Agen Sorax Sadap Latex – Sorax Sachet – Agen Sorax - Jual Sorax Perangsang Getah Karet Harga Murah

Panen Yang Mendebarkan di Sisi Harga Buah Sawit yang Naik Terus

Catatan Harian 04 Desember 2013

Harga tandan buah segar (TBS) sawit menunjukkan trend naik terus. Hari inipun begitu. Buah hasil panen hari ini dihargai Rp. 1640 /Kg.

Selama panen tiga hari ini badan rasanya cukup letih. Hujan deras, jalan-jalan mulai rusak, semakin hari semakin parah, becek, licin karena tergerus derasnya air dari atas bukit.

Beberapa pemanen sudah ada yang mulai demam dan batuk. Satu dua orang yang diundang untuk manen ada yang istirahat untuk sementara waktu hingga badan pulih kembali.

Panen hari ini terisi sedikit tantangan cukup mendebarkan juga. Pada jalan cukup licin, mobil kami tidak bisa mendaki, meskipun gardan 2 sudah dipasang. Jika dipaksa ban belakang selalu terselip mengarah ke bibir jurang. Kucoba kembali mundur ke posisi bawah lalu tancap gas, ini kulakaukan  selama beberapa kali, yang terakhir sungguh fatal sedikit lagi saja, mobil ini akan terbalik-balik masuk ke jurang yang lumayan dalam, setidaknya mobil akan terguling 2 atau 3 kali. Daripada harus terus-terusan menjalani resiko yang berat. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari batu-batuan lalu menyerakkannya di sepanjang jalan tanah itu. Butuh waktu lama bersama jatuhan butir keringat yang cukup banyak dan tentu saat untuk pulang akan menjadi lebih malam lagi.

Batu-batu satu bak mobil di serak di tempat-tempat licin. Baru sekali coba, Voilaaaa…, mobil bisa mendaki dengan tenang. Hari ini panenpun bisa kami selesaikan tanpa ada insiden berarti selain daripada detak jantung yang dag dig dug plas….

Dan hari ini pula, RAM langgananku ini cukup berbaik hati untuk tidak mengurangi persen pada buah yang agak basah kena gerimis. Biasanya untuk buah yang basah kena hujan, persen potongan beratnya ditambah, tapi kali ini tidak begitu. Kata juragannya hari ini ada pengecualian. Buah yang kubawa perkilo dihargai Rp. 1640. Kupikir itu sudah cukup bagus.

Oke, sampai jumpa di cerita panen berikutnya. Malam… :)

(IvanS : “Di bawah Daun-Daun Hijau)

Catatan-catatan harian lainnya :

Pikiran-pikiranmu Bebas, tapi Tak Boleh Mengganggu Pikiran-pikiranku

Catatan Harian 04 Desember 2013 – Kanker dan aku yang sedang berada di bawah daun-daun hijau

Pikiran-pikiranmu bebas, tapi tak boleh mengganggu pikiran-pikiranku. Mungkin terkesan sinis aku mengatakannya padamu. Tapi kau harus kuberitahu, mungkin menjelang usiaku yang tua begini, tak banyak lagi yang kuharapkan selain menerima apapun yang kudapatkan, tidak lagi mengharapkan kesenangan-kesenangan duniawi, lampu-lampu gemerlap metropolitan, rokok bermerek, bermain-main di tempat rekreasi, baju bagus, refreshing pantai, mancing, minum-minum (Jangan masukkan teh hangat atau secangkir kopi tentunya), shopping dsb. Kalaupun semua itu terpaksa kulakukan, itu demi kau,  bukan demi aku. Meski aku tak akan pernah menilai dirimu minus hanya karena itu.

Kau juga harus kuberitahu, sudah lama aku belajar untuk menerima bahwa bekerja harus kuanggap sebagai sebuah kesenangan, sebagai sebuah hobi, atau sebagai sebuah pengganti gemerlap-gemerlap yang sering menarik laron-laron hingga terjebak di balik kaca.

Maka itu kukatakan : “Pikiran-pikiranmu bebas, boleh kau ungkapkan kepadaku, namun kau jangan memaksa agar hal itu bisa mengganggu pikiran-pikiranku dan sifat memaksamu menggelegar hanya karena aku skeptis akan hal itu. Untuk yang tidak kusuka aku berusaha untuk tidak marah, dan aku tidak akan balik memaksa, tetapi aku akan lebih suka memilih untuk pergi menyendiri, sendiri berlinang ke dalam pekerjaan-pekerjaan berkeringatku atau terbuai kedalam tulisan-tulisan pena merahku.”

Ah… kau! Janganlah menghujatku. Percuma! Telingaku hanya peka pada suara-suara yang sedang susah lagi menderita, yang sedang sakit lagi terbungkam nyeri, dan terutama bagi yang butuh sedikit nasehat kecil tentang sebuah kata kunci “Kanker.”

Ada dua hal tentang itu, pertama ; mungkin kau akan berseloroh, yang kedua ; kau memang sedang mengalami fear yang kental menikam dirimu.

Boleh jadi kau termasuk dalam barisan yang tidak takut dengan kata “kanker” itu, kau boleh saja menjadikannya sebuah seloroh berkisar “kantong kering” atau anekdot lain yang sejenisnya hingga kelak kau masuk ke babak barisan ke dua yang menakutkan. Kau harus menghadapinya karena ia bernaung di dalam dirimu, dalam diri orang yang kau kasihi, dalam diri saudaramu atau dalam diri teman yang amat kau sayangi. Jika kau terpaku dirajam ketakutan karenanya hingga merasa berdenging di dengkulmu karena tak kuat menahan puncak ketakutan, boleh-boleh saja kau berbicara dari hati ke  hati padaku, itupun kalau kau mau dan merasa belum menemukan yang lainnya yang lebih baik selain daripada diriku.

Untuk yang pertama, kau boleh mengajakku tertawa sembari aku tetap bekerja di bawah daun-daun hijau kelapa sawitku tanpa harus berhenti dan tanpa harus melap keringat. Namun untuk yang kedua, aku akan berhenti bekerja, menghela nafas dalam-dalam, sedaya upaya mencoba menenangkan diriku untuk kemudian menenangkan dirimu, mengingat apa yang pernah kupelajari dan kualami selama beberapa tahun tentang kanker sialan itu. Lalu mencoba memetik hikmah yang perlu dan berbagi kalau kau mau menerimanya.

Kau boleh memilah, memakai yang kau perlu dan membuang yang kau tak suka. Mungkin kau akan bertanya lalu aku berusaha menjawab sebaik mungkin, dari situ mungkin bisa jadi tiba-tiba kau menyadari bahwa pengetahuanku seputar kanker itu masihlah cetek dibanding dokter-dokter ahli kanker. Tentu saja itu tak perlu kusangkal karena mungkin benar adanya, tapi aku memiliki waktu yang berlebih dibanding mereka. Dan kau tak perlu khawatir karena aku tak harus mengingat jarum jam atau memutar tombol-tombol waktu sejak pertama kali kita bicara tentang penyakit sialan itu lalu mengeluarkan billing yang hanya menambah kekhawatiran saja. Tidak! Disaat begini aku benci dengan tagihan! Ini kulakukan karena akupun pernah cukup terdamaikan oleh orang yang tidak kukenal waktu penyakit itu menghadang persis didepan mataku selama bertahun-tahun. Dia memberiku nasihat gratis yang tidak kalah mahalnya dan pentingnya dibanding yang diberikan oleh dokter yang pelit berbicara, walaupun semua kami lakukan hanya lewat sms dan hanya lewat dunia maya belaka.

Waktu itu, dari awal sudah kusadari bahwa pengetahuan dia tentang penyakit kanker itu sangatlah jauh dibanding dengan apa yang menjadi harapanku atas sejumlah pertanyaan yang bergayut di hati. Tapi kedamaian dan pengharapan yang meski tak sempurna, meski sederhana tetaplah menjadi sesuatu yang terbersit indah sehubungan dengan situasi puncak galau ketakutanku saat itu. Semua itu hingga kini belumlah mampu kubayar dengan apapun selain daripada mencoba berbuat hal sama kepada yang lain seperti yang pernah dilakukannya padaku.

Catatan-catatan harian lainnya :

Cara Pemanenan dan Penanganan Buah Kelapa Sawit Yang Baik

Catatan Harian 5 Januari 2014

Cara Pemanenan dan Penanganan Buah Kelapa Sawit sangat berpengaruh besar terhadap kualitas CPO yang dihasilkan pabrik kelapa sawit, oleh karena itu panen harus dilakukan pada buah yang sudah brondol 1 atau lebih. Namun hal ini terlalu sulit dilaksanakan di perkebunan perorangan dengan luas kebun sawit yang hanya beberap hektar. Karena dalam kebun sawit yang tidak begitu luas, sangat sedikit pohon sawit dengan buah yang sudah brondol. Petani sawit tentu tidak akan sabar hingga menunggu buah itu brondol sementara kebutuhan hidup selalu mendesak.

Di bawah ini ada beberapa saran pemanenan dan penanganan buah sawit yang baik, antara lain :

Buah sawit yang sudah betul-betul merah, meskipun tidak brondol sebenarnya sudah cukup baik untuk dipanen.
Buah mentah yang biasanya masih banyak warna putihnya, jika dipanen akan menimbulkan kerusakan pada pohon sawit.
Buah mentah mengandung minyak dengan kadar yang sangat rendah. Sehingga CPO yang dihasilkannya kurang berkualitas.
Buah yang sudah dipanen harus cepat-cepat dikirim agar kandungan asam lemak bebas (ALB) tidak semakin meningkat.
Jika ragu-ragu terhadap tingkat kematangan buah yang masih berada di pohon sawit (mungkin karena tinggi) lebih baik ditinggalkan, dan dipanen pada periode berikutnya.

Usaha Jasa Peremajaan atau Replanting Kebun Sawit

 

Catatan Harian 15 Maret 2013

Salah satu bisnis yang cukup menjanjikan dan punya prospek bagus adalah jasa peremajaan Kebun Sawit atau sering disebut Replanting.

Replanting Kebun Sawit biasanya dilakukan karena sudah tidak produktif karena telah berusia tua, disamping itu ada juga yang di replanting karena pohon-pohon sawit sudah sangat tidak terawat, pernah diterlantarkan atau tidak terurus dengan baik.

Kebun-kebun sawit yang harus di Replanting untuk wilayah Sumatera saja mencapai ribuan hektar, ini memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit sebelum menanami kembali,  oleh sebab itu diperlukan juga bantuan sebuah perusahaan yang mempunyai peralatan yang memadai untuk usaha ini.

Bagi petani swadaya, yang melakukan replanting sendiri sering mengalami kendala soal waktu dan peralatan. Antara lain peralatan penumbang dan mesin pencacah batang yang harganya masih terasa sangat mahal. Begitu pula tentang skill, untuk melakukan pekerjaan ini perlu skill yang cukup untuk menghindari dampak yang merugikan baik pada lahannya maupun pada lahan milik orang lain. Beberapa pengusaha melakukan replanting dengan membakar, ini sangat merugikan pihak lain dan dapat dipidana.

Di pasaran sendiri telah tersedia peralatan pemotong dan mesin pencacah yang mampu menjadikan pohon sawit menjadi serbuk halus. Serbuk kelapa/pelepah sawit ini  nantinya bisa diolah sehingga berguna sebagai pupuk atau mulsa.

(IvanS, Maret 2014, “Catatan di tengah kebun sawit tua”)

Memilih Tanaman Nanas di Antara Pohon Sawit di Lahan Gambut

Catatan Harian 10 Februari 2014

Tiba-tiba saja pikiran itu datang mendorong keinginan untuk memanfaatkan tanah-tanah kosong di lahan sawitku. Bagian depan dekat jalan banyak sekali ruang/space yang bisa ditanami dengan sesuatu, tapi apa?

Berdasarkan pengalaman baik percobaan sendiri maupun dari melihat dan mendengar cerita teman-teman, tanaman sampingan untuk lahan gambut yang paling cocok adalah nanas, tanaman lain memerlukan banyak perawatan dan menemukan banyak kendala karena keasaman tanah gambut. Lagipula setahuku harga bibit nanas tidaklah terlalu mahal.

Tanaman seperti cabai, terong, jagung, dll yang dicobakan di lahan gambut banyak yang gagal, kalau ada yang berhasil itu karena adanya pemeliharaan dan perawatan yang ekstara. Hal ini disebabkan oleh zat asam dan tebalnya lapisan gambut. Biasanya tanaman seperti jagung baru bisa menghasilkan dengan baik jika lahan gambut tersebut baru saja terbakar atau paling tidak harus ditaburi abu bakaran. Demikian juga dengan cabai. Jika tidak maka tanaman-tanaman itu biasanya menjadi kerdil atau daun kekuning-kuningan. Pada buah jagung yang ditanam di lahan gambut yang tidak banyak bakaran abunya biasanya biji jagungnya jarang-jarang, atau istilah teman-teman jagungnya ompong-ompong.

Pendek kata maka tanaman sampingan yang kupilih adalah tanaman nanas. Oleh karena itu perburuan bibit nanas-pun kumulai sekitar pertengahan tahun 2013. Beberapa batang nanas yang tumbuh dan berbuah di belakang rumah sudah mulai mengeluarkan nanas-nanas kecil itulah yang kemudian pisah lalu kutanami di depan jalan. Tidak puas dengan jumlah bibit tersebut akhirnya kucoba tanya sana tanya sini siapa-siapa yang mau menawarkan bibit-bibitnya. Setiap pentani nanas mencoba menawarkan harga bibit nanasnya dengan harga yang berbeda-beda.

Lelah juga, tapi kini bibit nanas yang sudah tertanam ternyata sudah mencapai 13.000 batang lebih yang kutanam di depan jalan yang kosong dan di pasar mati di antara tanaman sawit. Semoga saja usaha ini berhasil sehingga ada tambahan buat uang sakuku dan buat sobat-sobat yang menjaga ladangku.

(IvanS, Catatan Harian 10 Februari 2014)

Bacaan Lain Tentang Nanas :

Catatan Harian Lainnya :

Harga Bibit Nanas

Mengumpulkan bibit nanas dalam jumlah kecil dalam hitungan beberapa ratus batang adalah mudah, bisa didapatkan dari samping rumah plus minta dari kebun teman yang sudah lebih dulu menanamnya. Namun karena ada keinginan untuk menambah hingga puluhan ribu akhirnya kuputuskan mencari dan membeli bibitnya dari petani yang memang penanam nanas. Banyak juga yang menawarkan dengan harga yang berbeda-beda dengan alasan kualitas, kondisi tanaman, jenis bibit, kelangkaan, tingkat kesulitan mencari bibit tersebut, dan berbagai alasan lain.

Saya sendiri sangat awam dengan jenis-jenis bibit nanas, oleh karena keinginan utama adalah untuk mengurangi gulma – tumbuhan liar di antara sawit dan memanfaatkan lahan gambut kosong, maka kukumpulkan uang sedikit-sedikit, kucoba membeli bibit yang agak bagus, tapi sebagian lagi kubeli saja bibit yang harga murah. Berikut ini harga yang ditawarkan rekan-rekan yang pernah kuhubungi, baik dari dunia internet, maupun dari dunia para petani :

Bibit dari seorang teman, yang sudah lebih dulu membudidayakan nanas dengan jenis nanas batu dalam jumlah seribu batang  atau kelipatannya, dihargai Rp. 500,- perbatang, bibit besar atau bibit kecil (Harga borongan).
Teman lainnya menjual bibit nanas batu seharga Rp. 700 / batang, sudah dipetik, tinggal angkut dari jalan besar, dipilihkan hanya yang besar-besar, yang kecil dianggap bonus.
Yang lainnya lagi menjual bibit nanas batu seharga Rp. 1.000 / batang, sudah dipetik, tinggal angkut dari jalan besar, dengan jaminan bibit kualitas bagus, hasilnya bisa dilihat dikebunnya langsung (buahnya besar-besar), Buahnya dijual minimal Rp. 5000.
Rekan lainnya yang sepesialis penjual bibit nanas menawarkan harga berdasarkan  kwalitas, yaitu sebagai berikut :

Bibit nanas dengan kwalitas Rendah  = Rp. 500,-/Batang (Menghasilkan Buah nanas yang kemungkinan besar ukurannya tidak terlalu besar)
Bibit nanas dengan kwalitas Sedang  = Rp. 2500,-/Batang (Buah nanas yang dihasilkan nantinya sebagian buah besar dan sebagian kecil, campuran)
Bibit nanas dengan kwalitas Bagus    = Rp. 4500,-/Batang (Dengan perawatan secukupnya sudah menghasilkan buah nanas ukuran besar)

Masih banyak penawaran lain, tapi saya kira harga-harga di atas sudah cukup sebagai sebuah gambaran bagi yang ingin mulai menjadi petani nanas sekaligus sebagai petani kelapa sawit.

Dengan keputusanku untuk “Lebih baik menanam nanas di antara pohon sawit di lahan Gambut daripada tanaman lain” maka sampai sekarang tanaman nanas yang sudah kutanam menurutku jumlahnya sudah lumayan, mencapai 13.000 batang, tentu saja terdiri dari berbagai jenis bibit nanas, harga belinyapun variatif, yaitu mulai dari harga Rp 300 / batang hingga harga tertinggi Rp 1000 / batang, yang terbanyak adalah bibit nanas batu.

Ada juga rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba menanam bibit nanas yang harganya di atas dua ribuan, tapi kupikir-pikir itu nantilah jika ada rejeki.

(IvanS, Catatan Harian 12 Februari 2014)

Bacaan Lain Tentang Nanas :

Musim Trek Kelapa Sawit

Catatan Harian : 24 April 2014

Musim trek, oh musim trek…

Musim trek menyebabkan hasil panen sawit dalam beberapa minggu ini menurun cukup drastis. Kawan-kawan petani sawit menyebutnya musim trek.  Banyak yang mengeluh pada musim trek ini karena buah sawit sedikit, termasuk para pemilik RAMP.

Meski begitu kurasa kita tak perlu terlalu berkecil hati, apalagi harga jual buah masih cukup baik di banding tahun-tahun lalu. Belajar dari pengalaman ini kita bisa mengatur keuangan sedemikian rupa agar tetap bisa menyisihkan dana untuk biaya pemeliharaan dan biaya pupuk.

Setelah mencari informasi dari sana sini sebuah kesimpulan kutarik bahwa musim trek terjadi sekitar bulan Februari  hingga bulan Mei. Musim trek ini diperkirakan berakhir sekitar bulan Juni. Namun ada sedikit selentingan bahwa asap yang selalu tebal dan menutupi daun-daun sawit untuk mendapatkan cahaya matahari akan menyebabkan musim trek semakin panjang. Semoga saja tidak begitu.

(Ivans : 24 April 2014, “Di bawah daun-daun hijau”)

Wajah Binar dan Buram di Balik Harga Buah Sawit yg Cenderung Naik

Catatan Harian 04 Mei 2014

Teman-teman sesama petani sawit benar-benar menunjukkan binar wajah mereka, keceriaan terpencar melesat kencang seperti elang meroket dari angkasa akan menyergap anak ayam. Pesanan berbagai snack dan minuman ringan mulai banyak dan sering terhidang di meja tempat mengobrol.

Kupikir ini masih terkategori baik saja adanya, sepanjang tidak berlebihan hingga menyentuh level foya-foya. Bahwa hal ini merupakan gambaran dari rasa syukur, itu ku amini saja, mengingat bahwa selama ini mereka semua pusing tentang biaya perawatan, pusing pada harga pupuk yang tak tersentuh – melangit, padahal kami lama berkubang dalam harga buah sawit yang bahkan sempat menyentuh titik nadir Rp. 600 / kg.

Meski harga kini sudah bagus, tentu saja kami masih ingin agar harga itu naik, naik, dan naik terus, karena begitulah sifat manusia, tak ada puasnya. Itupun bagiku baik saja adanya, sepanjang masih bisa menekan gejolak sifat rakus yang berlebihan dan sepanjang kenaikan harga itu bisa memberi manfaat untuk hal-hal baik, banyak yang kutahu bahwa tak sedikit sumbangsih para petani sawit itu untuk pembangunan jalan, mesjid, gereja, dll sebagai ungkapan rasa syukur mereka saat hasil yang didapatkan menyentuh level memuaskan.

Tapi kenaikan harga sawit yang hampir mencapai Rp 2.000 /kg itu ternyata tidaklah menyenangkan semua hati para petani sawit. Temanku duduk termenung menghitung-hitung ulang uang dalam genggaman. Menimang-nimang tentang penjatahan yang pas demi pupuk,  pestisida, biaya tenaga kerja agar bisa terbagi dengan tepat, padahal kesemua itu harganya seperti menggantung tinggi di langit-langit mimpinya. Dan garut-garut kepala plus kening berkerut menjadi bagian kecil dari pemandangan di antara sejumlah senyum dan binar wajah-wajah teman lain yang hasil panennya telah mampu menepis awan gelap yang selama ini menyelubungi wajah mereka.

Katanya, ” Halaaah…, hanya berapalah ini sisa yang mampu diberikan pada anak biniku?!”

Dan bila kau tanya kenapa, tentu jawabnya karena trek atau  hasil buah yang terlalu sedikit. Dulu, sewaktu harga sawit rendah, perawatan kebun sawitnya menjadi urutan nomor ke  sekian, setelah perioritas kebutuhan sehari-hari tercukupi. Pupuk menjadi jarang dibeli, demikian juga racun gulma dan tetek bengek perkebunan lainnya. Alhasil jika kau melintas dikebunnya, mungkin kau mengira bahwa kebun itu sudah menjadi sarang ular dan macan. Fiuhhh..!

Satu lagi penambah buram wajahnya, bahwa hutang pun menjadi bagian dari ketergantungan demi kelangsungan hidup. Dan ketika harga mulai naik, teman ini baru mulai menyicil sedikit demi sedikit. Tentu saja perawatan kebun bukan terlupakan, meski hal itu dilakukan tidak lagi maksimal, karena terbagi pada penyicilan hutang tadi. Belum lagi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lain menodong dari belakang seperti hendak minta perhatian lebih.

Bagi beberapa teman lain yang sudah antisipasi, mereka sudah lebih dulu menyimpan persiapan dengan mencadangkan dana sebelum harga buah turun. Pengalaman terdahululah yang membimbing mereka, sehingga perawatan kebun terus berlangsung dengan baik meski harga sawit mencapai level serendah apapun.

Dan saat ini, saat harga buah sawit naik, saat petani lain mengalami trek yang gedebummmm, buah sawit hasil kebun mereka tidaklah mengecewakan, bahkan boleh dibilang cukup menggirangkan.

Mulut-mulut tampak masih mengunyah, beberapa lainnya terdengar celeguk akibat minuman bersoda, makanan kecilpun masih cukup banyak di meja, demikian pula dengan minumannya.  Di antara wajah-wajah binar itu, aku berbisik : “Sabar bro, dipupuk dan dirawat pelan-pelan, suatu saat pasti hasilnya akan membaik kembali….”

(IvanS, 04 Mei 2014 “Saat-saat Istirahat”)

Penyebab Naik Turunnya Harga Buah Sawit

Catatan Harian : 12 Mei 2014

Berikut ini faktor-faktor yang mengakibatkan naik-turunnya harga sawit di Indonesia :

 Kurs dollar AS
Harga minyak dunia, dipengaruhi oleh : dipengaruhi oleh hasil panen kacang kedelai dan bunga matahari
Efek kampanye negatif sawit seputar RSPO
Jumlah stok CPO, dipengaruhi oleh : kelancaran pengiriman/eksport ke luar negeri
Jumlah hasil panen buah sawit, jika hasil panen buah sawit melimpah harga biasanya turun, tetapi jika hasil panen sedikit maka harga akan naik.

(IvanS)

Rincian Biaya Pembangunan Kebun Sawit 1 Ha di Lahan Gambut

Catatan Harian :

Seorang kenalan saya berbincang-bincang tentang pembuatan kebunnya yang lokasinya cukup jauh dari kota (kurang lebih 30 km), dari hasil pembicaraan, berikut ini saya lampirkan rincian biaya membangunan kebun kelapa sawit yang menurut saya sudah termasuk kebun sawit yang cukup berkualitas dan bermasa depan cerah, untuk luas lahan 1 Ha pada lahan gambut di daerah Riau dengan umur panen 24 Bulan (2 Tahun) :

Pembelian Lahan kosong (hutan)                                   = Rp. 15.000.000
Pembersihan Lokasi 1 HA (Backhoe dll)                               = Rp. 7.000.000
 Bibit umur 14 Bulan siap tanam (topaz)
@ Rp. 50.000 x 150                                                            = Rp.7.500.000
 Upah pancang dan penanaman Rp. 25.000 x 146            = Rp. 3.650.000
 Biaya Pupuk interval 4 Bulan – (Dolomit merek Massam, perbatang 4 kg -> 146 : 4 = 36 batang) @ Rp. 50.000 x 36 x 6              = Rp. 10.800.000
Biaya Pembuatan Piringan @ Rp. 20.000 X 146 x      = Rp. 11.680.000
Biaya Perawatan Piringan @ 25.000 x 146                  = Rp.  3.650.000

Total Keseluruhan Biaya                                                 = Rp. 59.280.000.-

Itu gambaran saja, persiapan barangkali ada yang mau membuka lahan sawit yang baru.

(IvanS)