penebar Swadaya
Tahun Terbit : 2012
Berat : 0.20 kg
Harga : Rp. 28.000
Deskripsi : Indonesia kini menjadi produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dengan produksi sekitar 18 juta ton. Namun, dari sisi tingkat produktivitas tanaman, Indonesia kalah jauh dari Malaysia. Produktivitas tandan buah segar (TBS) di Malaysia sudah mencapai 25 ton/hektare/tahun, sementara Indonesia hanya 15 ton/hektare/tahun.
Ternyata, tingkat produktivitas kelapa sawit terkait erat dengan perlakuan tanaman ini selama masa daur produksi. Nah, untuk mengetahui cara perlakuan tanaman sawit dengan benar, sudah banyak bacaan menyajikannya. Terbaru adalah buku 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit karangan Ir H Sukanto ITN MSc.
Buku praktis terdiri 6 bab ini menjelaskan kaidah budidaya kelapa sawit yang benar. Mulai dari segi pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemrosesan, hingga pengelolaan sistem kerja di dalam kebun.
Pada bagian awal buku, memaparkan tentang kelapa sawit sebagai tanaman multiguna, baik untuk pangan maupun nonpangan. Selain menghasilkan CPO dan minyak inti sawit (PKO), produk turunan sawit berupa biodiesel. Dari bungkil sawit dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak dan tandan kosong sawit bisa diolah menjadi pupuk atau kertas. Selanjutnya, buku ini menerangkan cara-cara untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Intinya, produktivitas kelapa sawit perlu dijaga karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kesesuain lahan, kualitas benih, pemeliharaan, dan pengaturan peremajaan.
Proses pemanenan TBS penting sekali, sebab untuk menghasilkan mutu kelapa sawit unggul perlu memperhatikan tahapan panen. Dengan cara memanen TBS yang baik, akan dihasilkan panen yang maksimal.
Bagaimana menghasilkan minyak kelapa sawit yang bermutu, sebab mutu minyak bisa diukur. Untuk menghasilkan minyak sawit bermutu, perlu tahapan pengolahan yang lumayan panjang.
Bagi siapa saja yang ingin mengetahui secara singkat cara mengolah kebun kelapa sawit, buku ini kiranya sangat cocok. Kendati jumlah halaman terbatas (63 halaman), buku ini mampu memberi informasi secara cukup tentang pengusahaan tanaman kelapa sawit.
Klik di Sini Untuk Melihat Daftar Buku-buku tentang Kelapa Sawit lainnya
Kelapa Sawit, Budidaya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisis Usaha & Pemasaran (Ir. Yan Fauzi)
12
Mar
2013
1 Comment
ISBN: 9794891371
Pengarang : Ir. Yan Fauzi
Penerbit : Penebar Swadaya
Tahun Terbit : 2012
Berat : 0.20 kg
Deskripsi :
Kelapa Sawit Budidaya dan Pemanfaatan Hasil
Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia (Rolettha Yahya Purba)
12
Mar
2013
1 Comment
—
,,,
.
Menangani Penyakit Mematikan (Ganoderma Boninense) Pada Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS)
12
Mar
2013
1 Comment
Buku berisi informasi biologi, epidemiologi dan teknik pengendalian penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma boninense. Buku ini disajikan secara ilmiah berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.
Kode: BP003
Harga: Rp. 50.000
Sumber :
http://kliniksawit.com/buku-klinik-sawit/81-ganoderma-pada-kelapa-sawit.html